Oleh : Ummu Aqeela
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan sejumlah daerah terdampak suhu panas yang berpotensi 'memanggang' RI. Menurut BMKG, suhu di sejumlah daerah dapat mencapai 37 hingga 38,4 derajat Celsius.
Berdasarkan analisa tim ahli meteorologi BMKG sampai Senin siang, tercatat suhu panas tertinggi melanda wilayah Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur yang mencapai 38,4 derajat Celsius.
Melansir Antara, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus BMKG, Miming, mengatakan bahwa kondisi suhu panas maksimum lebih dari 37-37,8 derajat Celsius terdeteksi menerpa wilayah Majalengka di Jawa Barat, Semarang di Jawa Tengah hingga Bima di Nusa Tenggara Barat yang sudah berlangsung dalam 24 jam terakhir.
BMKG mengatakan bagian selatan khatulistiwa, termasuk pulau Jawa hingga Nusa Tenggar, masih merasakan cuaca panas 'mendidih' pada siang hari dalam beberapa waktu terakhir.
Satu hal yang harus kita pahami bersama, gelombang panas yang berimbas pada perubahan iklim selain faktor alam juga akibat dari berbagai aktivitas penduduk bumi di berbagai negara. Seperti efek rumah kaca yang bisa merusak lapisan ozon, penebangan hutan secara liar, alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian. Beberapa hal inilah yang memicu naiknya suhu udara.
Inilah kondisi di mana sistem kapitalisme diterapkan. Sistem yang berdasarkan manfaat sehingga keuntungan menjadi prioritas. Tanpa berpikir sebab akibat sekalipun tidak sedikit upaya untuk memperbaiki dan memperbarui energi, namun faktanya tetap terkalahkan oleh kepentingan para kapital.
Panas yang dirasakan sebagian besar masyarakat negeri ini adalah persoalan bersama yang harus bertemu dengan solusi. Jika dalam sistem kapitalisme hanya mengejar keuntungan materi tanpa harus ada upaya untuk perbaikan secara nyata maka hal ini akan berbanding terbalik dengan sistem Islam.
Islam memandang persoalan atau masalah yang melanda alam disebabkan oleh dua faktor yaitu alam dan ada campur tangan perbuatan manusia.
Islam bukanlah semata-mata agama yang hanya mengatur masalah ritual. Namun Islam punya seperangkat aturan yang mengatur seluruh tata kehidupan manusia.
Islam adalah seperangkat aturan yang berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam sistem pemerintahan Islam tidak dibiarkan pengusaha melakukan alih fungsi lahan seperti lahan gambut untuk dijadikan menjadi lahan pertanian. Sementara lahan pertanian yang tidak produktif maka disulap menjadi perumahan-perumahan penduduk.
Bahkan eksploitasi tambang yang sembarangan oleh para kapitalis yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan. Sebab di dalam Islam negaralah yang mengelola tambang dengan tetap memperhatikan dan menjaga kondisi lingkungan. Berbeda dengan sistem hari ini yang menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada pihak swasta atau asing. Sementara negara hanya berperan sebagai regulator semata.
Para pengusaha mereka seenaknya melakukan eksploitasi tambang sebab mereka merasa telah menunaikan kewajibannya untuk membayar pajak kepada negara. Oleh karena itu rakyat lah yang terus-menerus menjadi korban dan merasakan dampaknya. Sementara mereka tidak akan peduli dengan kondisi lingkungan akibat ulah mereka.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh ulah manusia, sebagaimana firman Allah SWT,
”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (TQS Al Araf: 96)
Untuk itu keimanan dan ketakwaan pemimpin merupakan prioritas utama dalam menjaga dan memimpin suatu negara. Penguasa atau pemimpin dalam Islam adalah penguasa yang menyadari bahwa kepemimpinannya adalah sebuah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat dan Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga mereka tidak akan bermain-main dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi hanya sekedar mengejar keuntungan pribadi atau pun pencitraan. Bagaimana sabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam,”Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang dipimpinnya” (HR. Bukhari & Muslim).
Untuk itu sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam Kaffah. Terbukti Islam Kaffah mampu menjaga umat dan memberikan solusi di setiap persoalan juga membawa rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya manusianya tapi seluruh semesta yang menjadi ruang hidupnya.
Wallahu’alam bishawab.