Syukur dan Sabar tanpa Batas



Oleh: Julia Ummu Adiva Farras



Memasuki datangnya musim hujan, dalam beberapa pekan terakhir beberapa wilayah di Indonesia banyak terdampak banjir, hingga tanah longsor, amblas dan retaknya jalan hingga banjir bandang.

Seperti di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara masih tergenang air akibat banjir rob. Ketinggian genangan air lebih dari satu meter atau berkisar antara 50-110 cm. kata Kapusdatin BPBD DKI Jakarta, M Yohan, Selasa (17/12/2024).

Selain itu, Banjir bandang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Peristiwa ini dipicu oleh intensitas hujan yang cukup tinggi di wilayah tersebut. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menuturkan, 10 orang dilaporkan terluka akibat peristiwa tersebut. Selain itu, dua kecamatan Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Tano Tombangan terdampak. Okezone.com, 19/12/2024.

Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, pada Rabu (11/12/2024), sebanyak 58 dari 128 titik di Sukabumi dan Cianjur mengakibatkan ruas jalan provinsi tertutup tanah akibat longsor.

Dan masih banyak berita lainnya di sejumlah daerah yang melanda negeri ini. Dalam ilmu hidroklimatologi, banjir adalah genangan atau aliran air diatas daratan yang tidak biasa nya tergenang air. Banjir umumnya di sebabkan oleh meluapnya air yang melampaui tepian suatu badan air seperti sungai atau danau sehingga menggenangi atau mengalir diluar batas biasanya.

Banjir seringkali menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar apabila menerjang daerah permukiman yang terletak di dataran rendah yang berpeluang banjir. Yang sebenarnya kerugian akibat banjir bisa dihindari apabila dataran rendah banjir tersebut ditinggalkan atau tidak dihuni karena memiliki fluktuasi yang besar, sangat berbahaya mengingat adanya ancaman banjir sewaktu-waktu.

Sebagai seorang hamba, sudah sepatutnya kita menjaga alam dan lingkungan agar kerusakan dan dampak akibat dari tangan manusia-manusia yang tak bertanggungjawab tak terjadi, tentu hal ini sesuai dengan syariat Islam. Agar tercipta rahmatan Lil Al-Amin bukan hanya di negeri ini saja tapi hingga ke seluruh penjuru dunia.

Dari hal ini, kita bisa berkaca yang terdapat dalam Al-Quran yang menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia saat itu. Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan dengan tergenangnya permukaan bumi dan tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama, dengan air yang jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi. Dalam firman Allah ta'ala:

فَفَتَحْنَآ أَبْوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٍ مُّنْهَمِرٍ
وَفَجَّرْنَا ٱلْأَرْضَ عُيُونًا فَٱلْتَقَى ٱلْمَآءُ عَلَىٰٓ أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ
وَحَمَلْنَٰهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَٰحٍ وَدُسُرٍ

Artinya: "Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak. (QS. Al-Qamar ayat 11-13).

Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menaikkan ke atas perahu pasangan-pasangan dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. Seluruh manusia di daratan tersebut ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak laki-laki Nabi Nuh yang semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung.

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan" (QS Hud: 43).

Semuanya tenggelam kecuali yang dimuat di dalam perahu bersama Nabi Nuh.

Dari beberapa rentetan fakta yang terjadi di Indonesia saat ini dan kisah di atas, tentu ada ibroh yang bisa kita petik dalam setiap ujian yang datang. Sebagai seorang muslim tentu kita harus menyikapi hal ini dengan 
Bersyukur ketika senang, bersabar ketika mendapat bencana. Sulit memang, namun bukan berarti tidak bisa. Seperti dalam hadits berikut,
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له

Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya (HR. Muslim, no. 2999)

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur” (Ibnu Qayyim)

Sejatinya kehidupan seorang mukmin seluruhnya bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik dalam kondisi yang terlihat membuatnya senang ataupun susah. Termasuk ujian yang berada diluar area yang menguasai kita seperti  gempa bumi, banjir bandang, longsor dan lainnya. Maka ketika seorang hamba telah sempurna imannya, ia akan selalu bersyukur kepada Allah ketika senang dan bersabar ketika susah, maka dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada Allah dalam segala ketentuan takdir-Nya, sehingga kesusahan dan musibah yang menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya juga menjadi Instropeksi diri sehingga menyikapi musibah ini sebagai bentuk ujian yang akan menghantarkan kita kepada kemuliaan dan kejayaan di akhirat kelak. Dengan modal ikhlas, syukur, dan bersabar tanpa batas, insya Allah derajat taqwa akan kita dapatkan. Wallahu a’lam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak