Islam Intoleransi?



Oleh Ai Hamzah



Ketika umat Islam melakukan protes atau demonstrasi terhadap sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan yang dipahaminya atau kondisinya sebagai seorang muslim, sebutan intoleransi itu langsung dijatuhkan. Bahkan berulang kali disebut Islam itu agama yang tidak toleransi. Padahal agama yang diakui dinegeri ini tidak hanya Islam, tapi ada beberapa agama yang sepatutnya juga dihormati. Label Islam agama Intoleransi itu terus digaungkan. 

Pelaksana harian (Plh) Direktur Eksekutif Wahid Foundation Siti Kholisoh menilai penolakan pendirian sekolah Kristen oleh sekelompok masyarakat Muslim di Parepare, Sulawesi Selatan, mencederai semangat toleransi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan alasan menurutnya setiap warga negara Indonesia seharusnya bebas mendirikan lembaga pendidikan berbasis agama yang telah diakui, selama memenuhi persyaratan administratif yang berlaku. Peristiwa ini merupakan tindakan intoleransi yang merusak hak umat beragama lain hanya karena berbeda keyakinan dengan mayoritas orang Indonesia. Jakarta, Kamis. Barometer.co.id, 26 September 2024

Aksi demo penolakan pembangunan sekolah Kristen ini  berlangsung di depan gedung DPRD Parepare, Jumat (6/10). Massa yang datang berdemo, berasal dari sekelompok warga sekitar lokasi pembangunan sekolah dan massa dari ormas Islam. Sebenarnya mereka bukan karena tidak setuju cuma menginginkan karena ini Yayasan Kristen, sebaiknya dicarikan lokasi lain yang masyarakat di sekitar tidak mayoritas Islam. Di Parepare ini kan tidak pernah ada begitu-begitu [intoleran], semua saling menghormati. Cuma mungkin karena berada di tengah-tengah masyarakat Islam, kemudian ada pondok tahfidz sehingga masyarakat di sana, jangan sampai ke depan ini ada timbul itu, begitulah pernyataan Ketua DPRD Parepare, Kaharuddin Kadir. BBC news Indonesia, 13 Oktober 2023

Sementara di sisi lain perilaku intoleran yang nyata-nyata menghalangi umat Islam melaksanakan ajaran agamanya, para pelakunya tidak disebut intoleran. Pelarangan kerudung baru baru ini pada paskibra, dengan dalih keseragaman maka paskibra putri pada saat pengukuhan membuka kerudungnya. Atau pelarangan pembangunan mesjid di Bali, padahal di Universitas Udayana itu ada mahasiswa muslim sekitar 5000 lebih tapi tidak memiliki mesjid. Pun perusakan mesjid diberbagai tempat. Tetapi itu tidak digaung gaungkan sebagai pelaku intoleransi. Intoleransi itu seakan-akan disematkan pelakunya adalah muslim.

Toleransi saat ini mengacu kepada definisi global/umum. Padahal dalam islam jelas ada definisi sendiri, Konsep toleransi dalam Islam bukan mengarah pada paham sinkretisme, pluralisme dan humanisme yang merusak Aqidah Islam. Toleransi adalah membiarkan serta tidak mengganggu ibadah dan kepercayaan agama lain. Hal ini digambarkan dengan jelas dalam firman Allah SWT: 

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ (1) لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ (2) وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ (3) وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمۡ (4) وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ (5) لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ (6)

Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Kalian juga bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah. Kalian pun tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk kalian agama kalian dan untuk aku agamaku.” (TQS al-Kafirun [109]: 1-6).

Sejarah selama berabad-abad telah membuktikan betapa besarnya toleransi Islam dan kaum Muslim terhadap pemeluk agama lain. Islam hanya mengajak orang-orang non-Muslim agar masuk Islam. Tanpa paksaan sama sekali. Saat mereka menolak, Islam tak lantas membenarkan kaum Muslim untuk memberangus keyakinan agama mereka. Sepanjang era Kekhilafahan Islam, dengan sikap toleransi yang luar biasa, orang-orang non-Muslim bisa hidup damai di tengah-tengah masyarakat Islam. Tanpa diskriminasi dan rasa takut. Itulah yang digambarkan oleh para sejarawan Barat. 

Sepanjangan sejarah itu pula, sikap toleran sudah mewarnai hubungan antara kaum Muslim dan non-Muslim. Dalam buku Sir Thomas Walker Arnold (sejarawan Barat) The Preaching of Islam. A History of Propagation of the Muslim Faith, dia mengomentari besarnya penghargaan Islam terhadap prinsip toleransi. Bahkan menurut dia, kaum non-Muslim menikmati toleransi yang begitu besar di bawah aturan penguasa Muslim (khalifah). Padahal pada saat yang sama Eropa masih belum mengenal toleransi sama sekali. Barat baru menyemarakkan tenggang rasa antar dan internal umat beragama belakangan ini pada zaman modern. Sehingga berabad-abad lamanya para penguasa Muslim (para khalifah) berkuasa, banyak sekte Kristen yang dibiarkan hidup, berkembang dan bahkan dilindungi aturan Negara (Khilafah Islam). Buletin Dakwah Kaffah, 24 September 2021

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak