Oleh: Salis F. Rohmah
Generasi adalah aset bangsa. Sejatinya generasi adalah masyarakat yang akan melanjutkan keberlangsungan suatu bangsa. Generasi dibutuhkan untuk menjaga dan membangun peradaban yang lebih unggul. Tentunya generasi harus dididik dan diarahkan dengan visi yang terarah pula. Lalu bagaimana potret generasi kita hari ini?
FOMO atau Fear of Missing Out ternyata menjadi salah satu fenomena yang tengah menjangkiti kalangan pemuda dan remaja terutama gen Z. Mereka mengkhawatirkan jika dirinya ketinggalan informasi atau tren yang ada. Sedangkan zaman yang mereka geluti hari ini dengan kecanggihan teknologi yang ada memaksa informasi dengan cepat berputar. Sehingga TMI atau to much information juga menjadi fenomena di antara para gen Z.
Sayangnya fenomena tersebut membawa beberapa dampak negatif pada generasi. Menurut Pengamat Sosial Devie Rahmawati, FOMO dapat menyebabkan dampak buruk. "Kalau kemudian, untuk mengejar perhatian dia menggunakan segala cara yang termasuk menggadaikan kehormaatan. Itu menjadi masalah," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com. Dampak negatif FOMO lainnya diungkapkan oleh Sosiolog Sunyoto Usman, bahwa FOMO dapat membuat seseorang menjadi narsistik.
Tidak hanya itu, FOMO juga berdampak buruk bagi finansial. Dalam artikel kompas yang berjudul 360Kredi: Gaya Hidup "FOMO" Membawa Ketergantungan terhadap Utang Tidak Produktif menyebutkan, tingginya adopsi aplikasi finchtech berpotensi menimbulkan kerugian bagi generasi muda jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik. Public & Government Relation Manager 360Kredi Habriyanto Rosyidi S mengatakan, "Gaya hidup FOMO, YOLO (you only live once) dan FOPO (fear of other people’s ppinion) menjadi salah satu faktor bagi permasalahan finansial anak muda hari ini jika tidak dapat dikelola dengan baik dan bijak."
Sederet fakta tersebut membuat kita bertanya-tanya pantaskah kita berharap bahwa gaya hidup yang sedang menjangkiti generasi ini akan membawa mereka lebih baik? Memunculkan generasi emas yang membawa bangsa ini lebih maju? Hm, sepertinya sulit bahkan untuk berharap saja.
Fenomena di atas tidak terjadi begitu saja. Generasi hari ini terjebak pada lifestyle yang tidak sehat akibat bentukan lingkungan masyarakat yang sekuler kapitalistik. Disadari atau tidak gen Z lahir dengan lingkungan masyarakat yang mencontohkan bahwa materi dunia menjadi tujuan. Akademis bagus, finansial lancar, citra baik dan hal-hal yang bersifat dunia dikejar sedemikian rupa. Sayangnya pencapaian tersebut melupakan akhirat karena minim iman. Hingga akhirnya segala macam cara, entah itu halal ataupun haram dijalani demi tujuan duniawi.
Sistem sekuler kapitalis pula yang menjerumuskan mereka dengan gaya hidup hedonis. Alih-alih mengembangkan potensinya, gen Z justru banyak yang terjatuh pada mental illness karena pondasi hidup yang tidak kokoh. Regulasi dalam sistem hari ini membawa pada kesenangan dunia. Bahkan sistem pendidikannya pun tidak mampu menghasilkan anak didik yang berakhlak mulia.
Padahal potensi pemuda adalah luar biasa. Pemuda adalah kekuatan di antara dua kelemahan. Ketika mereka dididik dan diarahkan dengan visi yang benar serta jelas maka akan lahir generasi unggul pencetak peradaban mulia.
Generasi unggul tersebut tidak lain tidak bukan harus dididik dengan pondasi aqidah Islam. Di mana pendidikan yang berlandaskan Islam hanya akan optimal dengan lingkungan dan sistem yang Islami pula. Itulah khilafah Islamiyyah yang terbukti melahirkan generasi emas yang tidak hanya unggul dalam sains dan teknologi. Namun juga generasi Rabbani yang menomor satukan Allah dan Rasulnya. Sehingga Ilmu yang didapat segera diterapkan untuk kebermanfaatan umat.
Bukan hanya sekedar bernostalgia dengan ketinggian peradaban di masa lalu. Namun memang harus ada upaya untuk menegakkan dan mengembalikan lagi kehidupan Islam. Agar kesejahteraan dan keberkahan hidup benar terjadi.
Kapitalisme sekuler hanya rakus dan merusak. Sistem yang membuat manusia kehilangan arah karena batas-batas ilahi telah ditabrak atas nama liberalisme. Maka sudah cukup fakta di depan mata membuat kita bersikap dan melakukan perubahan. Kembali pada jalan yang telah Allah tetapkan sebagai individu, masyarakat dan negara yang bersama menegakkan syariat Allah Azza wa Jalla.
Wallahu a'lam bishshawab
Tags
Opini