Generasi Mahir Tawuran, Negara Bisa Apa?




Oleh : Desta Humairah, S.Pd



Sejumlah remaja di berbagai daerah melakukan aksi tawuran. Maraknya tawuran antar remaja terjadi juga di Semarang, yang biasa di sebut dengan kelompok gangster. Gangster merupakan sebutan untuk kelompok berandalan di Kota Semarang. Mereka biasanya saling tantang lewat media sosial lalu tawuran menggunakan senjata tajam. Anggotanya banyak yang masih di bawah umur. Data kejadian tawuran yang ditangani kepolisian Semarang sejak Januari hingga September 2024, yaitu ada 21 kejadian dengan 117 pelaku yang ditangkap, (detik.com).

Selain itu, di Cianjur, Minggu (22/9/2024) sekitar pukul 00.15 WIB di Jalan Raya Cibuntu Desa Cisalak kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. Lima belas orang yang diduga akan terlibat tawuran tersebut berhasil diamankan yakni R (18), G (18) DNS (14), MNP (18), D (17), ER (18), SR (18), J (18) AM (17), AE (16), RH (17) AA (17), DH (16), M (16) dan RA (17). Dari tangan para pelaku, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya satu bilah pisau dan satu bilah golok serta kendaraan roda dua, (RRI.co.id).

Faktor Tawuran 

Dari fakta tawuran yang terjadi di kalangan pemuda semakin tidak terkendali dan mengerikan. Karena banyaknya faktor yang memicu diantaranya adalah krisis identitas yang menjadikan pemuda lemah terhadap kontrol dirinya. Disfungsi keluarga dan tekanan ekonomi, lingkungan yang rusak karena pengaruh media dan kegagalan pendidikan, serta didukung lemahnya hukum dan penegakannya. Beberapa faktor penyebab tersebut yang memiliki faktor pendorong terbesar adalah kegagalan pendidikan dan pengaruh media. Sehingga dapat merusak seluruh sendi kehidupan termasuk dalam krisis identitas. Pengaruh-pengaruh buruk yang terjadi hendaknya di hilangkan dari individu sendiri hingga ranah negara. Hal ini, negara berfungsi sebagai penegak hukum yang adil.

Maraknya tawuran hingga terbentuknya gangster di tengah-tengah perjuangan pendidikan ini menjadi ironi tersendiri. Pasalnya faktor pemicu juga terjadi karena pendidikan yang kurang memadai. Banyak pemuda yang tidak mengenyam pendidikan layak. Karena pendidikan hanya dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke atas. hal ini menjadi salah satu semakin maraknya tawuran. Selain itu, ketika pemuda mendapat tempat sekolah nyaman dan fasilitas memadai, mereka tidak mau berkembang dan berjuang. Karena terbentuk dari kurikulum saat ini yang memang mencetak generasi menjadi generasi instan, apatis, dan penuh emosional. Ketika tujuan negara menerapkan kurikulum demikian, maka tidak salah banyak pemuda yang minim karakter.

Disamping faktor pendidikan, pemicu terbesar kriminalitas adalah pengaruh penggunaan media. Gawai akan memiliki banyak manfaat dan mudarat. Ketika terjadi seperti remaja di Semarang, para gangster berulah lewat akun media sosial untuk saling tantang antar teman maupun antar anggota. Maka hal ini termasuk mudarat penggunaan gawai untuk bermedia sosial. Karena gawai tidak digunakan untuk hal bermanfaat. Hal ini bisa mengubah karakter seseorang menjadi apatis karena percaya konten tidak bermanfaat dan parahnya meniru konten di media sosial. Sehingga menimbulkan berbagai permasalahan.

Buah Penerapan Sistem Bathil

Berbagai fakta dan faktor tersebut merupakan gambaran negara abai dengan rakyat. Hal ini dikarenakan buah dari sistem sekuler kapitalis yaitu memisahkan antara agama dengan kehidupan dan negara ingin mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Asas dari sekuler kapitalis adalah meratukan kebahagiaan materi di atas segalanya. Buah dari penerapan sistem pendidikan sekuler kapitalis yaitu pemuda yang tidak memanusiakan manusia, merusak pemikiran dan budaya, hingga menyia-nyiakan potensi besar pemudanya. Seharusnya peran pemuda yang masih penuh gairah semangat mestinta diberdatakan dalam menyongsong peradaban negara ke depan. Karena letak semangat, pemikiran, dan tenaga pemuda sangat dibutuhkan untuk memperjuangkan negara yang beradab dan menganut sistem yang benar agar masyarakat sejahtera. 

Tindak kriminalitas, merupakan salah satu dari sekian dampak yang terjadi akibat penerapan sistem sekuler kapitalis. Pemuda digiring untuk menjadi orang yang apatis, memiliki penasaran tinggi, dan emosional tidak teratur lewat berbagai cara. Salah satunya mencekoki pemuda dengan konten-konten tidak bermanfaat dan memicu timbulnya pertengkaran. Anak muda saat ini jika di pancing sedikit sudah merajalela kenakalannya. Karena fondasi iman juga tidak kuat. Benteng diri tidak ada, sehingga mengharuskan mereka memiliki pemikiran rasis dan frontal. Akibatnya bisa terjadi tindak kriminal seperti tawuran, adanya gangster, perampokan, hingga tindak pembunuhan.

Solusi Tuntas Mengatasi Tindak Kriminal Remaja

Sistem sekuler kapitalis mencetak generasi minim adab karena di dalamnya menganut berbagai madzab pendidikan yang salah. Tidak sesuai dengan nash alquran dan assunah. Berbeda dengan islam yang memiliki sistem pendidikan bermutu, dapat mencetak generasi berkepribadian mulia, mampu mencegah generasi menjadi pelaku kriminalitas. Karena islam membentuk lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat hingga kebijakan negara akan menumbuh suburkan ketakwaan serta mendorong produktivitas pemudanya. Inilah solusi untuk megganti sistem sekuler kapitalis, yaitu menegakkan negara islam yang memiliki sistem islam.

Dalam negara islam, pemuda akan produktif dengan kesibukannya karena Allah. Bukan karena manusia ataupun hal-hal yang tidak berguna, dukungan dari sistem lainnya seperti ekonomi, politik, maka akan melahirkan generasi hebat yang mengarahkan potensi pemuda untuk berkarya dalam kebaikan. Seperti mengkaji islam dan mendakwahkannya hingga terlibat dalam perjuangan islam. Inilah buah dari sistem islam yang menumbuh suburkan generasi beradab, berakhlakul karimah, serta mampu berpikir mustanir. 

Selain itu, negara islam akan mampu membangun sistem yang menguatkan fungsi keluarga dengan menerapkan aturan yang menjadi fondasi utama dalam kehidupan. Serta dapat menguatkan fungsi kontrol masyarakat. Disamping itu, negara juga akan menyiapkan kurikulum pendidikan dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga harmonis yang senantiasa memberikan lingkungan kondusif bagi anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga dengan memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar. Sehingga sudah sepatutnya kaum muslimin kembali pada sistem islam kaffah yaitu khilafah. Karena dapat membentuk individu serta masyarakat yang bertaqwa dan menghasilkan generasi hebat. Wallahu’alam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak