Bahaya Toleransi Sistem Sekuler di Balik Kunjungan Paus




Oleh : Efriyani
(Aktivis Dakwah Kota Lubuklinggau)




Belakangan ini lagi heboh kedatangan Paus di Indonesia. Dimana kedatangan Paus sudah dimulai sejak Selasa ( 3/9/2024) dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis malam berencana menggelar misa besar di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.

Dan dalam kunjungan Paus di Indonesia, ada media asing yang menyoroti pertemuan pemimpin tertinggi Katolik dunia Paus Fransiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Indonesia pada Kamis (5/9/2024).Salah satunya media Amerika Serikat _Associated Press_ dengan judul "Pope and imam of southeast Asia's largest mosque make joint call to fight violence,protect planet".(CNBC Indonesia).


Kedatangan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal disambut dengan pembacaan Ayat suci Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 62 dan surah Al-Hujurat ayat 13 yang dianggap mengajarkan toleransi. Selain itu, imam besar Masjid Istiqlal tampak mencium kening Paus Fransiskus. Hal ini merupakan penghormatan yang sangat berlebihan terhadap non muslim. Acara beda agama justru dicampur adukan.

Dan dengan kedatangan Paus ini membuat heboh dengan salah satu kebijakan yang meniadakan azan magrib ketika misa sedang berlangsung dan azan diganti dengan running text untuk memberitahukan waktu sholat Magrib. Padahal dampaknya tentu berbeda ketika azan disiarkan dengan tidak disiarkan.

Ketika sistem negara saat ini memisahkan agama dari kehidupan, maka urusan agama menjadi milik individu dan tidak ada peran negara untuk ikut andil didalamnya. Seolah sholat atau tidaknya dianggap sebagai urusan personal sementara negara lepas tangan.

Namun sangat miris, urusan misa justru diurusi secara totalitas oleh penguasa padahal negeri ini mayoritas adalah umat Islam dengan mengatasnamakan toleransi beragama.

Terlebih lagi pemerintah cenderung memberikan dukungan yang luar biasa agar non muslim leluasa beribadah. Dimana pendirian gereja kini cukup dengan mengantongi izin dari kemenag.Kebijakan tersebut menunjukan bahwa keberpihakan pemerintah terhadap non muslim justru lebih besar dibandingkan umat Islam.

Sungguh menyedihkan,ketika umat Islam terzalimi. Misalnya ketika ada larangan hijab, negara tidak turun tangan membela umat Islam, dan bahkan diam saja tidak membela.

Islam memiliki konsep toleransi yang khas berdasarkan akidah Islam. Konsep toleransi inilah yang seharusnya digunakan, bukan malah toleransi yang kebablasan ala-ala Barat. Konsep toleransi dalam Islam berawal dari keyakinan tentang keberadaan dinul Islam.

Dalam Qur'an surah Ali Imran:19 Allah Berfirman
”Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah ialah Islam”.

Dengan demikian Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah, sedangkan agama yang lain tertolak.
Maka, umat islam tidak diperbolehkan menyamakan islam dengan agama lain. Karena berkaitan dengan aqidah umat yang apabila ada segolongan umat mengikuti umat lain, ia termasuk kedalam golongannya. Sehingga dengan mengikuti ibadahnya, pakaiannya maupun kebiasaannya itu sama saja dengan menggadaikan aqidah umat.

Allah SWT berfirman
"Untukmu agamamu dan untukku agamaku".(QS.Al-Kafirun:6)


Bagaimana islam memandang toleransi, yakni hanya sebatas menghargai,menghormati,dan membiarkan umat beragama lain meyakini dan beribadah sesuai keyakinannya tanpa menggadaikan akidah. Begitulah konsep toleransi dalam islam.

Umat Islam tidak boleh terjebak dalam narasi yang dibangun oleh Barat,seperti toleransi,moderasi,dan dialog antar agama.Umat Islam harus menyadari bahwa saat ini posisinya terjajah oleh orang kafir.Dengan demikian,umat Islam harus kembali pada syariat Islam kaffah dan berjuang mewujudkan tegaknya Khilafah.

Khilafah akan menerapkan syariat Islam secara kaffah sehingga akan terwujud kesejahteraan dan kemuliaan ditengah-tengah umat Islam.

Wallahu 'alam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak