Rengganis Santika, STP
Korban Gempa Kertasari nyaris kehilangan harapan di tengah bencana. Siapa.yang menduga musibah akan datang tiba-tiba saat warga sedang menjalani aktivitas sehari-hari. Pada hari rabu 18 September 2024 sekitar pukul 09.30 pagi, warga dikejutkan dengan gemuruh gempa bumi bermagnitudo 5.0 yang mengguncang Kecamatan Kertasari dan sekitarnya di Kabupaten Bandung. Pusat gempa terdeteksi berasal dari patahan aktif di sekitar Kertasari yang baru saja ditemukan oleh Badan Geologi. Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, sehingga Indonesia juga kab. Bandung termasuk daerah rawan gempa. Bencana ini memicu kerusakan serius di berbagai wilayah. Puskesmas, sekolah dan rumah ibadah di Kertasari hancur. Namun dibalik peringatan keras dari alam ini tentu ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Sebagai muslim tentunya kita wajib melakukan muhasabbah.
Nasib Pengungsi yang Memprihatinkan
Fakta seperti ini senantiasa berulang disetiap bencana, dimana nasib pengungsi sering. terpuruk, terabaikan. Rasa trauma dan takut akibat peristiwa mencekam saat gempa terjadi masih tertanam kuat di benak warga. Mereka panik lari berhamburan keluar rumah. Oleh karena itu warga terdampak gempa, memilih tinggal di tenda pengungsian untuk sementara. Walau kondisi di tenda pengungsian pun cukup sulit. Mereka bahkan terpaksa makan seadanya, Kondisi itu dirasakan warga yang mengungsi di ladang kebun Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Sarana untuk pengungsi sangat minim hanya beralas karpet dan atap terpal. Sedangkan dindingnya dari spanduk. Di siang hari, mereka kepanasan dan malam hari mereka harus melawan dingin ditengah minimnya fasilitas, warga harus menghadapi malam-malam yang berat dengan hanya beralaskan terpal. Mereka terpaksa mengungsi karena rumahnya rusak, mereka takut kembali ke rumah. Gempa ini tidak hanya menghancurkan bangunan rumah dan fasilitas umum tapi juga merenggut nyawa, salah satunya Fauzan, seorang bocah berusia dua tahun yang tertimpa reruntuhan tembok rumahnya.(Detik.com, jum'at 20/9/2024)
Ketersediaan logistik menjadi kendala utama. Banyak warga yang harus bertahan hidup dengan makanan seadanya, seperti singkong. Kendala distribusi yang bantuan belum merata menjadi masalah klasik. Memang ada upaya dari pemerintah daerah dan berbagai organisasi, namun tidak terrealisir. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental. Kehilangan rumah dan orang terdekat menciptakan trauma yang mendalam. Terhambatnya proses belajar mengajar, memperburuk situasi bagi generasi di daerah tersebut.
Pengungsi Menunggu Janji Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan status tanggap darurat. Namun sayangnya tidak terwujud dengan cepat dan merata di lapangan. Bupati Kab. Bandung, Dadang Supriatna, menyatakan bahwa tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah diterjunkan untuk melakukan asesmen kerusakan. Tercatat lebih dari 1.000 unit bangunan rusak. Bantuan darurat berupa makanan, air bersih, dan perlengkapan kesehatan mulai didistribusikan. Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, mengunjungi lokasi terdampak gempa dan menyalurkan bantuan sebesar Rp3 miliar. Bantuan tersebut meliputi kebutuhan dasar, seperti makanan siap saji, perlengkapan tidur, serta peralatan kebersihan. Pemerintah berjanji akan mempercepat proses pemulihan, termasuk memperbaiki fasilitas umum dan rumah-rumah warga yang rusak.
Masih banyak warga di beberapa titik menunggu janji pemerintah. Kendala klasik sulitnya distribusi akibat medan menunjukkan tak ada mitigasi bencana oleh pemerintah dan pihak terkait. Minimnya akses ke beberapa desa yang terpencil menghambat penyaluran bantuan. Selain itu, proses rekonstruksi membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sementara warga harus bertahan di pengungsian dengan fasilitas yang sangat terbatas.
Terlepas apapun keadaannya seperti sulitnya medan ataupun disaat sekarang jajaran pemda sedang sibuk fokus Pilkada. Pemerintah pusat dan daerah adalah pihak yang paling bertanggungjawab. Jangan sampai nasib pengungsi terlunta-lunta. Pemerintab harus gerak cepat mengupayakan secara maksimal untuk memenuhi janjinya. Sayang di alam demokrasi sekuler seperti saat ini sulit menemukan pemimpin dengan iman dan takwa yang kokoh sehingga merasa khawatir, takut, amanah ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat.
Bencana Peringatan Allah Agar Kembali Pada Syari'at
Islam memiliki pandangan holistik, juga solusi konkret dan kaffah (menyeluruh) dari mulai rakyat dan pemimpin. Pertama dalam mensikapi bencana wajib mengedepankan iman dan takwa. Kemudian negara harus serius menangani bencana dari mulai mitigasi hingga penanganan pasca bencana.. Islam memberi contoh sosok teladan seorang pemimpin yang adil bijaksana saat mensikapi bencana. Itulah sosok Khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau mengajak umat untuk muhasabah tentang apa yang telah diperbuat manusia dimuka bumi, sehingga alam "marah". Beliau menerintahkan seluruh aparat dan pejabat kebawahnya agar bertakwa. Demikian pula Umar ra sangat cepat dalam menangani musibah disuatu daerah dengan memaksimalkan seluruh lini dan potensi. Kita wajib merenung betapa banyak kemaksiatan yang terjadi di kab. Bandung.
Islampun memberi contoh pada masa kekhalifahan utsmany, mitigasi bencana dilakukan dengan baik oleh para ahli. Saat itu Istambul (Turki) sebagai ibukota daulah adalah wilayah rawan gempa. Namun kerusakan dan kendala bisa diminimalisir terbukti mesjid aya sophia dan bangunan rumah juga sarana publik seoerti grand bazzar tetap kokoh hingga kini. Edukasi terkait kerawanan gempa dan penanganan pertama bencana pada rakyat juga penting. Terakhir nasehat sabar dalam menghadapi bencana sebagai penggugur dosa dan meningkatkan ketakwaan kita pada Allah, wallahu 'alam
Tags
Opini