Jabatan dalam Sistem Demokrasi Hanya Prestise

Oleh : Dian Yanuar
( Forum Literasi Muslimah Bogor )


Pemerintah era presiden Prabowo Subianto kelak dikabarkan akan menambah kementrian atau lembaga menjadi 44 dari yang saat ini hanya 34. Hal ini dibocorkan oleh ketua MPR RI sekaligus politikus senior Golkar Bambang Soesatyo. Dia berharap para legislator mendapat kesempatan menduduki kursi mentri agar memperoleh pengalaman yang baru dan berbeda (Jakarta, CNBC Indonesia, 15 September 2024). 

Dalam sistem demokrasi betapa jabatan menjadi sebuah ajang bancakan dan prestise, tidak bisa dipungkiri jabatan selalu menjadi daya tarik bagi semua orang. Jabatan dijadikan salah satu indikator status sosial seseorang bahkan jabatan pada saat ini dianggap sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan dan dicapai demi mendapat penghormatan serta prestisius ketimbang sebagai amanah dan tanggung jawab. Sudah bukan merupakan rahasia umum lagi jabatan pada saat ini menjadi sebuah transaksional, seseorang bisa menjadi pejabat atau pemimpin jika dia memiliki banyak uang. Sebuah pengisian jabatan bisa diatur atau dimanipulasi sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian. 

Pada saat ini tolak ukur jabatan hanyalah sebuah kesuksesan duniawi, jabatan hanya digunakan sebagai jalan untuk mencari popularitas, menumpuk kekayaan pribadi, bisa sewenang-wenang terhadap rakyat, menikmati fasilitas gratis seperti contoh rumah dinas, mobil dinas dan lain sebagainya. Sementara rakyatnya dibiarkan hidup dalam kemiskinan, kelaparan, sulit mendapatkan pekerjaan sehingga banyak terjadi pengangguran, sulit mendapatkan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan yang layak dan terjangkau sehingga mengakibatkan banyak terjadi ketimpangan sosial di masyarakat. Bahkan demi sebuah jabatan sekarang ini orang rela menjilat, bahkan sampai mengemis-ngemsi melakukan berbagai cara tanpa mempedulikan prinsip-prinsip agama. 

Sungguh sangat berbeda jauh dengan jabatan yang ada dalam sistem islam. Dalam islam jabatan adalah merupakan sebuah amanah yang kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Dia harus memiliki semangat yang besar dalam memegang sebuah amanah, dibutuhkan juga sebuah komitmen dan konsistensinya dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, karena kemaslahatan rakyat diatas segalanya. Dalam islam orang yang diberikan amanah pun harus orang yang bertaqwa yang bisa menjalankan tugas dengan adil dan bijaksana. Mereka bertanggung jawab atas terjaganya nyawa, harta, akal, kehormatan, akidah setiap warga negaranya, mereka ibaratnya pelayan (rain) sekaligus junnah bagi rakyatnya. Mereka siap melaksanakan syariat islam demi menjamin terwujudnya kesejahteraan rakyat. 

Wallahualam bissowab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak