Pemberdayaan perempuan untuk peningkatan ekonomi terus digaungkan oleh para feminisme bahkan calon bupati perempuan.
Salah satunya yaitu Calon Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika mengadakan pertemuan hangat dengan ribuan emak-emak warga Kecamatan Bojong di lingkungan Abah Haji Oja Sutisna, Anggota Fraksi Golkar DPRD Purwakarta, pada Minggu, 29 September 2024.
Ambu Anne juga memaparkan gagasannya untuk meningkatkan agro wisata dan agro industri berbasis kultural di kawasan tersebut. Ia menegaskan pentingnya pengembangan sektor ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
"Kami ingin menjadikan Kecamatan Bojong dan Darangdan sebagai destinasi wisata unggulan yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar melalui produk-produk lokal yang berkualitas,” ujarnya. (Sinarjabar, 29/9/2024)
Sekilas gagasan tersebut bernilai positif, namun apabila kita telisik lebih mendalam gagasan tersebut adalah rangkaian dari ide kemandirian kaum perempuan yang selama ini terus diopinikan ditengah-tengah masyarakat.
Sistem Kapitalisme Gagal Memberdayakan Perempuan
Dalam sistem kapitalisme perempuan dipandang memiliki potensi luar biasa untuk diberdayakan sebagai motor penggerak ekonomi. Persoalan yang muncul dari keluarga digambarkan bersumber dari persoalan ekonomi atau kesejahteraan, dan diopinikan akibat perempuan yang kurang berdaya. Apalagi persoalan yang menimpa perempuan seperti kemiskinan, kelaparan, kekerasan dan sebagainya. Sehingga gagasan pemberdayaan perempuan untuk peningkatan ekonomi di pandang solusi atas persoalan-persoalan perempuan tersebut.
Para kapitalis pemilik modal terus-menerus meracuni pemikiran kaum perempuan untuk mewujudkan totalitas hegemoninya atas dunia, melalui gagasan yang langsung disampaikan melalui tangan pemerintah, yang sejatinya pemerintah sedang berusaha lepas tanggung jawab dengan mengambil kontribusi perempuan dalam penguatan ekonomi.
Pemerintah memberi banyak akses kepada perempuan sebagai penggerak ekonomi seperti program peningkatan pelaku usaha perempuan, fasilitas permodalan, dan yang paling menonjol adalah UMKM. Selain itu, pabrik atau perusahaan kebanyakan membuka lowongan pekerjaan untuk perempuan.
Padahal persoalan perempuan ini adalah persoalan umat secara keseluruhan akibat penerapan ideologi kapitalisme-sekularisme. Bagi kapitalisme ketercapaian partisipasi perempuan masih belum cukup mendongkrak perekonomian, sehingga diperlukan peningkatan pemberdayaan perempuan, bahkan sejak muda agar lebih berkualitas dalam berusaha dan menjadi mesin ekonomi yang produktif. Negara dalam kapitalisme tidak bertindak layaknya pengurus urusan rakyat, tetapi lebih memihak pada kepentingan para kapitalis pemilik modal.
Sejatinya melibatkan perempuan dalam hal ekonomi keluarga sama saja menambah beban perempuan yang sudah banyak tugas di ranah domestik, mengurus rumah tangga dan anak mereka. Walhasil, tidak sedikit perempuan pekerja akhirnya tidak fokus terhadap anak-anak mereka, tidak takjim melayani suami dan tidak apik mengurus rumah tangganya.
Islam Solusi bagi Perempuan
Pemberdayaan perempuan dalam Islam bukan sekedar ajang memperkaya diri dengan materi. Berdaya dalam Islam adalah memaksimalkan potensi perempuan sebagai pilar peradaban, bukan mengeksploitasi tenaga, waktu, tenaga dan pikirannya dengan apa yang disebut sebagai pemberdayaan ekonomi perempuan. Perempuan mendapatkan peran sangat penting yakni mencetak generasi unggul, pengisi peradaban gemilang yang memiliki kepribadian Islam yang kuat. Dan itu hanya bisa dibentuk sejak dini oleh seorang ibu sebagai madrasatul ula.
Pemberdayaan perempuan dalam Islam tercakup dalam dua peran. Pertama, peran domestik yakni sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Peran ini tidak akan bisa digeser oleh siapapun. Islam memandang perempuan dengan tepat dan menempatkannya pada posisi mulia yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Kedua, peran publik. Dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kedudukan yang sama dalam mengenyam pendidikan, menuntut ilmu, mengajarkan ilmu dan berdakwah. Dalam menjalankan dua peran inilah perempuan harus mengembangkan diri, termasuk berjuang mengembalikan kehidupan Islam.
Islam dengan sempurna menyelesaikan persoalan kekerasan yang marak terjadi pada perempuan.
Pertama dari sisi ekonomi. Keluarga yang minim akan penghasilan, maka Islam akan sedemikian rupa menciptakan lapangan pekerjaan bagi para suami, bukan malah berbondong-bondong memberikan pekerjaan pada warga negara asing seperti tenaga kerja Cina bukan pula dengan memberikan modal usaha yang justru banyak diperuntukkan bagi kaum perempuan ketimbang modal usaha bagi kaum lelaki. Dan tentu saja modal yang di maksud dalam Islam bebas bunga, sehingga tidak memberatkan para pengguna modal.
Kedua, perempuan dalam Islam tidak melulu urusan dapur, sumur dan kasur. Islam mampu memberdayakan perempuan sehingga mereka tetap eksis di ranah publik tanpa harus mengesampingkan kewajiban domestik mereka. Perempuan dalam Islam tetap bisa berkiprah di dunia publik dengan menjadi pengemban dakwah untuk menyerukan kebenaran. Mereka pun bisa tetap bekerja dengan mengandalkan kemampuan mereka seperti menjadi perawat, dokter, bisnis women, guru dan lain sebagainya di luar dari ranah kepemimpinan, bukan malah bekerja dengan menonjolkan kecantikan mereka yang sarat dengan eksploitasi aurat mereka.
Ketiga, Islam sangat memperhatikan kesejahteraan perempuan dimana kewajiban nafkah terhadap mereka dibebankan kepada ayah mereka atau suami mereka atau saudara laki-laki mereka, bahkan negara ikut terlibat mensejahterakan kaum perempuan sehingga Islam tidak akan memaksa perempuan berjibaku dengan keras kehidupan luar demi kebutuhan ekonomi dan menelantarkan anak-anak mereka.
Dari sini, perempuan di dalam Islam akan fokus mengurus rumah tangga mereka, tak ada lagi yang namanya rumah berantakan karena istri tak sempat mengurusnya, tak ada lagi kekhawatiran kebutuhan primer untuk tetap tersedia di dapur mereka, dan tak ada lagi anak-anak yang tak terurus fisik dan psikis mereka, karena ibu mereka senantiasa membersamai mereka untuk melihat tumbuh kembang anak mereka. Semua ini hanya bisa terwujud jika Islam diterapkan dalam kehidupan. Karena Islam bukan hanya untuk kaum muslim semata, melainkan untuk seluruh alam karena Islam rahmatan lil ‘alamin. Dan hal ini hanya bisa terwujud dengan diterapkannya Islam secara kaffah.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab
Tags
Opini