Oleh: Oktavia (Aktivis Muslimah)
Indonesia saat ini nampaknya dipenuhi dengan generasi Zoomer atau bisa disebut Gen Z, yang lahir pada tahun 1997-2012. Gen Z sendiri tumbuh bersamaan dengan cepatnya teknologi informasi yang berkembang, maka tidak menjadi sebuah keheranan jika Gen Z menjadi generasi yang paling melek terhadap teknologi dan paling lama menggunakan alat-alat yang berbau teknologi seperti Hp, Komputer, I-Pad dll.
Teknologi dari zaman awal terciptanya, sudah disebutkan seperti pedang bermata dua, ada positif dan ada negatifnya tergantung pada pengguna teknologi tersebut. Termasuk Gen Z yang tak pernah lepas dari apa-apa yang berbau teknologi maupun media sosial.
Bijak tidaknya dalam menggunakan teknologi nyatanya membuat pola fikir, bahasa, kemajuan dalam segala hal antar gen Z berbeda. Diantara segudang manfaat teknologi, terdapat masalah serius yang dirasakan oleh Gen Z itu sendiri, mulai dari kesehatan mental, pola fikir, pembangunan ekonomi negara dan masih banyak lagi.
Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan teknologi berlebih dengan peningkatan stres, kecemasan, hingga depresi. Media sosial yang berkembang begitu cepat cukup menjadi sebab meningkatkan tingkat setres pada generasi, banyak yang merasa tertekan karena perbandingan sosial yang tidak sehat. Laporan dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 6,1% penduduk berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Fakta lain menunjukkan bahwa lebih dari 15,5 juta remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, khususnya terkait kecemasan dan depresi (Kumparan.com, 21/10/24).
Angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi, menjadi Pr bagi Indonesia sendiri untuk menyelesaikannya. Dan salah satu penyumbang angka pengangguran adalah pada kalangan Gen Z yang mencapai pada titik kritikal, yaitu sebanyak 9,9 juta orang. Ini berarti 22,25 % dari total penduduk usia 15-24 tahun, masih belum memiliki pekerjaan yang stabil (Radar Djogja, 23/10/24).
Api dalam Sekam
Sejumlah masalah yang terjadi pada Gen Z dapat diibaratkan api dalam sekam. Hanya menunggu waktu saja untuk menunjukkan luapan-luapan masalah yang sedang ditimbun. Masalah Gen Z secuil masalah yang ada, masih banyak lagi permasalahan yang terjadi di Indonesia mulai dari politik nya yang masih jauh dari pada politik sehat, pendidikan tidak terarah, sistem sosial yang masih kacau, kesehatan yang hanya dapat diakses oleh orang ber- uang, dan masih banyak lagi.
Tak dapat dipungkiri ini masalah serius, mengingat generasi muda (Gen Z) merupakan cikal bakal pemimpin Indonesia untuk kedepannya. Gen Z menjadi korban dari sistem yang hanya mementingkan kepentingan segelintir pihak, yang menginginkan Indonesia terus menjadi budak kepuasan mereka sesaat. Para kapital tidak akan rela Indonesia menjadi negara yang maju dengan generasi-generasi emas yang dimiliki Indonesia, maka dengan segal cara para kapital ini terus merusak generasi-generasi emas indonesia, diperparah dengan penerapan sistem yang merusak yaitu sistem demokrasi- kapitalis.
Ini merupakan masalah serius yang harus segera untuk ditangani, mengingat generasi muda (salah satunya adalah Gen Z) merupakan cikal bakal pemimpin Indonesia kedepannya. Jika tidak ingin kehilangan potensi yang dimiliki mereka, maka pemerintah harus segera menemukan solusi praktis lagi solutif.
Aktivasi Peran Pemuda
Fungsi negara di dalam Islam adalah Junnah (pelindung), periayah bukan justru menjadi penyebab rakyatnya semakin mundur kebelakang. Karena fungsi negara tersebut, maka tidak heran jika dalam masa kepemimpinan Rasulullah Saw. menampilkan fakta hebatnya para pemuda dengan memaksimalkan segala potensi yang ada pada para pemuda. Jika potensi tersebut masih belum juga terlihat, maka negara akan terus mensuport dengan menggunakan pendidikan agama juga sains. Karena Islam tau para pemuda merupakan generasi yang paling kuat, bahkan dianalogikan seperti kekuatan diantara dua kelemahan.
Allah Swt. berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS ar-Rum: 54).
Selain itu pula, Rasulullah ﷺ bersabda,
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran).” (HR Ahmad).
Pemuda mempunyai segudang kelebihan, mulai dari kuatnya fisik, kuatnya daya ingat, kuatnya daya kritis dan masih banyak lagi. Secara bahasa, syabab memiliki makna yang sangat menarik, diantaranya: Kekuatan (القوة), Hal yang baru (الحداثة), Sosok Muda (الفتوة), Keindahan (الجمال), Pertumbuhan (النماء), Awal dari segala sesuatu (أول كل شيء), Dll.
Sayang rasanya jika peran, potensi pemuda saat ini hanya dibiarkan saja mengalir tanpa tujuan. Bahkan jika hal itu sengaja dilakukan maka yang akan terjadi negara dengan sendirinya akan hancur lebur karena tak memiliki pemimpin yang kapabel dalam memimpin. Maka pemuda (salah satunya adalah Gen Z) harus dibina, diaktivasi perannya juga potensi kemudian diarahkan untuk perjuangan Islam yang hakiki.
Mari menjadi pemuda yang hebat, pemuda yang kuat. Yaitu pemuda yang hidup dengan Islam dan hidup untuk Islam.
Wallahu a'lam.
Tags
Opini