Kebijakan PPN untuk Kepentingan Siapa?


Oleh. Messy Ikhsan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa tarif PPN 12 persen akan diterapkan pada barang dan jasa yang dikategorikan mewah atau premium.

PPN atas Bahan Makanan Premium (contoh: beras premium, buah-buahan premium, daging premium seperti wagyu dan daging kobe, ikan mahal seperti salmon premium dan tuna premium, udang dan crustacea premium seperti king crab) PPN atas jasa pendidikan premium berstandar internasional PPN atas jasa pelayanan kesehatan medis premium Pengenaan PPN untuk listrik pelanggan rumah tangga 3500-6600 VA, seperti yang dilansir pada lama kompas.com pada tanggal 19 Desember 2024.

Buntut dari penyataan dan kebijakan tersebut tentu memancing respon dari masyarakat, terutama rakyat biasa yang memiliki pendapatan yang tidak seberapa dan dibelenggu kemiskinan. Jangankan untuk membayar pajak, untuk makan dan kebutuhan sehari-hari saja masih banyak masyarakat yang harus banting tulang untuk memperoleh sesuap nasi. Sedangkan pemerintah yang seharusnya jadi pelayan masyarakat, malah semakin menambah beban hidup semakin berat.

Generasi muda terutama mahasiswa yang memiliki intelektualitas dan wawasan tinggi tak boleh berdiam diri melihat kezaliman yang terjadi. Suara-suara riuh kebenaran itu harus lantang disorakan dan tak gentar dirayu dengan sesuap nasi. Sayangnya pengaruh didikan sistem sekuler membentuk mereka menjadi pribadi yang hedonis, egois, minim empati, dan jauh dari nilai agamis.

Kepedulian Gen Z terhadap kebijakan yang menyengsarakan rakyat sudah seharusnya ada, karena Gen Z adalah salah satu kekuatan umat dalam mewujudkan perubahan
Penolakan Gen Z atas kebijakan ini harus dibangun dengan kesadaran yang sahih atas kerusakan sistem hari ini. Bukan hanya pungutan pajak saja yang harus ditolak, namun juga sistem kehidupan yang menjadi asas lahirnya kebijakan pajak atas rakyat yaitu sistem kapitalisme

Sistem kapitalisme yang jelas rusak, tak layak untuk dipertahankan. Gen Z tidak boleh terus diperdaya oleh janji-janji sistem rusak tersebut. Oleh karena itu, pendidikan politik pada Gen Z tidak boleh diabaikan, terlebih Islam melihat potensi Gen Z sebagai agen perubahan hakiki sangat besar. Selain itu, Islam memiliki sistem pendidikan Islam untuk membekali Gen Z dengan berbagai ilmu agar produktif dan menghasilkan karya untuk umat.
 
Islam juga akan memberikan pendidikan politik Islam sebagai bekal Gen Z dalam memberikan kontribusi pada perubahan hakiki untuk penerapan Islam kafah dan tegaknya sistem Islam. Gen Z harus bergabung pada partai jemaah islam ideologis untuk mendapatkan pendidikan politik Islam agar gerak perjuangannya terarah dan berada pada jalan yang menghantarkan pada perubahan yang hakiki yaitu kehidupan yang diatur dengan Islam kafah.




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak