Oleh: Febrinda Setyo
Aktivis Mahasiswa
Berdasarkan beberapa sensus, saat ini populasi di Indonesia didominasi oleh gen Z. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, jumlah gen Z di Indonesia mencapai 74,93 jiwa (GoodStats, 29/8/2023).
Jumlah ini membuat gen Z menjadi populasi yang paling banyak di negeri ini. Fenomena ini juga membuat Indonesia mengalami bonus demokrasi, yakni suatu kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif dalam sebuah negara sangat besar. Hal ini digadang-gadang akan menciptakan sebuah perubahan yang besar bagi Indonesia, salah satunya Indonesia Emas 2045. Namun jika kita tengok pada kodisi gen Z sekarang, bonus demografi juga berpotensi menjadi boomerang yang malah membawa Indonesia ke dalam kondisi yang darurat jika tidak ditangani dan dipersiapkan dengan benar.
Menilik fakta saat ini, gen Z yang diharapkan menjadi sosok emas yang akan membawa perubahan bagi Indonesia justru menunjukkan sikap yang sebaliknya. Saat ini mayoritas gen Z berada di situasi yang tidak baik-baik saja. Salah satunya masalah mental. Dilansir dari TIMESINDONESIA, dalam sebuah survei yakni Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), ditemukan fakta bahwa sekitar 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah mental. Faktor penyebabnya sebagian besar adalah adanya tekanan dari orang lain, tuntutan keluarga, dan pengaruh media sosial. Kesulitan dalam hal sosial ekonomi serta pola asuh yang salah juga menjadi faktor pendukung terjadinya masalah mental.
Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa generasi muda saat ini berada dalam keadaan terjepit. Biaya pendidikan mahal, UKT selalu naik, di sisi lain ketika melamar kerja diutamakan yang memiliki gelar perguruan tinggi. Sungguh hal ini membuat gen Z semakin terdesak. Tak hanya itu, saat ini gen Z juga disodorkan dengan gaya hidup yang mewah dan berakibat pada perilaku gen Z yang cenderung FOMO, konsumerisme, dan hedonisme.
Sungguh ironi yang terjadi pada gen Z sekarang. Di satu sisi mereka menjadi harapan pembawa perubahan dan kemajuan bangsa, di sisi lain mereka terhimpit dengan realita yang sulit tetapi selalu diiming-imingi dengan gaya hidup yang selangit.
Kondisi ini tak lepas dari diberlakukannya cara hidup ala kapitalisme di dunia. Kapitalisme yang memandang apa-apa dinilai dari materi dan uang membuat generasi muda ikut menstandarkan sesuatu hanya dengan kebahagiaan semu yang ia dapatkan dari materi. Alhasil, alih-alih bekerja keras menjadi generasi emas yang membawa perubahan, banyak gen Z sekarang yang hanya fokus pada kebahagiaannya sendiri. Banyak dari kalangan gen Z yang tak peduli mengenai permasalahan sekitar asalkan dirinya sendiri aman. Sungguh bukanlah cerminan generasi pembawa perubahan.
Dalam Islam generasi muda menjadi aset yang harus dilindungi dan dipersiapkan untuk menjadi pembawa perubahan yang akan memimpin masa depan. Generasi muda akan dibekali tak hanya ilmu-ilmu dunia tetapi juga ilmu-ilmu akhirat. Gen z merupakan sebuah modal yang besar dalam kemajuan negara dan peradaban. Hanya Islam lah yang mampu menyelamatkan generasi dan membawa perubahan yang hakiki. Maka dari itu, gen Z memerlukan sebuah partai atau tempat yang mampu membina mereka dengan cara yang shahih, mendorong terbentuknya kepribadian islam serta mencetak generasi yang berani membela Islam dan membangun peradaban.
Tags
Opini