Kemiskinan Sulit Diberantas? Apa yang Salah?




Oleh Aulia Rizki Safitri



Lebih dari satu miliar orang hidup dalam kemiskinan akut di seluruh dunia berdasarkan laporan Program Pembangunan PBB pada hari Kamis (17/10/2024). Setengah dari jumlah tersebut, anak-anak yang paling terkena dampaknya.

Makalah yang diterbitkan Prakarsa Kemiskinan dan Pembangunan Manusia Oxford (OPHI) menyoroti bahwa tingkat kemiskinan ini tiga kali lebih tinggi di negara-negara yang tengah berperang. Karena tahun 2023 menandai konflik terbanyak di seluruh dunia sejak Perang Dunia II.

Makalah hari Kamis menunjukkan bahwa sekitar 584 juta orang di bawah 18 tahun mengalami kemiskinan ekstrem, yang mencakup 27,9 persen anak-anak di seluruh dunia, dengan 13,5 persen orang dewasa. (beritasatu.com, 17/10/2024).

Dari data diatas saat ini kemiskinan telah terjadi dimana-mana termasuk pula di Indonesia. Adanya kesenjangan antara miskin dan kaya yang jelas terlihat dan kian melebar. Kemiskinan ini terjadi karena adanya kondisi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari seperti kebutuhan makanan, air minum yang bersih, tempat tinggal yang layak, sanitasi, pendidikan serta kesehatan yang memadai.

Sudah seharusnya dunia memerhatikan kondisi kemiskinan seperti ini, akan tetapi dunia tak kunjung mampu mewujudkan kesejahteraan. Bahkan meski sudah ada peringatan hari pengentasan kemiskinan internasional 17 oktober, yang diperingati sejak tahun 1992.

Memang benar dunia melakukan upaya melalui organisai internasional, akan tetapi upaya yang dilakukan gagal untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemiskinan masih terus meluas. Pasalnya sumber solusi yang dipilih bergantung pada sistem kapitalis, sistem yang hanya menguntungkan pada para kapital dan mengabaikan nasib rakyat, bahkan rakyat harus berjuang sendirian untuk bisa keluar dari lingkaran kemiskinan.

Dengan dianutnya sistem kapitalis membuat rakyat semakin dipersulit, sebab prinsip para kapital ini hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk dirinya dan meminimalisir suatu kerugian. Sistem ini sejatinya adalah sistem yang rusak sehingga mustahil untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.

Sistem ini membuat negara tidak hadir dan berperan aktif mengurus rakyat secara menyeluruh, apalagi ukuran kesejahteraan ditetapkan secara kolektif dengan pendapatan perkapita yang merupakan ukuran semu. Sehingga tidak mungkin menghasilkan kesejahteraan yang nyata.

Juga masih adanya anggapan yang salah tentang solusi masalah kemiskinan, mulai dari ganti pemimpin, pemberdayaan Perempuan, hingga pemimpin Perempuan baik dalam negara, ataupun jabatan kepala daerah, juga Menteri. Ada juga anggapan jika belajar di luar negeri adalah salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan.

Sebuah studi yang terbit di International Journal of Educational Research Volume 128, 2024, menemukan bahwa lulusan yang kembali ke negaranya setelah belajar di luar negeri berdampak terhadap pengurangan kemiskinan. Dampak ini terutama dirasakan di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah.

Sejatinya penyebab mendasar sulitnya mengentaskan kemiskinan adalah penerapan sistem kapitalisme, yang membuat oligarki makin kaya, sementara rakyat makin menderita. Sistem kapitalis yang ditopang oleh liberalisme yang membuat para penguasa lebih berpihak pada oligarki dengan menciptakan kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan pihaknya, sehingga terjadinya fluktuatif ekonomi yang membawa rakyat pada kemiskinan.

Dengan penerapan Islam kaffah akan mampu mengentaskan kemiskinan. Islam adalah sistem dari Allah yang memberi solusi atas persoalan manusia termasuk kemiskinan. Penerapan Islam kafah akan menjamin kesejahteraan rakyat individu
secara menyeluruh untuk meningkatkan taraf hidup agar terbebas dari kemiskinan. 

Islam menetapkan pemimpin /kepala negara sebagai raa’in yang memenuhi kebutuhan rakyat dengan sistem Islam kafah. Seperti meneladani sikap kepemimpinan Umar bin Khattab yang pada setiap malam selalu berpatroli dari rumah penduduk yang satu ke rumah penduduk yang lainnya untuk menegakkan keadilan dan memastikan keadaan rakyatnya baik-baik saja, agar rakyat terhindar dari kemiskinan dan kelaparan. 

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ 

"Setiap kalian adalah pemimpin (pemelihara) , dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya (rakyatnya)." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Islam adalah sistem sempurna dan menyeluruh yang menetapkan ukuran kesejahteraan individu per individu. Ukuran ini lebih riil. Di dalam sistem Islam segala kebutuhan hidup rakyat dari mulai sandang, pangan dan papan akan tercukupi dan terpenuhi oleh negara. Sebab, negara berperan aktif sebagai pemelihara rakyatnya agar terlepas dari kemiskinan dan tidak bergantung pada para kapital yang hanya menetapkan ukuran standar perkapita pada rakyatnya. 

Dalam sistem Islam segala tata kelola negara sudah diatur sedemikian rupa dengan baik sesuai dengan hukum syar'a, sehingga tidak akan ada keberpihakan pada satu golongan demi suatu keuntungan dan membiarkan rakyat di rugikan karena negara mengelola segala pendapatan dan kekayaan dengan baik dan adil untuk kesejahteraan seluruh rakyat. 

Melalui berbagai konsep dalam Sistem ekonomi Islam, negara akan mampu dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya karena Islam menetapkan negara harus menjadi raain dan junnah bagi rakyatnya.

Dengan demikian hanya sistem Islam lah yang dapat menangani dan mengatasi segala problematika kehidupan juga dalam mengentaskan kemiskinan. Sebab, Islam adalan rahmatan lil'alamin untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat. 

Wallahua'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak