penulis: Zahra Sofia pelajar pondok pesantren al husna cikampek.
Fenomena Fear of Missing Out salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. Dengan kehadiran teknologi digital, terutama media sosial, kecenderungan untuk merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting menjadi semakin nyata. Dari perspektif komunikasi, FOMO mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Kumparan.com (12-09-24)
Kasus fomo seperti ini banyak tersjadi di kalangan generasi z, mereka tergoda untuk selalu terhubung secara online, dan tetlibat untuk semua aktifitas di dalam internet.
Mereka cemas dan khawatir, jika mereka tidak mengikuti tren terbaru, atau perkembangan terbaru, mereka takut tidak di angga relevan oleh teman teman mereka, karna rasa takut ini, generasi z rela berjam jam menghabiskan waktu nya di media sosial.
Bahkan karna mereka, para generasi z, terlalu banyak menghabiskan waktunya dengan media sosial nya, mereka rela meng akhirkan perintah orang tua nya, kebersamaan keluarga hanya demi sebuah tren.
Fomo pada generasi z juga bisa menyebabkan tekanan mental, tekanan untuk selalu online pada media sosial atau lain nya dapat membuat mereka setres, kecemasan, dan perasaan tidak memadai, mereka akan lebih sering cenderung membandingkan diri mereka dengan orang yang mereka lihat di media sosial.
Kasus seperti ini diakibatkan oleh beberapa perkara, salah satu nya adalah sebuah sistem yang bebas, yaitu sekuler kapitalisme, sistem ini melegal kan segalanya, di mulai dari dunia nyata hingga dunia maya, tidak peduli itu baik atau buruk.
Bahkan kasus ini terjadi bisa di karenakan sebuah keluarga, yang terlalu cuek, tidak mempedulikan sesama keluarga nya, tidak pernah excited untuk menjadi seorang pendengar, hanya mempedulikan dan memikirkan dirinya sendiri.
Bisa juga di sebabkan, karena mereka tidak bisa mengatur waktu mereka, mereka bingung untuk melakukan apa, pada akhirnya mereka lari jalur dunia maya, seperti sosial media dan lainnya.
Fomo juga bisa merusak keproduktifan diri, fikiran yang terbagi bagi membuat seseorang menjadi kesulitan untuk beraktifitas, alhasil kualitas pekerjaan dan efesiensi dapat menurun.
Cara yang efektif untuk menghindari fomo salah satu nya adalah fokus pada pengalaman bukan pada objek,bisa dengan cara menikmati petualangan pencapain, koneksi, dan sebagainya.
Islam adalah cara yang paling efektif dari yang efektif, karena sistem Islam akan mengatur manusia dengan baik, sistem Islam hanya akan melegalkan hal hal baik, sistem selalu mengutamakan memilih dan menyelidiki penyebab sebuah oerkara sebelum perkaraitu di legalkan.
Bahkan Islam akan mengatur segala aspek kehidupan manusia, dari mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, menjadi produktif karena di berikan wewenang untuk bekerja.
Tidak akan ada pengangguran di berbagai daerah, dikarenakan semua aspek sudah terpenuhi oleh apa yang telah di adakan oleh sistem islam.
sebagaimana Allah berfirman dalam (QS. Ali Imran:83)
اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗ ٓ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?.
Dari ayat Qur'an di atas memberikan keterangan bahwasan nya Allah telah mengatur seluruh aspek yang ada di dunia, bahkan lagit dan bumi pun berserah diri kepada nya, kita dipaksa untuk mengikuti aturan nya, dikarnakan aturan dalam Islam adalah aturan terbaik bagi selurah makhluk hidup.
Wallahua'lam bishshawab
Tags
Opini
Masya Allah
BalasHapus