Oleh : Eti Fairuzita
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga atau BEM Unair menolak wacana kenaikan Pajak Pertambahan Negara atau PPN sebesar 12% dari yang semula 11%. Lebih lanjut, penolakan tersebut dilakukan oleh BEM Unair setelah melakukan kajian komprehensif dan mendalam mengenai dampak kenaikan PPN terhadap masyarakat.
Menurut Aulia Thaariq Akbar selaku Presiden BEM Unair, kenaikan PPN dari yang semula 11% menjadi 12%, dirumuskan tanpa melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif. Mengingat, sejauh ini masyarakat belum berada dalam kondisi ekonomi yang baik, bahkan banyak masyarakat yang turun kelas dari semula kelas menengah menjadi kelas bawah.
Kenaikan PPN 12% di waktu sekarang terasa tidak pas, sebelumnya kan sudah ditunjukan data bahwa banyak masyarakat yang turun kelas, dari masyarakat kelas menengah menjadi masyarakat miskin atau rentan miskin. Seharusnya hal tersebut dapat menjadi alarm bagi pemerintah, tetapi mereka malah memaksa menaikan pajak,” ujar Aulia Thaariq Akbar selaku Presiden BEM Unair merespon kebijakan naiknya PPN 12%.
Tidak hanya itu, masih menurut Aulia Thaariq Akbar, penyampaian pemerintah dalam mensosialisasikan kenaikan PPN 12% cenderung penuh kebohongan, karena pada awalnya pemerintah menyampaikan bahwa kenaikan PPN hanya berdampak pada barang mewah saja. Namun demikian, setelah keluar daftar resmi barang yang terkena dampak kenaikan PPN, kebutuhan pokok juga akan terdampak.
Memang benar, kenaikan PPN 12 persen akan berdampak buruk pada perekonomian masyarakat dan tentunya kehidupan masyarakat akan semakin sulit dan menderita. Adanya penolakan dari kalangan gen-z terhadap kebijakan dzalim ini merupakan bentuk kepedulian gen-z terhadap persoalan umat. Kepedulian ini memang sudah seharusnya ada, karena gen-z adalah salah satu kekuatan umat dalam mewujudkan perubahan. Hanya saja gen-z harus melihat akar penyebab sesungguhnya segala persoalan yang dihadapi oleh masyarakat hari ini.
Penolakan terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak boleh dilihat semata pada dampak yang ditimbulkannya saja, sehingga pembatalan kebijakan dipandang sebagai solusi dan keberhasilan atas perjuangan.
Akan tetapi, gen-z harus melihat secara mendalam sumber lahirnya kebijakan yang menyengsarakan rakyat.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa seluruh kebijakan pemerintah hari ini dilandasi oleh paradigma sekuler-kapitalis. Berbagai pungutan pajak yang terus mengalami kenaikan misalnya, merupakan bagian dari prinsip ekonomi kapitalisme yang secara sadar diterapkan oleh penguasa negeri ini sejak kemerdekaan.
Ekonomi kapitalisme memandang bahwa sumber utama pemasukan negara adalah pajak dari rakyat, meskipun negeri ini memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah dan mampu memperkaya negara. Lagi-lagi karena penerapan sistem ekonomi kapitalisme, pengelolaannya justru diserahkan pada swasta bahkan asing. Oleh karena itu, selama sistem kapitalisme masih diterapkan oleh negara, maka pajak akan terus membebani kehidupan masyarakat. Inilah kesadaran yang harus tertanam pada diri gen-z hari ini.
Yakni, kesadaran yang shahih atas kerusakan sistem hari ini.
Hanya saja tidak boleh berhenti sampai di sini. Setelah mereka memahami ada kerusakan sistem kehidupan yang terjadi, maka gen-z harus memahami sistem shahih yang harus dituju dan menjanjikan keberkahan hidup. Sistem yang dimaksud adalah sistem Islam kaffah.
Islam memiliki konsep kepemimpinan yang komprehensif dan mensyaratkan penerapan aturan Islam secara sempurna. Dimana penerapan aturan Islam secara sempurna adalah jaminan terwujudnya keberkahan hidup umat manusia. Islam menempatkan penguasa (Khalifah) sebagai raa'in (pengurus) yang memastikan rakyatnya terurusi dan terlindungi melalui penerapan hukum syariat. Jadi, rakyat tidak akan diberikan janji-janji manis sesaat.
Jaminan kesejahteraan bisa diwujudkan dalam penerapan sistem ekonomi Islam oleh negara Khilafah tanpa kompensasi pajak mencekik sebagaimana yang terjadi dalam sistem kapitalisme sekuler saat ini.
Jaminan pendidikan juga diwujudkan dengan penerapan sistem pendidikan Islam oleh Khilafah sehingga ada banyak perbedaan mendasar pengelolaan urusan umat antara sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Sudah waktunya gen-z sebagai pemuda hari ini berpikir mendalam dan cemerlang dalam memahami persoalan masyarakat. Sistem kapitalisme-demokrasi hanya menjadi pelindung bagi orang-orang tertentu bukan untuk rakyat. Janji kesejahteraan hanya ilusi, karena sistem kapitalisme memang tidak dirancang untuk kemaslahatan umat.
Sistem politik dan ekonomi Islam memberikan jaminan kesejahteraan hidup sebagai wujud taatnya pemimpin pada hukum syariat.
Islam memiliki sistem pendidikan Islam yang akan membekali gen-z dengan berbagai ilmu agar produktif dan menghasilkan karya untuk umat. Selain itu, Islam juga akan memberikan pendidikan politik Islam sebagai bekal gen-z dalam memberikan kontribusi pada perubahan hakiki untuk penerapan Islam kaffah dan tegaknya Khilafah. Pendidikan politik terhadap gen-z ini tidak boleh diabaikan terlebih Islam melihat potensi gen-z sebagai agen perubahan hakiki sangatlah besar. Gen-z harus bergabung pada partai politik Islam ideologis untuk mendapatkan pendidikan politik Islam agar gerak perjuangannya terarah dan berada pada jalan yang menghantarkan pada perubahan hakiki yaitu kehidupan yang diatur dengan Islam kaffah.
Wallahu alam bish-shawab
Tags
Opini