Toleransi dalam Islam




Oleh: Julia Ummu Adiva Farras



Bulan Desember identik dengan hari perayaan agama tertentu, terlebih digandengkan dengan tahun baru Masehi. Atau yang kita kenal dengan singkatan Nataru, Gembar gembor nya sungguh luar biasa di beberapa titik. Entah itu di jalanan dengan spanduk ucapan yang terpampang besar, pertokoan, Mall hingga pekerjanya pun secara sukarela dan terpaksa membantu menyiarkannya dengan memakai atribut yang khos.

Seperti dilansir dari Jambi, 1/12/2024 Walikota Jambi, Dr. Maulana MKM menyerukan akan pentingnya memperkuat persatuan, mempererat keharmonisan, menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama.

Selain itu, Seperti dikutip dari Jawapos.com Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi siap mengawal ketat demi berjalannya Nataru nanti dengan menggandeng organisasi masyarakat dan kepolisian setempat demi menjaga suasana yang kondusif, serta berupaya untuk memperkuat toleransi dan kerukunan umat beragama agar tercipta keamanan, kenyamanan, keharmonisan sesuai dengan ciri khas kota pahlawan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa toleransi terus digaungkan terlebih jika sudah mendekati hari perayaan agama tertentu. Mulai dari pengawalannya, keamanan sampai berjalan penyiaran nya langsung nanti ketika hari h. 

Moderasi beragama kian masif bahkan terus di up ke tengah masyarakat. Salah satu diantara dialog terbuka yang mengedepankan pemenuhan kepentingan kelompok masing-masing dengan menghormati perbedaan dan dukungan oleh para pemuka agama setempat, yang perlu dibentuk inovasi sosial untuk membangun sikap toleransi atau saling menghormati masyarakat yang majemuk yang mengantarkan kepada kemaslahatan. Ungkap Muhammad Nur Prabowo Setyabudi, peneliti dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dilansir dari Antaranews, 5/12/2024.

Demikianlah seruan-seruan toleransi yang kian di hembuskan oleh para penguasa ditengah masyarakat negeri yang plural ini. Seakan-akan semangat toleransi ini memberikan dampak positif bagi umat Islam di negeri ini. 

Sejatinya masyarakat negeri Indonesia ialah masyarakat majemuk yang memang sudah fitrahnya menghormati dan menjalin kerukunan satu sama lain. Akan tetapi sebagai seorang muslim dalam menjalani kehidupan tolak ukurnya adalah syariat Islam bukan disandarkan kepada akal manusia yang terbatas. Didalam Islam setiap lini kehidupan manusia diatur secara kompleks yang dapat menyelesaikan secara mengakar. Termasuk toleransi, berdialog terbuka dengan penganut agama lain terlebih masalah aqidah. Jangan sampai terjebak dalam makna toleransi kebablasan yang justru mengarah kepada pluralisme yang mengatakan semua agama adalah benar.  Sebab hal ini sangat berbahaya dan bertentangan dengan keyakinan seorang muslim.
Arti toleransi sendiri ialah membiarkan agama yang lain untuk beribadah tanpa kita menggangu dan turut ikut didalamnya. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
 لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ 

"Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (QS. Al-kafirun: 6)

Jika kita cermati lebih dalam sebenarnya ada skenario besar di balik jargon toleransi yang di sebarkan ke khalayak umum yakni untuk memalingkan pemahaman umat dari keyakinan bahwa hanya Islam agama yang benar dan Allah ridhai. Menjadi semua agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan. Sungguh hal ini sangat membahayakan bagi umat.

Islam sangat menghargai masyarakat yang plural, memiliki keberagaman suku, agama, bahasa dan sebagainya. Hal ini tergambar nyata dalam Daulah Islamiyyah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw. Betapa syariat diterapkan dengan sempurna yang mampu menjaga dan melindungi keberagaman masyarakatnya.

Islam merupakan Ad-din yang adil, Islam menjelaskan secara rinci terkait toleransi.
1. Islam tidak akan pernah mengakui kebenaran agama dan keyakinan selain Islam. Sebab  paham-paham yang lahir selain Islam adalah kufur. Sebagaimana firman Allah Swt:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ


Artinya:"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Ali Imran: 19)
2. Tidak ada toleransi dalam perkara aqidah yang telah ditetapkan oleh dalil-dalil qath'i
3. Islam tidak melarang kaum muslim berinteraksi dengan kaum non-muslim dalam perkara mubah seperti muamalah lainnya.
4. Ada ketentuan bagi seorang muslim untuk berdakwah dan berjihad melawan orang-orang kafir di manapun mereka berada  sesuai dengan syariat.

Sebagaimana Islam pernah berjaya selama 13 abad dan melikupi 2/3 dunia, jejak peradaban Islam tentang perlakuan keadilan sang Khalifah terhadap non muslim bukan sekedar teori dan konsep, tetapi benar-benar diaplikasikan. Seperti umat Islam, Nasrani dan Yahudi hidup berdampingan satu sama lain meski mereka hidup dalam naungan pemerintahan Islam. Mereka mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara. Memperoleh jaminan keamanan, dan juga bebas melakukan peribadatan sesuai keyakinan nya masing-masing. 

Sejatinya pemahaman  mengenai toleransi dalam pandangan Islam sungguh jelas, inilah yang menjadi pegangan bagi kaum muslim dalam bertindak sesuai yang dibenarkan oleh syara agar tak menjadi muslim latah dan ikut-ikutan, terlebih toleransi kebablasan dengan merusak makna toleransi sesungguhnya. Wallahu-a'lam bish-shawab[].

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak