Gaya Hidup Gen Z ala Kapitalisme



Oleh Zehra Hatun (Aktivis Muslimah)



"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia." Begitulah pandangan Ir. Soekarno terhadap potensi besar yang dimiliki oleh pemuda. Salah satu generasi muda saat sekarang adalah Gen Z yaitu orang orang yang lahir pada tahun 1997 - 2012. Melihat kondisi gen z pada saat ini, apakah 10 pemuda benar-benar mampu mengguncang dunia? Sedangkan banyak permasalahan yang dialami oleh anak muda sekarang. 

Public and Government Relation Manager 360Kredi, Habriyanto mengatakan bahwa Gaya hidup FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once) dan FOPO (Fear of other People’s Opinion) menjadi salah satu faktor bagi permasalahan finansial anak muda hari ini jika tidak dikelola dengan baik dan bijak. Memaksakan sesuatu secara berlebihan tanpa perhitungan matang dan dana yang cukup, akan membawa ketergantungan terhadap utang yang tidak produktif. (Kompas.com/11 Oktober 2024).

Fenomena yang terjadi pada kalangan gen z ini mencerminkan dampak besar dari interaksi yang berbasis teknologi terhadap perilaku anak muda. Dikutip dari JawaPos.com/13 Oktober 2024
sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiyah SSosio MSc mengatakan bahwa tidak jarang, FOMO menambah tekanan sosial untuk ikut tren yang sebenarnya tidak cocok dengan minatnya. Juga menyebabkan kecemasan karena tidak ingin tertinggal tren serta memicu perbandingan sosial yang tidak sehat. 

Tidak hanya itu, dampak negatif FOMO lainnya juga diungkapkan oleh Sosiolog Sunyoto Usman, bahwa FOMO dapat membuat seseorang menjadi narsistik. Ketika mengalami FOMO, seseorang akan merasa harga diri dan statusnya naik. Ia juga jadi mengharapkan pujian yang berlebihan. (Kompas.com/ 21-9-2024).

Fenomena-fenomena tersebut tentunya tidak muncul begitu saja dikalangan anak muda. Akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme yang hanya fokus pada kehidupan materialistis semata. Hal inilah yang membuat gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik, dan konsumerisme. Sehingga mereka tidak ragu untuk meminjam uang dengan jumlah yang besar dengan cara ribawi hanya untuk mendapatkan kesenangan sesaat. Apalagi sistem ini mempermudah rakyatnya untuk mengajukan pinjaman secara online.

Masalah finansial, psikologis dan sosiologis yang sedang dialami gen Z ini tentunya akan menghambat potensi besar anak muda untuk menjadi agen perubahan menuju kebaikan. Regulasi sistem hari ini juga menjerumuskan gen Z pada gaya hidup materialistis melalui sosial media. 

Teknologi yang berkembang dengan pesat justru tidak membuat anak muda negeri ini berprestasi dan berkarya. Negara abai dan tidak serius mengurus rakyatnya. Tentunya hal ini sangat disayangkan mengingat betapa banyak keuntungan yang akan diraih jika negara serius memfasilitasi potensi pemuda pemudi di negeri ini.

Dalam pandangan Islam, pemuda memiliki potensi yang besar dan kekuatan yang luar biasa yang dibutuhkan umat menuju kebangkitan Islam. Di sistem ini, anak muda akan difasilitasi menjadi orang-orang yang akan melakukan hal besar. Iman menjadikan diri mereka untuk berlomba pada hal kebaikan, agar dapat membawa manfaat yang akan menjadi pahala jariyah untuk diri mereka.

Sejarah telah membuktikan kualitas anak muda pada sistem Islam. Muhammad Alfatih menjadi seorang pemimpin pada saat usia 11 tahun, menguasai 6 bahasa ketika 17 tahun dan menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang melawan Romawi saat berusia 17 tahun. Muhammad bin Qasim membebaskan Asia Selatan pada usia 17 tahun. Abdurrahman Ad Dakhil berhasil menyatukan Andalusia ketika berumur 25 tahun. Ibnu Batutah memulai pengembaraannya di usia 20 tahun. Imam Syafi'i menjadi ahli fatwa sejak usia 15 tahun. Bunda Aisyah ra menjadi ilmuwan besar di Madinah pada usia 25 tahun bahkan lebih muda dari itu.

Kegemilangan yang diraih oleh pemuda pada Sistem Islam tentunya bukan muncul secara tiba-tiba seperti mukjizat. Sistem Islam sangat serius dalam memaksimalkan potensi yang besar pada diri anak muda. Generasi muda akan dibimbing dan diarahkan hidupnya agar sesuai dengan tujuan penciptaan sehingga mampu memberikan karya terbaik untuk umat dan Islam.

Generasi muda di sistem ini tidak akan lupa darimana ia berasal, untuk apa ia diciptakan dan akan kemana ia setelah meninggal. Sehingga mereka akan berusaha mengoptimalkan potensi mereka dan negara berperan penting untuk memfasilitasi potensi mereka. Karena potensi anak muda dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai oleh umat Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak