Tingkatkan Kualitas Generasi, atau Menambah Pemasukan Oligarki?



Oleh : Annisa Utami

Isu stunting dan ketahanan pangan telah menjadi perhatian global. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,6 persen. 

Di tengah keprihatinan akan kualitas generasi mendatang, program-program seperti makan siang gratis, susu gratis, bahkan susu ikan gratis kerap menjadi solusi atas usulan dari Presiden Indonesia terpilih tahun 2024. 

Program makan siang gratis memberikan secercah cahaya bagi masyarakat Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas gizi generasi dan menekan angka stunting di Indonesia. Namun, program makan siang yang direncanakan menghadirkan menu-menu dengan kualitas gizi yang baik hanya sekadar harapan. 

Pasalnya, usulan susu ikan menjadi alternatif pengganti susu sapi pada menu program makan siang gratis Prabowo-Gibran menjadi hal yang kontroversial. 

Hal ini menjadi perbincangan dunia, disadur dari CNN Indonesia, surat kabar asal Australia, The Sydney Morning Herald, dalam artikelnya berjudul 'An Election Promise of Free Food May End Up with Fish Milk on the Menu', koran Negeri Kanguru itu menyoroti rencana mengganti menu susu sapi dengan susu ikan demi menekan anggaran yang bengkak. 

Media tersebut juga mempertanyakan soal dampak kesehatan dari susu ikan dan apakah bisa tetap mempertahankan nilai gizi dan nutrisi yang terkandung dalam susu sapi. 

Ahli gizi dr Tan Shot Yen juga mengkritisi rencana itu. Dikutip dari detik.com beliau mengatakan sumber protein tak harus dari susu, terlebih susu ikan. Apalagi susu ikan harus melalui sejumlah pemrosesan untuk bisa menjadi bubuk, yang artinya termasuk pangan ultra-proses. 

Di balik narasi kemanusiaan, program-program tersebut seringkali menjadi ladang bisnis bagi korporasi dan oligarki. Program ini tentu melibatkan pengadaan bahan makanan yang tidak sedikit. Ini adalah peluang emas bagi kapitalis untuk meraup keuntungan besar dengan menjalin kontrak-kontrak besar dengan pemerintah. Kebijakan yang seolah-olah pro-rakyat ini justru menjadi pintu masuk bagi praktik korupsi dan kolusi. 

Lebih jauh, program-program semacam ini juga mencerminkan watak rezim sekuler-demokrasi yang cenderung lepas tangan dalam mengurus rakyat. Negara seolah-olah hanya bertindak sebagai regulator, sementara tanggung jawab utama untuk kesejahteraan masyarakat didelegasikan kepada pasar. Negara menunggangi isu generasi untuk memuluskan proyek-proyek industrialisasi. 

Berbeda jauh dengan Islam. Islam memaknai politik sebagai mengurusi urusan umat atau rakyat. Dalam kepemimpinan Islam harus ikhlas melayani umat dan memiliki perhatian khusus terhadap jaminan bagi generasi. Sebab keberlangsungan sebuah negara bergantung pada kekuatan yang dimiliki oleh generasi penerus. 

Negara Islam menjamin kekuatan fisik dengan pemenuhan makanan yang bergizi yang disalurkan oleh Baitul Mal. Baitul Mal digunakan untuk memenuhi kepentingan negara dan pemenuhan kesejahteraan rakyat. Bahkan pada masa Abu Bakar As-Siddiq memiliki prinsip setiap ada pemasukan akan selalu digunakan hingga habis untuk kepentingan umat. Ibnu Sa'ad menuturkan bahwa Abu Bakar ra, membagikan semua yang ada di Baitul Mal sampai tidak ada sisa sedikit pun.

Tentu pada sistem Islam tidak ada korupsi, sebab para pemegang kekuasaan hanya tunduk dan takut pada aturan Allah. Mereka menganggap bahwa jabatan adalah amanah yang harus dijalankan sesuai dengan syariat. Seperti yang tertuang dalam surah Al-Anfal ayat 27 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui".

Kekuatan generasi pada masa daulah Islam pun tak hanya diukur dari kekuatan fisik saja, namun juga dari kekuatan kepribadian dan pemikiran Islam. Bagaimanapun kita harus menyadari bahwa bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya.

Ini adalah sesuatu yang penting, sebab pemikiran lah yang membentuk dan memperkuat persepsi dan pemahaman terhadap sesuatu. Untuk membangkitkan kekuatan generasi yang tangguh hanya dengan menerapkan sistem yang dibuat oleh pencipta alam semesta, yakni sistem Islam. Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak