Oleh. Najwa Ummu Irsyad
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi tren yang menonjol di kalangan generasi Z, terutama di era digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. FOMO mencerminkan rasa cemas atau takut ketinggalan informasi, pengalaman, atau momen yang penting, yang seringkali dipicu oleh interaksi di media sosial. Di satu sisi, FOMO dapat dianggap sebagai hasil dari perkembangan teknologi yang pesat. Namun, di sisi lain, fenomena ini menunjukkan pengaruh mendalam sistem sosial dan ekonomi yang mendasari gaya hidup saat ini, yakni sistem liberal kapitalisme demokrasi.
Sistem kapitalis demokrasi mendorong kebebasan individu yang cenderung tanpa batas, termasuk dalam hal konsumsi dan gaya hidup. Kebebasan ini, ketika dipadukan dengan kekuatan media sosial, menciptakan dorongan besar bagi generasi muda, khususnya Gen Z, untuk mengejar tren, popularitas, dan kesenangan duniawi yang bersifat sementara.
Kapitalisme, dengan prinsip konsumerismenya, merangsang sikap hedonistik, di mana kenikmatan dan kepuasan pribadi menjadi tujuan utama. Media sosial memperparah keadaan ini dengan menampilkan kehidupan glamor, pencapaian, dan kesenangan orang lain secara terus-menerus, yang membuat generasi muda merasa harus ikut serta agar tidak merasa tertinggal.
Akibatnya, potensi besar yang dimiliki Gen Z seringkali tersia-siakan. Waktu, energi, dan kreativitas mereka terfokus pada pencapaian kepuasan instan, sementara kontribusi mereka untuk sesuatu yang lebih bermakna, seperti prestasi akademis atau sosial, terabaikan.
Regulasi dalam sistem kapitalisme tidak memberikan perlindungan yang memadai bagi generasi muda dari jebakan gaya hidup materialistik ini. Sebaliknya, sistem ini justru memperkuat lingkaran konsumerisme melalui platform media sosial yang terus menciptakan kebutuhan-kebutuhan semu.
Islam memandang pemuda sebagai kelompok yang memiliki potensi luar biasa dan kekuatan besar untuk melakukan perubahan sosial. Dalam Al-Qur'an dan hadis, banyak kisah tentang para pemuda yang berperan sebagai agen perubahan dalam sejarah Islam, seperti Ashabul Kahfi, para sahabat muda Nabi Muhammad saw., serta tokoh-tokoh besar seperti Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid. Mereka adalah contoh pemuda yang bukan hanya memiliki semangat, tetapi juga visi hidup yang terarah untuk kebaikan umat.
Potensi pemuda sangat dihargai dalam Islam karena masa muda adalah fase ketika seseorang memiliki energi, kecerdasan, dan keberanian yang optimal untuk mengambil tindakan. Islam tidak memandang pemuda hanya sebagai generasi penerus, tetapi sebagai kekuatan utama dalam menghadapi tantangan zaman dan membawa perubahan yang nyata. Pemuda memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga agama, masyarakat, dan peradaban.
Sistem Islam, yang didasarkan pada syariah, menawarkan kerangka hidup yang jelas untuk mengembangkan potensi ini. Sistem ini membentuk karakter pemuda dengan nilai-nilai tauhid, akhlak mulia, dan kesadaran sosial yang tinggi. Dengan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan hidup, Islam mampu mengarahkan energi pemuda untuk berkontribusi kepada umat dan masyarakat secara keseluruhan.
Islam juga menekankan pentingnya ilmu dan amal. Pemuda didorong untuk belajar, mengembangkan pengetahuan, dan menggunakan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah umat. Sistem pendidikan Islam pada masa keemasan khilafah islamiyah berhasil melahirkan ilmuwan, pemimpin, dan pejuang yang tidak hanya unggul di bidang spiritual, tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah bukti bahwa dengan bimbingan Islam, potensi generasi muda dapat dimaksimalkan untuk membangun peradaban yang gemilang.
Peradaban Islam yang pernah berjaya adalah contoh nyata bagaimana sistem Islam mampu memaksimalkan potensi pemuda. Dalam peradaban tersebut, para pemuda memainkan peran kunci dalam bidang keilmuan, politik, sosial, dan militer. Oleh karena itu, kebangkitan Islam di masa kini juga memerlukan peran aktif dari generasi muda yang diarahkan dengan nilai-nilai Islam, menjadikan mereka agen perubahan untuk membangun kembali peradaban Islam yang pernah berjaya.
Dengan demikian, sistem Islam adalah solusi terbaik untuk melejitkan potensi Gen Z, dengan mengarahkan mereka pada tujuan hidup yang sesuai dengan penciptaan manusia, yaitu beribadah kepada Allah Swt. dan memberikan kontribusi yang terbaik bagi umat dan peradaban Islam.
Wallahu a'lam bishawab