Pemimpin Baru, Negeri ini akankah Menjadi Lebih Baik?



Oleh: Hanifah Afriani



Indonesia, sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, baru saja menyelesaikan pemilu yang sangat dinantikan oleh jutaan rakyatnya.

Setelah proses panjang yang melibatkan kampanye intens, debat publik, dan partisipasi warga negara yang antusias, Indonesia kini menyambut pemimpin barunya. Presiden terpilih ini diharapkan membawa angin perubahan, membawa visi yang segar, serta menjawab tantangan besar yang dihadapi bangsa, mulai dari ekonomi, politik, hingga isu lingkungan. (antaranews.com, 20/10/2024)


Pergantian pemimpin baru memunculkan harapan baru masyarakat terhadap penguasa. Pergantian pemimpin seolah membawa angin segar terhadap harapan masyarakat menuju negeri ini menjadi lebih baik.


Tidak dipungkiri sejak kemerdekaan Indonesia hingga hari ini telah berganti beberapa pemimpin dari berbagai berlatar belakang berbeda mulai dari politikus, militer, ilmuwan, wanita, hingga yang dianggap pro terhadap rakyat nyatanya negeri ini masih dalam cengkraman kemiskinan yang semakin tinggi, korupsi merajalela, kriminalitas semakin membabi buta dan banyak persoalan lainnya di negara ini yang tiap hari rasanya ingin mengelus dada.


Pergantian pemimpin dianggap sebagian orang sebagai harapan baru adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam anggapannya, keberhasilan berada di dalam individu pemimpin. Padahal selama sistem masih sama, yaitu demokrasi kapitalisme tidak akan mengalami perubahan.


Umat harus menyadari bahwa keberhasilan sebuah kepemimpinan tidak hanya terletak dari person atau individu, melainkan juga sistem yang digunakan.

Sistem yang digunakan hari ini yaitu sistem politik demokrasi dimana sistem ini sejatinya sistem yang batil karena bukan berasal dari Allah Sang Pencipta dan Pengatur manusia.


Sistem demokrasi kapitalisme sekularisme buatan manusia dalam pelaksanaannya pasti akan menimbulkan berbagai permasalahan dan kerusakan, memisahkan antara agama dan kehidupan sehingga hukum bisa diatur sesuai kepentingan pribadi yang berkuasa. Maka wajar jika saat ini demokrasi belum mampu mengantarkan kepada arah yang lebih baik. 


Berbagai problem di dunia saat ini, adalah akibat buruk penerapan sistem ini. Keberhasilan bukan dipengaruhi oleh person/individu melainkan juga sistem yang digunakan.

Sangat jauh berbeda jika negeri ini mau menerapkan sistem Islam. Islam telah mengatur masalah kepemimpinan agar mendatangkan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Islam memiliki kualifikasi pribadi menjadi seorang pemimpin. 

Kebaikan hanya akan terwujud dalam naungan sistem shahih, yaitu sistem Islam yang datang dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Allah swt.  Penerapan aturan Allah juga akan mendatangkan keberkahan dalam hidup
Islam menetapkan kriteria pemimpin sebuah negara (7 syarat in’iqad). 

Tujuh syarat tersebut yaitu muslim, laki-laki, baligh, berakal, merdeka atau bukan budak/berada dalam kekuasaan pihak lain, adil/bukan orang fasik, dan mampu (punya kapasitas untuk memimpin) 


Islam juga menetapkan tugas pemimpin negara adalah  melaksanakan sistem Islam secara kaffah dan berperan sebagai raa’in dan junnah bagi rakyatnya.


Dalam mekanisme sistem Islam inilah harapan kehidupan yang lebih baik dan juga keberkahan akan dapat diwujudkan karena kriteria pemimpin maupun sistem yang diterapkan berasal dari Allah SWT. 

Karena itu sudah saatnya umat mencampakkan sistem kapitalisme dan kembali pada aturan Islam yang sempurna untuk menggapai sebaik-baiknya solusi hidup serta kebahagiaan hakiki.

Wallahu’alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak