Oleh : Nabila Sinatrya
Pesatnya perkembangan teknologi termasuk pada financial technology (fintech) memberikan dampak positif bagi masyarakat. Seperti tingginya adopsi penggunaan dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital. Dari laporan Lokadata.id, generasi milenial dan gen Z menggunakan aplikasi fintech ini mencapai 78%, jika tidak diimbangi dengan literasi yang benar tentu berpotensi menimbulkan kerugian.
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. FOMO mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Fenomena ini bisa dilihat dari seseorang yang selalu mengikuti tren.
Semisal munculnya tren boneka Labubu setelah Lisa Blackpink memamerkan sedang memeluk Labubu. Boneka ini memiliki harga yang fantastis, melansir dari lifestyle.kompas.com harga boneka Labubu dimulai dari 65,9 dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 998.638.
Public & Government Relation Manager 360Kredi Habriyanto Rosyidi S mengatakan, dominasi anak muda yang kini memuncaki populasi membawa dampak positif bagi dunia kerja. Para Pemimpin Baru dan Napas ASEAN Artikel Kompas.id Namun, di sisi lain, gaya hidup anak muda yang cenderung takut merasa tertinggal atau fear of missing out (FOMO) menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi kesehatan finansial.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), generasi milenial dan gen Z memang menjadi penyumbang utama kredit macet pinjaman online (pinjol). Pada Juli 2024, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di perusahaan pinjol atau peer to peer (P2P) lending mencapai sebesar 2,53 persen. (money.kompas.com/11/10/2024)
Inilah buah diterapkannya sistem sekulerisme-kapitalisme. Munculnya gaya hidup FOMO mengakibatkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik, dan konsumerisme. Prioritasnya hanya pada kenangan dunia sesaat.
Terjadi pula pengabaian potensi gen Z yang harusnya untuk berprestasi, berkarya, dan sebagai agen perubahan menuju kebaikan, malah dirusak oleh sistem hari ini. Apalagi regulasi dalam sistem kapitalis hari ini semakin menjerumuskan gen Z pada lingkaran materialistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.
Berbeda dengan sistem Islam yang dapat membangun kepribadian Islam, memandang Pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam.
Islam memiliki Sistem terbaik untuk melejitkan potensi gen Z agar sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun Kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiyah. Wallu’Alam bishowab