Pendirian Rumah Moderasi, Mengancam Akidah Generasi



Oleh : Eti Fairuzita



Keberadaan Rumah Moderasi Beragama (RMB) di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terbukti memiliki manfaat besar dalam menciptakan kerukunan beragama di tengah masyarakat. Lewat RMB, potensi-potensi kerawanan terkait isu agama bisa dicegah lebih dini. Apalagi RMB didukung oleh civitas academica yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang agama yang mumpuni. "RMB ini terobosan paling hebat karena advokasi. Sebab, selama ini kampus hanya memiliki kekuatan dalam hal penelitian dan hasilnya dipublikasikan di jurnal yang sifatnya elite.

Lewat terjun ke masyarakat langsung, maka nilai-nilai moderasi bisa lebih membumi," kata Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, 14 November 2023. 
Menurut Inung, panggilan akrab Ahmad Zainul Hamdi, gagasan Moderasi Beragama telah dijadikan program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. 
 Tugas Kementerian Agama makin besar karena diberi mandat sebagai leading sector atas program ini.

Selain itu, dalam Peraturan Presiden No 58 Tahun 2023, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas juga dipercaya sebagai ketua pelaksana sekretaris bersama (sekber) penguatan moderasi beragama. Hal ini yang terus didorong Kementerian Agama dengan pendirian Rumah Moderasi Beragama di PTKI. Rumah Moderasi dibentuk menjadi pusat pendidikan dan penelitian moderasi beragama. Namun, hal ini tidak terbatas pada civitas academica di kampus tersebut, tetapi perlu lebih jauh menjangkau publik.  

Arus moderasi beragama masih terus digalakkan oleh pemerintah. Maraknya pendirian rumah moderasi beragama menunjukkan cara pandang negara atas konflik dan solusinya, khususnya konflik antar umat beragama. Padahal sejatinya, ini bukanlah solusi. Mengingat moderasi beragama sejatinya justru upaya menjauhkan umat dari aturan agamanya (Islam). Karena rinsip-prinsip yang diajarkan bertentangan dengan Islam yang lurus. 

Pada dasarnya ide moderasi beragama merupakan bagian dari rangkaian proses sekulerisasi pemikiran Islam ke tengah-tengah umat yang diberi warna baru. Ide ini menyerukan semua agama sama, dan menyerukan pula untuk membangun Islam inklusif atau yang bersifat terbuka, toleran terhadap ajaran agama lain, serta menyusupkan paham bahwa semua agama benar. Apalagi menjelang hari raya umat non-muslim ide moderasi yang mengusung toleransi ini kembali diperbincangkan.

Padahal sudah sangat jelas bahwa Allah SWT telah menegaskan
"Siapa saja yang mencari agama selain Islam sekali-kali tidaklah akan diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi,"(Qs. Ali-Imran : 85). Berdasarkan ayat-ayat ini Allah SWT telah sangat tegas menyatakan bahwa agama yang benar dan mulia di sisi Allah hanyalah Islam, apalagi adanya celaan yang bersifat jazm (pasti) bahwa tidak akan diterima agama selain Islam dan mereka tidak akan selamat di akhirat kelak. 

Dari sinilah kita mendapati bahwa penganut Islam moderat memberlakukan toleransi melampaui batas yang telah digariskan oleh Islam. Bahkan murtadnya seseorang atau pun menjadi ateis dianggap sebagai hak seseorang yang tidak boleh diganggu. 
Tampak jelas Ide ini sangat bertentangan dengan akidah Islam.

Inilah moderasi beragama yang harus dipahami oleh umat hari ini. Mereka tidak boleh tertipu dengan slogan-slogan kerukunan, keharmonisan dan slogan-slogan lainnya yang sebenarnya hanya membawa kemudharatan.
Sebab pada hakikatnya, penerapan aturan Islam secara sempurna akan membawa kebaikan bagi umat muslim maupun non muslim di bawah naungan negara Khilafah. 

ide moderasi ini telah menjadikan nilai-nilai Islam yang datang dari Al-Khaliq al-Mudabbir yang disepadankan dengan aturan buatan manusia. Selanjutnya, pelan tapi pasti gagasan ini tidak hanya mengebiri Islam yang merupakan ideologi tetapi juga akan mengubah Islam dipahami sebatas agama ruhiyah yang dihilangkan sisi politisnya sebagai solusi atas seluruh aspek kehidupan. Jika pemerintah telah memasukan ide ini ke dalam kurikulum pendidikan dengan berbagai program turunannya, maka proses pendidikan justru menjauhkan generasi muslim dari urusan agamanya.

Padahal pendidikan adalah pilar kebangkitan Islam karena dari sanalah terlahir generasi cemerlang yang bangkit pemikirannya. Lalu  dengan segenap ketakwaannya, mereka siap berkontribusi secara maksimal dalam membangun peradaban.
Dalam kitab Nizham al-Islam karya Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani digambarkan secara umum kebijakan pendidikan Islam. Salah satunya adalah penegasan bahwa pendidikan Islam wajib berlandaskan akidah Islam. 

Mata pelajaran dan metodologi penyampaiannya seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan sedikit pun dari asas tersebut. Kurikulum pendidikan hanya satu tidak boleh digunakan kurikulum lain selain kurikulum negara yang juga berasas akidah Islam. Dengan asas akidah Islam ini, maka Islam menetapkan tujuan pendidikan yang sejalan yakni membentuk kepribadian Islam serta memberikan peserta didik dengan berbagai ilmu dan pengalaman yang berhubungan dengan kehidupan.

Ilmu-ilmu tsaqofah diajarkan secara utuh seperti halnya ilmu pengetahuan yang lain dengan syarat tidak adanya penyimpangan dari tujuan pendidikan. Sebagaimana toleransi misalnya, mahasiswa akan diajarkan toleransi menurut Islam, tidak akan bercampur dengan pemikiran asing. Sesuai Islam sudah memiliki aturan tentang toleransi yang dapat menjadi pedoman di mana saja umat Islam melakukan aktivitas termasuk di kampus, dan dianggap sangat relevan bagi kehidupan kampus.

Terlebih, bagi generasi muda seperti halnya mahasiswa agar dapat bersikap dengan bijak serta toleransi dapat diwujudkan. Islam adalah agama yang memiliki aturan tertentu dan definisi tertentu sesuai dengan ketetapan Allah dan Rasulnya yang seharusnya menjadi pedoman dalam berinteraksi di tengah masyarakat. 

Penguasa dalam Islam memiliki kewajiban memberikan nasehat takwa yakni menjaga akidah umat dan menjaga kehidupan agar tetap terikat dengan hukum syara. Juga mengingatkan umat menggunakan berbagai media yang ada melalui departemen Penerangan Negara. Serta penempatan qadhi hisbah yang akan secara langsung menjaga akidah umat. Sungguh hanya kepemimpinan Islam yang akan mampu menjaga akidah umat.

Wallahu alam bish-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak