Oleh Ai Hamzah
Tepat tanggal 25 November dicanangkan sebagai hari guru nasional. Seperti biasa ramai disekolah atau madrasah membuat acara untuk memeriahkan hari guru. Berupa hadiah dipersembahkan untuk guru guru mereka. Tampak guru guru pun merasa bahagia dengan ucapan ucapan dari para muridnya.
Hari Guru Nasional adalah bentuk apresiasi peran guru di seluruh negeri yang sudah mendidik dan membersamai anak Indonesia untuk tumbuh berkembang. Hari guru ini juga, sebagai penghargaan kepada tenaga kependidikan yang telah memberi layanan pendidikan. Dengan mengusung tema 2024 ini "Guru Hebat, Indonesia Kuat". Tema tersebut sebagai dukungan terhadap semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dari guru-guru hebat Indonesia dalam melayani anak bangsa.
Ironisnya dibalik meriahnya hari guru ini masih banyak sosok guru yang jauh dari penghargaan. Guru Supriyani misalnya, seorang guru honorer di SDN 4 Baito, Kabupaten Konawe Selatan ini, terjerat kasus hukum yang menghebohkan publik. Ia dilaporkan oleh orang tua murid yang merupakan anggota kepolisian atas tuduhan penganiayaan pada April 2024. Kasus ini pun terus bergulir di pengadilan, bahkan menyita perhatian publik ketika Supriyani akhirnya ditahan pihak kejaksaan. Liputan6.com, Jakarta, 31 Oktober 2024
Sampai akhirnya sidang putusan ini, berlangsung di PN Andoolo Konawe Selatan, Senin (25/11/2024). Hakim menyatakan, Supriyani divonis tidak bersalah atas tindak pidana pemukulan berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi. Setelah proses persidangan berlangsung sebulan, hakim akhirnya membacakan vonis bebas. Liputan6.com, Kendari, 25 November 2024
Saat ini sosok guru bukanlah menjadi sosok yang patut dihormati lagi. Maka sangatlah tidak heran banyak kasus guru yang dikriminalisasi oleh pihak orang tua. Materi menjadi bagian yang menjauhkan sosok guru dari kemuliaan. Bagi mereka hawa nafsu dan meteri menjadi perlu yang diperjuangkan sekalipun itu harus mengoyak ngoyak kehormatan guru.
Guru adalah sosok yang sepatutnya dihormati. Karena lewat para guru itulah cahaya ilmu menerangi dunia. Dengan ilmu yang diajarkan oleh para guru maka kehidupan ini akan terasa lebih bermakna. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an tentang guru, yang disebutkan dalam Surat AL Mujadalah ayat 11.
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah ayat: 11).
Para sahabat telah memberikan contoh dalam memberi hormat terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata:
كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا
Artinya: “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara.” (HR. Bukhari).
Hormat kepada guru merupakan salah satu kunci dalam meraih keberkahan sebuah ilmu. Imam Az-zurnuji juga menjelaskan pentingnya menghromati seorang guru, berikut lafadznya :
اعلم بأن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله وتعظيم الأستاذ وتوقيره.
Artinya : Ketahuilah ! seorang penuntut ilmu tidaklah mendapatkan ilmu dan tidak dapat memetik manfaat dari ilmu yang ia dapatkan, kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahlinya, mengagungkan dan menghormati seorang guru.
Para khalifah pun pernah memberikan penghargaan kepada guru. Di masa Khalifah Umar bin Khattab, gaji guru ditetapkan sebesar 15 dinar per bulan. Di masa Daulah Abbasiyah, para guru juga mendapatkan gaji yang besar, seperti Zujaj yang mendapat gaji 200 dinar per bulan dan Ibnu Duraid yang mendapat gaji 50 dinar per bulan. Memsubsidi kebutuhan anak-anak guru. Dan pemerintah menanggung kebutuhan pokok dan biaya sekolah anak-anak guru.
Begitupun seorang Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Sang Sultan sangat mencitai dan menghormati gurunya Syeikh Aaq Syamsuddin dengan kecintaan yang tinggi. Sang guru mempunyai kedudukan yang khusus dan istimewa di hati Sultan. Maka suatu ketika, gurunya Syeikh Āq Syamsuddin datang. Saat itu Muhammad al-Fatih sedang bermusyawarah dengan para pembesarnya. Melihat kedatangan gurunya, al-Fatih bergegas bangun dan menyambut gurunya dengan penuh rasa hormat.
Wallahu a'lam
Tags
Opini