Beras Kian Mahal, Petani Untung atau Buntung?



Oleh: Oktavia (Aktivis Muslimah Purwakarta)



Indonesia, negeri dengan berjuta potensi. Karena saking banyaknya potensi yang seharusnya mampu dirasakan oleh rakyat Indonesia sampai-sampai keluar istilah Indonesia memiliki tanah surga. Tanah yang senantiasa mengeluarkan kebaikan dan hasil yang diluar batas yang manusia butuhkan. Tambang, hasil perkebunan, hasil pertanian luar biasa hasilnya namu naasnya tidak bisa dirasakan hasilnya oleh rakyat Indonesia. Bahkan  kebanyakan  pelaku usaha, misalnya petani hanya menjadi robot penghasil kekayaan bagi empunya. Beras makin mahal, apakah artinya petani hidup sejahtera?

Bank Dunia atau World Bank mencatat harga beras di Indonesia tergolong lebih mahal bila dibandingkan dengan sejumlah negara Asia Tenggara (ASEAN). Country Director for Indonesia and Timor-Leste World Bank, Carolyn Turk menyampaikan, masyarakat Indonesia perlu merogoh kocek lebih mahal hingga 20% bila dibandingkan dengan negara ASEAN lain. Carolyn mengimbuhkan, mahalnya harga beras RI salah satunya disebabkan oleh pembatasan impor yang berdampak pada  keputusan pemerintah menaikkan harga jual beras hingga melemahkan daya saing pertanian. 

Harga beras yang kian tinggi tidak berkorelasi dengan kesejahteraan petani, melansir data survei milik Badan Pusat Statistik (BPS), Carolyn menyebut bahwa pendapatan yang dibukukan para petani kecil RI setiap tahunnya hanya berada di level US$341 atau sekitar Rp5,18 juta (asumsi kurs Rp15.216 per US$) setiap tahunnyatahunnya (HarianJogja.com, 19/09/2024).

Dalam sebuah laman lain, Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menuturkan bahwa salah satu alasan mengapa beras Indonesia mahal adalah  karena rantai pasok yang sangat panjang. Panjangnya rantai pasok itu diperparah juga dengan kesulitan petani mendapatkan kebutuhan dari pupuk hingga bibit unggul. Untuk beras sampai ke tangan konsumen dari petani harus melewati rantai yang cukup panjang, makelar banyak bermain disini. Sehingga kita dapat membayangkan bagaimana petani harus bersusah payah (berjuang sendiri) mendapatkan pupuk berkualitas, binih berkualitas, belum lagi perawatan juga pemanenan yang semua itu membutuhkan dana yang tidak sedikit, namun saat panen petani hanya bisa pasrah dengan harga yang ada (Detikfinance, 22/11/24).

Kontras memang, disatu sisi ada pihak yang berjuang menghasilkan beras berkualitas namun disisi lain ada sekelompok makelar yang siap mengeruk keuntungan besar dari usaha petani tersebut. Dan memang hal ini bukan baru terjadi dan dirasakan oleh para petani, namun sudah menjadi hal yang dinormalisasi di Indonesia. Ketimpangan ekonomi menjadi ciri khas dari sistem ekonomi kapitalisme, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Diperparah dengan negara yang hanya berperan sebagai regulator semata. Petani berharap harga gabah tinggi saat panen, binih, pupuk mudah didapatkan dengan harga murah dan berkualitas nampaknya hanya sebuah harapan yang entah kapan itu akan terwujud. 

Melihat realita yang seperti ini, pasti akan ada pertanyaan dalam benak kita. Lantas apa dan bagaimana peran pemerintah dalam mewujudkan  kesejahteraan petani juga rakyat yang lainnya. Untuk berharap pemerintah pro terhadap petani juga rakyat adalah hal yang tidak akan pernah terwujud, karena tabiat dari kapitalisme akan mensejahterakan paaa kapital sedangkan rakyat hanya menjadi robot penghasil apa ia  inginkan. 

Islam datang membawa solusi sejak Rasulullah SAW. mengembannya dan menyebarkannya hingga sekarang dan akan demikian hingga kiamat. Karena islam datang dari Rab yang mengetahui semua yang dibutuhkan manusia termasuk dalam hal pertanian, perekonomian dan masih banyak lagi. 

Mengenai masalah yang saat ini menimpa rakyat Indonesia, yang harus membeli barang pokok dengan harga yang mahal seharusnya tidak dialami oleh mereka, pasalnya negeri ini termasuk negara yang mampu menghasilkan  hasil pertanian yang berkualitas. Cuman karena pengelolaan dan adanya pihak-pihak yang dzalim maka hasil pertanian yang bagus tadi tidak dapat terdistribusi secara baik ke masyarakat. Seorang pemimpin harus hadir ditengah carut-marut masalah di Indonesia ini, termasuk masalah pertanian. Fungsi pemimpin sesungguhnya adalah pelayan bagi masyarakat bukan justru minta dilayani. 

Berulang kali Allah SWT. memperingatkan kita bagaimana menjadi pemimpin bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalankan, bahkan disana ada kehinaan bagi yang menjalankan kepemimpinan secara dzalim dan akan kemulian bagi yang menjalankan kepemimpinan secara amanah. Allah SWT. Mengingatkan : ”Sesungguhnya, dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”(QS Asysyura [42]: 42).”Barang siapa yang menipu kami, bukanlah dia dari golongan kami.” (HR Muslim).

Selain itupula, Rasulullah SAW. mendoakan bagi pemimpin zalim juga agar mengalami kesukaran oleh sebagaimana diriwayatkan, “Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku kemudian dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia.” (HR Muslim).

Subhanallah, sungguh menjadi pemimpin bukan hal yang mudah untuk dilakukan, sebab banyak yang harus dipersiapkan demi mewujudkan  keadilan bagi seluruh rakyatnya. Maka mempersiapkan menjadi seorang pemimpin yang amanah merupakan suatu kewajiban yang tidak boleh dilupakan. Masalah pertanian seperti mahalnya pupuk, harga gabah yang naik-turunnya tidak menentu merupakan  secuil dari masalah-masalah yang timbul, maka membutuhkan solusi hakiki dan memerlukan pemimpin yang memahami dan mampu menerapkan demi mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, hal itu tidak akan terjadi jika masih menggunakan sistem selain islam. 

Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak