Hadiah Terbaik Untuk Ibu


Hadiah Terbaik Untuk Ibu

Oleh Agus Susanti
Pegiat Literasi Serdang Bedagai

22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Pemerintah kota Mojokerto memberikan kado istimewa bagi perempuan lanjut usia dengan memberikan rangkaian bunga mawar sebagai lambang cinta dan penghargaan, juga paket sembako untuk meringankan kebutuhan sehari-hari. (Im.com, 22-12-24)


Kapitalisme Menyusahkan Peran Ibu

Menjadi seorang ibu adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Perjuangan menjadi seorang ibu juga tidak bisa dibayar dengan tumpukan harta. Hadiah terbaik yang diharapkan bagi seorang ibu dari anak-anaknya hanyalah bakti dan ketaatannya pada Allah.
Rasulullah bersabda, "Tidak ada anak yang bisa membalas Budi ibunya, kecuali dengan memasukkannya ke surga." (HR. Ibnu Majah)

Sayang sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan negara ini banyak menimbulkan berbagai kesulitan bagi seorang ibu. Tugas utama ibu sebagai madrasah pertama bagi anaknya sering kali terabaikan, disebabkan para ibu yang harus terjun membantu perekonomian baik dengan bekerja atau berwirausaha. Kurikulum pendidikan yang diterapkan juga gagal membentuk karakter murid yang berakhlak baik, bahkan orang tua juga disulitkan dengan berbagai tugas sekolah yang dibebankan untuk para siswa.

Belum lagi ide liberal yang menjunjung makna kebebasan yang melahirkan para generasi rusak. Tak heran banyak ditemukan para generasi muda yang masih sangat dini sudah terjebak pada miras, narkoba, hingga sex bebas. Hal tersebut jelas menjadi beban berat bagi ibu menjalankan perannya dalam mendidik anak. 


Bukti Cinta Pada Ibu

Semua bisa bilang sayang, semua juga bisa bilang cinta. Tapi apalah artinya sayang bila hanya di bibir dan di media sosial saja? 
Pada 22 Desember berbagai media sosial dipenuhi dengan berbagai rangkaian manis ucapan terimakasih dan selamat Hari Ibu, tak ketinggalan dengan seabrek foto hadiah dan buket bunga/uang yang dihadiahkan untuk sang ibu tercinta.

Satu hari tersebut seluruh anak menunjukkan cinta dan baktinya, semua yang tak bisa dilakukan kini rela dilakukan. Memasak, membereskan rumah, bangun pagi, berbicara dengan sopan, semua ini dilakukan dalam rangka memuliakan ibu di hari yang spesial. Apakah hal demikian benar dikatakan sebagai bukti cinta pada ibu?

Tidak, semua itu hanyalah seremonial belaka, bahkan banyak anak yang menjadikan momen tersebut sebagai konten untuk diunggah ke media sosial. Demi apa? Demi mencari simpati dari orang lain. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari meraka sangat berlaku tidak baik pada sang ibu. Tak sedikit para ibu yang harus selalu bertarung dengan emosi dan air mata demi memastikan anaknya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas, sedangkan sang anak merasa hidupnya adalah haknya sehingga tak ingin kehidupannya di atur bagai sebuah robot.

Seorang anak yang mencintai ibunya sudah sepatutnya memberikan rasa hormat, berbakti, ringan tangan membantu dan santun pada sang ibu. Hal itu pun dilakukan bukan pada momen tertentu, melainkan dilakukan setiap hari. Seorang ibu telah mengandung dan melahirkan, serta merawat anaknya setiap hari dengan penuh cinta. Maka seperti itu pula harusnya anak membalas jasa ibu yang tak mungkin pernah ada kata impas.


Ibu Mulia Dalam Islam

Ironi hidup dalam sistem sekuler yang memisahkan urusan dunia dengan akhirat. Semua tingkah laku didasarkan pada manfaat dan kesenangan semata. Tak heran jika negara ini memiliki banyak perayaan untuk menunjukkan cinta dan kepedulian. Adanya peringatan Hari Anak, Ayah, dan Ibu menunjukkan bahwa kehidupan saat ini masih sangat jauh dari kata sejahtera. Bukan hanya urusan finansial tapi juga kasih sayang. Dibuatnya peringatan tersebut setiap tahunnya nyatanya tidak memberikan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Semua hanya seremonial sebagaimana perayaan lainnya.

Berbeda dengan sistem Islam yang menjadikan ketakwaan pada Allah sebagai landasan perbuatan. Halal dan haram yang menjadi tuntunan, keridaan Allah yang dijadikan tujuan. Dalam Islam tidak ada satu hari khusus untuk memuliakan seseorang, sebab dalam Islam memuliakan ayah dan ibu adalah sebuah kewajiban. 
Allah berfirman, "Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya." (QS. Luqman ayat 14)

Dalam Islam ditanamkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah sebuah kewajiban. Seorang bahkan dilarang berkata "ah" pada ibunya, apalagi untuk berkata kasar dan tidak sopan. Betapa mulianya seorang ibu hingga dikatakan surga di bawah telapak kakinya. Sayang umat sudah semakin jauh dari pemahaman Islam yang benar, sehingga meraka lupa bahwa bakti kepada sang ibu maupun ayah hendaknya dilakukan setiap hari. 

Bukan emas dan permata yang diharapkan oleh orang tua dari anak-anaknya. Melihat anaknya sehat dan hidup bahagia saja sudah cukup bagi meraka. Namun seorang anak yang salih pasti akan melakukan yang terbaik untuk membalas jasa orang tua, terkhusus ibu. Rasulullah sendiri sampai mengatakan tiga kali untuk menghormati ibu, baru ayahmu.
Anak yang baik dan salih tidak hanya memuliakan ibunya di dunia, melainkan sampai ke akhirat. Semua itu dilakukan dengan bentuk perbuatan selama di dunia dengan pengabdian terbaik.

Anak yang salih tidak akan menyusahkan apalagi membuat ibunya terluka. Di dunia ia menjaga nama baiknya, dan di akhirat ia berikan mahkota surga sebagai hadiah. Hal itu diwujudkan dengan seorang anak menjaga setiap perbuatannya tidak melanggar perintah dan larangan Allah. 


khatimah

Hadiah terbaik bagi sang ibu adalah dengan menjaga setiap perbuatan agar selalu terikat pada hukum syariat, melaksanakan salat, puasa, menutup aurat, tidak mengkonsumsi miras, pergaulan bebas hingga zina. Anak yang salih akan menghantarkan orang tuanya ke surga, sebaliknya anak yang senantiasa melakukan maksiat dan melanggar perintah Allah akan menghantarkan meraka ke neraka jahanam. 

Wallahu alam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak