Oleh: Rengganis Santika STP
Bukit Tidar di Akmil (akademi militer) Magelang menjadi saksi, pembekalan (retreat) para menteri dan pejabat di jajaran kabinet Merah Putih. Selama tiga hari, team kabinet Prabowo-Gibran ini konon katanya digembleng ala-ala militer. Melelahkan namun retreat dibalut suasana ceria bahagia penuh keakraban. Setiap hari mereka dibangunkan sirine jam 04.30 pagi, dilanjutkan berbagai program kegiatan sampai larut malam. Usai retreat diharapkan kabinet merah putih semakin semangat dan 'fresh'. Kebahagiaan ditambah sederet fasilitas yang akan mereka nikmati sebagai menteri dan pejabat negara. Namun ironis keadaan terbalik dengan situasi negeri ini. Pada saat yang sama kondisi bangsa setelah 10 tahun rezim Jokowi berkuasa tidak baik-baik saja. Negeri ini menanggung banyak masalah dan rakyat menjerit.
Problematika Bangsa Tak Cukup Diselesaikan Dengan Retreat
Euforia para mentri, penjabat negara termasuk anggota DPR/MPR, setelah berhasil memperoleh kekuasaan harus segera berakhir. Karena mereka telah disumpah di bawah kitab suci untuk segera melaksanakan amanah. Jabatan dan kekuasaan tak elok bila diekspresikan dengan bangga apalagi jumawa. Pertanyaan yang muncul, mampukah usai retreat para mentri akan lebih fokus mengurus rakyat? Apakah pemerintah makin peka terhadap problem rakyat? Mampukah mereka menemukan solusi atas semua masalah bangsa? Jangan sampai retreat hanya sekedar ajang "hiburan" yang dibalut pembekalan ala militer. Rakyat butuh bukti cepat. Setumpuk masalah multidimensi telah menunggu di depan mata kabinet.
Ibarat permainan bola, sehebat apapun para pemain dilatih, tapi bila aturan main bola yang mudah diubah berpotensi masalah. Sejak awal sistemnya dibuat tidak "fair" penuh rekayasa. Disetting hanya untuk menguntungkan salah satu pihak. Demi tujuan, kecurangan ditolerir panitia, bahkan menutup mata atas kekerasan ketika bermain.
Gambaran negeri ini kurang lebih sama, sistem aturan yang diterapkan hari ini adalah sistem rusak yaitu kapitalisme sekuler. Inilah akar masalah bangsa yang hakiki. Bukan sekedar SDM mentri tidak mumpuni. Sesemangat atau se'fresh' apapun para menteri, mereka tak berdaya melawan sistem rekayasa segelintir pembuat aturan yaitu olighart ekonomi dan politik. Sejatinya perbaikan harus dimulai dari perubahan sistemnya atau ideologinya.
Solusi Bangsa adalah Kembali pada Aturan Allah.
Setelah memahami bahwa akar masalah bangsa, yaitu tidak diterapkannya ideologi/sistem islam. Maka perubahan yang pertama harus dilakukan adalah merubah sistem/ideologi negara. Ideologi yang shahih bukan dari hawa nafsu manusia tapi berasal dari zat yang maha sempurna, Allah swt.
Oleh karena itu, hakekat pembekalan bagi para menteri dan pejabat negara, adalah seperti nasehatnya Rasulullah saw pada sahabat Muadz Bin Jabal, ketika akan menjalankan amanah sebagai pemimpin baru di wilayah Yaman. Nasehat Rasulullah saw adalah perintah bertakwa dan berlaku adil. Rasulullah saw memastikan pada muadz rujukan/aturan apa yang akan dipakai Muadz. Jawaban Muadz begitu meyakinkan, menjadikan syariat islam yaitu qur'an dan sunnah sebagai aturan Rasulullah memastikan lagi pada Muadz bagaimana bila tidak mendapati dari keduanya. Maka dengan yakin Muadz akan berijtihad dengan keduanya.
Itulah landasan konstitusi ideologi islam. Jadi "sebaik-baik bekal adalah takwa" yaitu iman yang kokoh dan ketaatan tanpa tapi dan nanti. Walaupun muadz akan memimpin sebagian rakyat non muslim. Namun tetap menjadikan ideologi islam, sebagai aturan kehidupan. Sebab keadilan islam meliputi setiap bangsa, agama, suku, ras dan warna kulit. Allah swt sang pencipta menjamin syariat islam mampu menyolusi semua problem rakyat. "Maliki yaumid diin" iman meyakinkan kita kelak Allah lah raja di hari kiamat, hanya aturanNya yang berlaku. Ingatlah wahai para penguasa, para mentri dan pejabat, kalian adalah pemangku amanah rakyat kelak akan ada pengadilan akhirat. Semua amanah akan dimintai pertanggungjawaban jangan sampai jadi penyesalan dan kehinaan...wallahu 'alam bish shawab
Tags
Opini