Kurikulum Berganti-ganti tapi Nihil Prestasi



(Sari Isna_Tulungagung)



Perbincangan mengenai kemungkinan perubahan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum semakin gencar terdengar, menyusul pernyataan terbaru dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti. Rencana ini menandai niat pemerintah untuk mengevaluasi Kurikulum Merdeka dan mengarahkan pendidikan menuju pendekatan baru yang lebih dalam dan berpusat pada keterlibatan siswa secara aktif. Kurikulum Deep Learning sendiri dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman siswa dengan metode yang mengajak mereka tidak hanya memahami materi, tetapi juga menghayatinya melalui pendekatan Mindful Learning, Meaningfull Learning, dan Joyful Learning. (melintas.id. 9/11/2024)

Deep Learning sebagai pendekatan belajar Abdul Mu'ti mengungkapkan, istilah deep learning atau pembelajaran mendalam adalah pendekatan belajar untuk meningkatkan kapasitas siswa. Namun, dia membantah deep learning dianggap sebagai sebuah kurikulum pendidikan. Mu'ti menegaskan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) kini masih mengkaji kurikulum pendidikan yang akan diterapkan di Indonesia. Meski begitu, dia memastikan Kemendikdasmen belum memutuskan untuk mengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan pada masa jabatan Mendikbudristek Nadiem Makarim. (kompas.com, /11/11/2024)

Isu perubahan kurikulum tersebut terus saja mengemuka meski dinyatakan bahwa deep learning bukanlah kurikulum, namun metode dan perubahan kurikulum dimungkinkan pada tahun ajaran baru. Namun rakyat sudah memiliki persepsi bahwa “ganti Menteri ganti kebijakan’, entah ganti kurikulum atau kebijakan yang lain.

Berbagai perubahan dalam sistem pendidikan nasional selama ini, nyatanya belum mampu mewujudkan manusia seutuhnya, generasi beriman dan bertakwa dan trampil sebagaimana tujuan Pendidikan. Perubahan ini bisa terjadi akibat ketidak jelasan visi dan misi Pendidikan yang diterapkan negara, atau pun demi menyesuaikan dengan tuntutan global atau dunia industri.

Di sisi lain, adanya perubahan kurikulum, namun tetap dengan asas sekuler kapitalisme tidak akan pernah menghasilkan generasi unggul. Potret generasi yang dihasilkan adalah generasi minim adab, berpikiran bebas (liberal), makin berpotensi berbuat kerusakan dan masalah di tengah-tengah masyarakat. Terbukti dengan fakta maraknya kasus kejahatan yang menjadi tersangkanya adalah para pelajar. Semakin ke sini kondisi generasi makin memprihatinkan. Alih-alih pendidikan karakter yang ditanamkan namun nyatanya tidak ada perubahan. 

Pergantian kurikulum bukan menjadi solusi yang tepat karena akar permasalahannya terletak pada sistem yang diterapkan. Berbeda dengan sistem Pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam memberikan arah yang jelas pada visi dan misi Pendidikan. Dalam sistem pendidikan Islam, visi misi orientasi pendidikan adalah membangun dan memajukan peradaban dan kemaslahatan umat. Bukan beroientasi pada materi dan kesejahteraan diri tanpa memperhatikan kondisi masyarakat.

Kurikulum berbasis akidah Islam ini juga akan membentuk generasi emas berkepribadian Islam, sehingga ilmunya bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Selain itu individu yang dilahirkan adalah individu yang mampu menguasai iptek, terdepan dalam beraktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, menjadi seorang problem solver yang handal sesuai syariat Islam, sehingga ke depannya mampu menjaid khoiru ummah dan pemimpin peradaban.

Hal itu tentu saja tak bisa terlepas dari peran negara sebagai periayah umat. Dalam Islam, pendidikan dibiayai penuh oleh Negara dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Negara mengatur penuh arah kurikulum berbasis Islam serta menyediakan fasilitas dan sarana pendidikan. Tak diragukan lagi, sejarah panjang peradaban Islam telah memberikan bukti nyata akan keunggulan sistem Pendidikan Islam, yang diterapkan dalam negara yang menerapkan Islam kafah. Dan Negara yang menerapkan sistem Islam secara keseluruhan satu-satunya adalah khilafah.

Daulah khilafah mampu membangun keunggulan-keunggulan pendidikan yang dilahirkan dari peradaban Islam. Kita hari ini menyadari dan makin banyak melihat bukti bahwa tidak ada perbaikan dengan sistem sekuler, sistem kapitalisme yang hari ini dipraktikkan. Mau ditambal sulam, berbagai kurikulum berganti-ganti diterapkan, tapi justru memperparah keadaan. Nihil empati, nihil prestasi, malah membentuk pribadi yang jauh dari Islam.Iinilah saatnya kembali kepada sistem terbaik, sistem yang berasal dari Sang Pengatur kehidupan, kembali kepada sistem Islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak