Oleh Siti Aminah aktivis Muslimah Kota Malang
Di balik layar kehidupan sosial media yang tampak sempurna, tersimpan jeritan diam yang tak terdengar. Krisis kesehatan mental pada remaja Indonesia semakin mengkhawatirkan, menjadi ancaman serius bagi generasi penerus bangsa.
Realitas mengejutkan terungkap melalui Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama untuk remaja 10-17 tahun di Indonesia. Hasil survei menunjukkan satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta remaja.
Lebih mengkhawatirkan, satu dari dua puluh remaja (2,45 juta) terdiagnosis gangguan mental, sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia. Dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (16/10/2024).
Berdasarkan I-NAMHS (2022), gangguan mental yang paling banyak diderita remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%. Tekanan akademik, perundungan siber, dan perubahan sosial budaya telah menciptakan lingkungan yang semakin menantang bagi kesehatan mental generasi muda.
Survei Kesehatan Indonesia (2023), mengungkapkan depresi sebagai penyebab utama disabilitas pada remaja, dengan generasi Z (15-24 tahun) tercatat paling rendah dalam mengakses pengobatan. Kondisi ini dapat memicu peningkatan masalah sosial seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat terlarang. Pemahaman yang baik mengenai faktor penyebab depresi pada kelompok ini menjadi kunci penting dalam penyusunan strategi intervensi (Kemenkes, 2023).
WHO menekankan bahwa masa remaja merupakan periode krusial dalam pembentukan kebiasaan sosial dan emosional yang mendukung kesehatan mental. Kebiasaan ini mencakup pola tidur sehat, olahraga teratur, pengembangan keterampilan mengatasi masalah, dan pengelolaan emosi. Lingkungan yang protektif dan suportif dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat luas sangat penting untuk perkembangan mental yang sehat (WHO, 2024). TIMES INDONESIA (17/10/2024)
Ada banyak persoalan yang dihadapi Gen Z biaya pendidikan sangat mahal bila ingin kualitas pendidikan yang bagus, UKT terus naik , lapangan pekerjaan sulit sehingga banyak pengangguran dan banyak yang bekerja tidak sesuai dengan pendidikan yang diperoleh nya, belum lagi gaya hidup hedonis yang dipamerkan di sosial media membuat Gen Z banyak yang sakit mental.
Sakit mental yang dialami oleh para Gen Z ini adalah dampak dari sistem demokrasi kapitalisme yang banyak melahirkan aturan rusak. Pendidikan yang dikapitalisasi membuat Gen Z harus membayar mahal untuk mendapatkan pendidikan tinggi, kurikulum yang tidak jelas yang menyita pikiran dan waktu tapi menghasilkan kualitas SDM yang rendah sehingga tidak mampu untuk bersaing dalam dunia kerja sehingga menimbulkan sakit mental karena pendidikan yang diperoleh tidak sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan, lapangan pekerjaan yang sedikit membuat para Gen Z berebut pekerjaan dan banyak pengangguran,gaya hidup hedonis yang dipamerkan oleh para kapitalis untuk menarik perhatian para pemuda agar membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan tapi hanya untuk memenuhi gengsi apabila tidak mampu membeli maka akan ditinggalkan sehingga mereka menjadi cemas dan akhirnya melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya.
Tanggungjawab pembinaan generasi muda Islam mutlak harus diperhatikan oleh semua pihak, mulai dari orangtua atau keluarga, masyarakat, hingga lembaga pendidikan formal dan negara.Amanah yang sangat besar dan berat ini harus ditangani secara bersama-sama dengan serius dan penuh keikhlasan.
Tujuan dari pembinaan generasi muda Islam adalah istiqomah keimanannya, rajin ibadahnya, baik akhlaknya, teguh pendiriannya, berjiwa pejuang, kuat fisiknya, terdidik dan terlatih skill-nya, serta menjadi pelopor dalam penguasaan IPTEK.
Ajaran Islam yang diimplementasikan secara kaffah dan tegas oleh generasi muda, seperti sifat kejujuran, keadilan, bertanggung jawab, semangat kerja keras, berbudaya ilmu harus ditanamkan sejak dini merupakan kunci utama masa depan bangsa, negara dan ummat Islam. Dimulai dari pembinaan dalam rumah tangga atau keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan formal.
Negara juga harus menyediakan fasilitas pendidikan yang bagus sehingga gen Z bisa mengenyam pendidikan tinggi dan menjadi SDM yang berkualitas dan beriman kepada Allah SWT. Negara juga harus menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak sehingga gen Z tidak mengalami kecemasan.
Gen Z memiliki modal besar sebagai agen perubahan, termasuk membangun sistem kehidupan yang shahih. Demokrasi menjauhkan genZ dari perubahan hakiki dengan Islam kaffah, padahal hanya dengan sistem Islam generasi dan umat manusia akan selamat, Untuk itu, gen Z membutuhkan adanya partai yang akan membina Gen Z secara shahih yang mendorong terbentuknya gen Z berkepribadian Islam, yang akan membela Islam dan membangun peradaban islam.
Tags
Opini