Konsultan dan Trainer Kepemimpinan Islam Ir. Karebet Wijaya Kusuma, M.A menerangkan bahwa fenomena Doom Spending makin parah dalam globalisasi.
“Doom Spending ini yang membuat parah sebenarnya globalisasi dan diperparah dengan sistem hidup yang kondusif untuk itu (kapitalisme),” paparnya dalam Doom Spending Gen Z: Trend Berbahaya atau Sekadar Gaya Hidup? | Podcast Sepulang Mengajar - Edisi 44 di kanal YouTube Guru Muslim Inspiratif, Sabtu (9/11/2024).
Beberapa pakar menyebut, lanjutnya, Doom Spending jadi perilaku-perilaaku berlebihan, di mana dia tidak berpikir panjang. Sampai dikhawatirkan oleh pakar tidak bisa punya investasi masa depan karena uangnya dihabiskan untuk sesuatu yang tidak perlu.
Ini tergolong perbuatan mubazir, sampai tidak bisa membedakan antara kebutuhan dengan keinginan.
“Kalo bahasa agamanya perbuatan mubazir, jadi dia memborong banyak hal yang sebetulnya tidak penting, dengan bahasa lain dia tidak tau mana kebutuhan mana keinginan,” terangnya.
Lebih mengerikan karena dibarengi perasaan negatif yang mempengaruhi kesehatan mental seperti stress, cemas, juga ketidakpastian masa depan.
“Tapi tidak sampai berhenti disitu, ini mengerikan karena dipicu sebagai perasaan negatif, kesehatan mental, apa itu? Stress, kecemasan, ketidakpastian dimasa depan. Berarti ini bukan perkara yang sederhana, ini sudah terhubung ke masalah yang bersifat aqidah, dia takut tentang masa depan, dia takut tentang rezeki,” jelasnya.
Ia memperkuat dengan penjelasan Imam Syafi’i yang menyandingkan antara ajal dan rezeki, selama orang itu belum mendapatkan ajalnya maka rezekinya akan terus mengalir. Masa depan adalah perkara ghaib, selama dia masih hidup pasti dapat rezeki.
Pak Karebet, sapanya, menilai bahwa fenomena lost generation ditembak dari berbagai sisi. Mulai dari pacaran, tawuran, kenakalan remaja, dan sekarang Doom Spending. Dan ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang disebut kapitalisme.
“Jadi fenomena lost generation itu tembakannya dari banyak sisi, yang tradisional pacaran, kenakalan remaja, tawuran, ternyata sekarang itu mengimbas kepada doom spending. Tidak hanya lifestyle, ini lifestyle yang mengakar yang membudaya, yang lahir dari way of life. kalau bicara way of life pasti tidak bisa dilepaskan dari aqidah, dan tidak disebut way of life kecuali dia aqidah yang diatas nya terbangun sistem hidup, itulah kapitalisme,” pungkasnya. [] Sin.