Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Menjelang akhir tahun, berbagai momen perayaan telah siap digelar. Salah satunya di Kota Surabaya. Berbagai kesiapan telah dipastikan Pemkot Surabaya untuk menyambut perayaan hari raya umat Kristiani dan perayaan menjelang tahun baru. Keamanan dan kenyamanan dalam penyelenggaraan tersebut membutuhkan dukungan dari seluruh pihak masyarakat. Demikian disampaikan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi (jawapos.com, 13-12-2024). Demi terwujudnya hal tersebut, dibutuhkan perkuatan toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Sehingga diharapkan mampu melahirkan keharmonisan. Lanjutnya.
Walikota Jambi terpilih, Dr. dr. Maulana, pun menyampaikan hal serupa. Dalam rangka peringatan hari raya umat Nasrani, Dr Maulana menyampaikan perlu adanya semangat natal yang mampu mempererat kerukunan masyarakat (rri.co.id, 11-12-2024). Dr. Maulana pun berharap agar semangat natal menjadi pengikat masyarakat menuju persatuan dan keharmonisan.
Dampak Kebijakan Sekular
Slogan toleransi terus digaungkan dan menjadi simbol kerukunan antar umat beragama. Seruan-seruan ini terus diulang-ulang dilakukan oleh Menteri Agama, para pejabat terkait dan para kepala daerah. Pemahaman ini terbentuk sebagai bentuk ketidakjelasan tugas penguasa dan pejabat negara dalam menjaga urusan rakyat, termasuk dalam penjagaan negara atas akidah rakyat.
Kebebasan lagi-lagi menjadi alasan kuat penerapan konsep toleransi yang kebablasan. Pemahaman terkait hak asasi manusia terus gencar diopinikan di tengah pemikiran rakyat. Keadaan ini pun semakin diperparah dengan kampanye moderasi beragama yang membuat rakyat makin bingung memegang erat akidahnya. Alhasil rakyat kian jauh dari pemahaman dan konsep yang lurus.
Mestinya umat perlu meningkatkan kewaspadaan dan menjaga pemahaman yang benar terkait penjagaan akidah. Tujuannya agar mampu memegang kuat hukum-hukum syariat yang telah Allah SWT. tetapkan atas seluruh manusia. Dan tetap menjaga ketaatannya hanya pada Allah SWT. Bukan malah mengikuti arus yang merusak akidah.
Namun sayang, negara yang seharusnya menjadi lembaga edukasi terbaik bagi rakyat, justru lalai menunaikan tugasnya. Negara malah menetapkan berbagai kebijakan yang merusak pemahaman umat. Kecenderungan masyarakat yang kian longgar dan mewajarkan berbagai pemahaman menjadikan rakyat semakin tidak memahami makna penjagaan akidah.
Semua konsep yang salah kaprah ini merupakan dampak dari penerapan sistem sekular yang menjauhkan aturan agama dari kehidupan. Agama hanya dianggap pemahaman ritual individu dan setiap orang merasa bebas akan pemahamannya. Kebebasan ini pun dilegalisasi oleh negara dengan mengatasnamakan konsep toleransi moderasi yang kian deras dipahamkan di tengah masyarakat.
Tidak hanya itu, dampak dari penerapan sistem sekularisme pun menjadikan negara abai akan tugasnya menjaga akidah yang benar dalam diri individu rakyat. Wajar saja, rakyat kian bebas dengan berbagai pemahaman yang dicampuradukkan. Dan rakyat pun tidak memahami bahwa pola sikap yang demikian akan merusak akidahnya.
Betapa rusaknya dampak pemikiran sekular yang terus mengancam pemikiran masyarakat. Alih-alih berharap persatuan dan keharmonisan, namun ternyata yang didapat adalah kerusakan akidah yang akan merusak keimanan.
Batasan Islam
Islam memiliki batasan definisi yang jelas terkait pelanggaran hukum syarak. Islam pun memiliki paradigma yang jelas dalam konsep interaksi dengan agama lain.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi."
(QS. Ali 'Imran: 85)
Makna toleransi dalam Islam memiliki batasan khas yang tidak mengganggu ranah akidah. Sumber kedamaian dunia sering dikaitkan dengan toleransi dan moderasi beragama, namun pemahaman ini sesungguhnya keliru. Kehidupan yang penuh berkah hanya dapat terwujud dalam ketaatan total kepada Allah SWT. Kedamaian akan tercipta saat syariat Islam diterapkan secara sempurna di tengah kehidupan umat.
Islam menjadikan para pemimpin dan pejabat negara sebagai pelindung akidah umat yang mampu memberikan nasihat takwa agar umat tetap terkoneksi dengan aturan Islam, terutama saat momen krusial yang berpotensi membahayakan akidah umat, seperti perayaan hari raya umat beragama lain dan jelang perayaan akhir tahun yang jauh dari aturan syariat Islam.
Tidak hanya itu, negara pun menyiapkan Departemen Penerangan untuk menyampaikan penjelasan terkait tuntunan Islam dalam menyikapi momen perayaan hari besar agama lain. Sehingga umat mampu cerdas bersikap meskipun berbagai pemahaman merusak banyak ditemui.
Keunggulan lain dalam sistem Islam, negara juga memiliki qadhi hisbah yang akan memberikan penjelasan di tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi umat Islam dengan agama lain. Khususnya masalah aturan Islam terkait perayaan momen-momen akhir tahun.
Selama masa Daulah Islamiyyah tegak selama 1300 tahun, keharmonisan masyarakat selalu menjadi hal utama. Penerapan syariat Islam yang sempurna telah terbukti mampu menjaga kerukunan antar umat.
Kekhilafahan menggambarkan kehidupan toleransi dalam makna yang hakiki. Sistem Islam memberikan batasan yang jelas mengenai makna toleransi dalam hubungan antar umat beragama. Sejarah membuktikan bahwa Spanyol telah menjadi teladan hidup toleransi antara Muslim, Yahudi, dan Kristen. Di India, selama pemerintahan kekhilafahan Abbasiyah dan Utsmaniyah, umat Muslim dan Hindu hidup rukun selama berabad-abad tanpa saling mengganggu akidah masing-masing. Semua konsep ini indah terlaksana karena sistem Islam memiliki visi dan misi yang jelas dalam mengurus seluruh urusan umat, termasuk urusan akidah. Berkahnya penerapan sistem Islam yang bijaksana. Akidah rakyat terpelihara dalam tatanan sistem yang menjaga.
Wallahu a'lam bisshowwab.
Tags
Opini