Pemimpin Baru jadi Harapan baru?



Oleh : Saryati (Aktivis Dakwah)



Pesta Demokrasi yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali di Indonesia telah berlalu, pemimpin baru pun telah usai dilantik beberapa waktu yang lalu. Presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memberikan harapan besar dengan sederet janji dan kebijakan-kebijakannya untuk 5 tahun kedepan. 

Mengusung visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. Prabowo-Gibran yakin hanya dengan persatuan, kesatuan, dan kebersamaan bangsa ini bisa mencapai cita-cita Indonesia Emas.

Astacita adalah visi besar yang diusung oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Astacita" berasal dari dua kata, yaitu "Asta" yang berarti delapan, dan "Cita" yang berarti tujuan atau aspirasi. Jadi, Astacita mengacu pada delapan cita-cita atau tujuan besar yang menjadi landasan kepemimpinan dan kebijakan Prabowo-Gibran untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih maju, berdaulat, dan sejahtera.
Harapan Baru Indonesia Maju" adalah sebuah konsep yang menggambarkan visi besar Indonesia untuk menjadi negara yang lebih makmur, berdaya saing tinggi, dan sejahtera. Di bawah pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Indonesia memiliki peluang untuk mewujudkan harapan ini melalui sejumlah strategi dan kebijakan yang ditujukan untuk memperkuat pembangunan nasional di berbagai sektor. Dengan membentuk kabinet besar diyakini Prabowo akan mampu membawa Indonesia menuju lebih baik.

"Harapan Baru Indonesia Maju" mencerminkan optimisme besar terhadap masa depan Indonesia sebagai negara yang maju, inklusif, dan berkelanjutan. Melalui fokus pada inovasi, pembangunan infrastruktur, pemerataan ekonomi, serta penguatan sektor kreatif dan teknologi, Indonesia diharapkan mampu menghadapi tantangan global dengan lebih kuat. (Sumber : m.antaranews.com 20/10/24)
Seolah memberikan harapan yang baru dalam kondisi negeri yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Permasalahan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, korupsi, pergaulan bebas, kriminalitas, dan sederet problematika negeri ini yang semakin bertambah. 

Namun semua permasalahan itu tidak bisa terealisasi dengan janji-janji yang diucapkan, karena pada faktanya setiap pemilihan pemimpin Baru dengan janji memberikan harapan baru, kondisi negeri ini masih tetap sama. Mengapa semua permasalahan ini terjadi? Bukan hanya penguasanya saja yang tidak menepati janji, tetapi sistem negeri ini yang masih bersandar pada sistem buatan manusia yang tidak melibatkan Allah SWT didalamnya.

Tentu sangat berbeda ketika sistem yang diterapkan berasaskan Islam, dimana  akitivitas dalam seluruh aspek kehidupannya melibatkan Allah SWT, dengan menjadikan syariat Islam sebagai landasan. Menjadi pemimpin atau penguasa bukan  sebagai ajang untuk berebut kursi kekuasaan, apalagi dengan mebebarkan janji-janji yang tidak dapat terealisasi.
Dalam Islam memilih pemimpin tidak sekedar dilihat dari individu calon pemimpinnya saja, melainkan sistem yang diterapkan jugq haruslah berasal dari Islam.

 Adapun kriteria pemimpin dalam Islam juga telah ditetapkan. Ada 7 ke (syarat in'iqad)  penguasa/pemimpin diantaranya : (1) Muslim; (2) Laki-laki; (3) Balig; (4) Berakal; (5) Merdeka (bukan budak/berada dalam kekuasaan pihak lain); (6) Adil (bukan orang fasik/ahli maksiat); (7) Mampu (punya kapasitas untuk memimpin)
Islam juga menetapkan tugas pemimpin negara adalah melaksanakan sistem Islam secara Kaffah dan berperan sebagai raa'in dan junnah bagi rakyatnya. Dengan diterapkannya sistem yang berlandaskan Islam, maka keberkahan akan kita rasakan dan harapan baru kehidupan yang lebih baik akan terwujud.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak