Gen-Z; Pilkada dan Harapan Kesejahteraan



Oleh : Aksara Adhikari (Pelajar Kota Bogor) 




Pilkada 2024 telah selesai, seluruh calon legislatif dan kepala daerah sudah berbenah. Para pemenang kursi jabatan tengah bersiap memasuki gelanggang baru perpolitikan daerah, adapun yang kalah akan mundur perlahan dan menunggu kesempatan di tahun berikutnya.

Kemarin, banyak sekali calon kepala daerah yang mencoba meraih suara gen Z dengan berbagai cara. Tawaran-tawaran menarik serta  janji kehidupan lebih baik digelontorkan. Mereka menggambarkan kehidupan gen Z yang jauh lebih baik ketika kepemimpinan daerah dipimpin oleh mereka. Lalu, apakah akhirnya banyak gen Z yang kemudian terpengaruh? Ya. 

Kini, saat semuanya telah usai. Sudah jadi kewajaran jika para gen-Z menagih segala tawaran dan janji pilkada mereka. Bukan lagi kewajaran bahkan itu harusnya jadi kewajiban, pasalnya setiap janji hakikatnya adalah utang yang harus ditagih dan ditunaikan. Adapun pada faktanya, kebanyakan janji politik yang digelontorkan hanyalah janji-janji kosong yang tak bertuan. 

Janji-janji seperti ini akan terserak, tersebar luas saat Pilkada belum terlaksana. Namun akhirnya, menjadi debu kosong yang berterbangan saat Pilkada usai dilaksanakan. Sudah seharusnya hal semacam ini jadi pengingat para Gen-Z, bahwa inilah demokrasi. Yang selalu memberi harapan saat mereka membutuhkan suara, namun saat menang mereka lupa untuk sekedar berterimakasih kepada rakyat yang telah memilihnya.

Gen Z jangan pernah lupa jika sistem Demokrasi yang dipakai sekarang sama sekali tidak akan memberi jaminan kehidupan yang lebih baik. Gen Z pun harus menyadari bahwa negara dengan penerapan sistem dan pemilihan pemimpin yang salah tidak akan pernah membuat hidup kita sejahtera, para rakyat kalangan bawah hanya akan dipandang sebagai aset ekonomi.

Jika mereka menginginkan kehidupan yang sejahtera, maka dibutuhkan negara dengan pemimpin yang adil, serta sistem yang tidak melanggar aturan agama. Karena tegaknya negara pastinya berlandaskan pemimpin dengan aqidah yang shahih, pemimpin yang mampu mengatur negaranya dengan apik sesuai dengan aturan yang diperintahkan Sang Ilahi Rabbi, bukan yang lain. 

Pemimpin semacam di atas, hanya akan terwujud melalui penerapan Islam secara kaffah, dalam bingkai Khilafah. Bukan pemimpin yang lahir dengan sistem demokrasi, dimana voting menjadi penentu kuasa, padahal kuasa hanya dimiliki pengusaha, bukan pejabat dan bukan pula rakyat.

Semoga sistem dengan profil pemimpin semacam itu akan segera terlaksana. Sebab di bawah kepemimpinannya, kehidupan akan tercipta jauh lebih baik. Bukan hanya untuk gen-Z, melainkan gen-Y dan gen-X pun akan menemukan kebahagiaan dan jaminan kesejahteraan dalam sistem Islam. 

Wallahu A'lam bis Shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak