Oleh : Rina Setiawati
(Pemerhati Remaja)
Kemajuan teknologi dan digitalisasi media menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat. Masyarakat saat ini lebih mudah untuk berkomunikasi maupun mengakses informasi tanpa ada batasannya. Hal tersebut tentu berdampak terhadap perilaku masyarakat di kehidupan dunia nyata, salah satunya yaitu kasus kejahatan yang terjadi di Palembang. Empat remaja di bawah umur di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP berinisial AA (13 tahun).
Kapolrestabes Palembang, Kombes Haryo Sugihhartono menyebut jasad korban ditinggalkan keempat pelaku di kuburan Cina, pada Minggu (1/9) sekitar pukul 13.00 WIB. Empat pelaku tersebut adalah IS (16 tahun), MZ (13 tahun), AS (12 tahun) dan NS (12 tahun).
Pelaku mengaku melakukan perbuatan bejat tersebut usai menonton video porno. Hal tersebut di perkuat dengan ditemukannya sejumlah video porno di ponsel salah satu pelaku.
Video atau konten pornografi saat ini berkembang berkali-kali lipat dari tahun sebelumnya. Parahnya, konten yang kerap dilabeli sebagai konten dewasa itu bertebaran di sosial media bahkan aplikasi yang berkonotasi seksual dengan konten 18+ yang dapat diakses bebas. Hal tersebut memicu terjadinya kasus asusila di masyarakat bahkan tak jarang pelaku nya adalah anak dibawah umur dan masih bersekolah. Fakta ini menunjukkan suramnya potret generasi bangsa. Generasi yang fitrahnya bersemangat dan sibuk dalam mengejar cita-cita, mengasah potensi diri serta mempersiapkan untuk masa depan kelak justru malah melakukan tidakan bejat yang tidak semestinya.
Bobroknya generasi saat ini seharusnya menjadi alarm bahwa kondisi masyarakat hari ini tidak baik-baik saja. Hidup serba bebas yang dituntun oleh hawa nafsu serta mengabaikan peran agama dalam kehidupan yang terjadi saat ini merupakan buah dari paham sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Kurikulum dalam sistem pendidikan saat ini justru mengurangi bahkan menghapuskan pelajaran agama yang menjadi dasar kehidupan. Sistem pendidikan saat ini hanya berfokus untuk mencetak generasi yang berhasil dari segi materi tanpa memperhatikan kepribadian individu. Tak heran banyak generasi justru terjerumus kedalam kemaksiatan dan kesesatan bahkan mereka dengan bangga melakukannya.
Di sisi lain, digitalisasi media yang seharusnya berfungsi untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat justru saat ini di penuhi dengan hal-hal maksiat. Maraknya konten-konten yang tidak mendidik bahkan merusak moral generasi dibiarkan begitu saja. Bahkan konten pornografi saat ini justru dijadikan sebagai bisnis yang tidak pernah padam. Banyaknya konten-konten pornografi yang beredar dan mudah diakses menggambarkan tidak ada keseriusan dari negara untuk menjauhkan generasi dari pengaruh buruk dalam pembentukan kepribadiannya.
Hal ini tentu berbeda dengan generasi yang dicetak oleh negara yang menerapkan sistem islam. Islam memiliki aturan dalam membentuk generasi menjadi generasi yang gemilang dalam berbagai aspek kehidupan. Islam membentuk kepribadian generasi dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan syariat islam. Sistem pendidikan islam membentuk generasinya dengan membuat kurikulum sesuai aqidah islam. Hal tersebut menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian islami, kontrol individu yang kuat dalam interaksi laki-laki dan perempuan serta paham akan tujuan dari kehidupan. Mereka akan berlomba-lomba dalam kebaikan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk umat.
Media dalam negara yang menerapkan sistem islam hanya digunakan sebagai sarana dakwah, memberikan informasi yang benar dan meningkatkan keimaan kepada Allah. Media dipastikan tidak menyebarkan konten yang mampu merusak generasi. Negara dalam hal ini justru menjadi perisai dan melindungi rakyatnya dari konten-konten pornografi. Selain itu, negara menerapkan sanksi yang tegas dan memberikan efek jera agar kasus serupa tidak terjadi kembali. Negara yang menerapkan aturan islam akan mampu berkolaborasi dengan individu dan masyarakat untuk bersama-sama menjauhi dan menumpas aktivitas maksiat ditegah masyarakat termasuk pergaulan bebas, rudapaksa (pemerkosaan) hingga pembunuhan. Demikianlah sistem islam dalam mengatur kehidupan sehingga dapat mencetak generasi yang ungul dan siap membangun peradaban.
Wallahu alam bish-shawab
Tags
Opini