Oleh : Ade Irma
Miris, potret buram generasi saat ini. Bagaimana tidak banyak kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak. Salah satunya berita yang sedang dibicarakan yaitu, kasus empat remaja di bawah umur di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP berinisial AA (13). Jasad korban ditinggalkan keempat pelaku di sebuah kuburan Cina, pada Minggu (1/9) sekitar pukul 13.00 WIB.
Empat remaja pelaku pemerkosaan dan pembunuhan itu masih duduk di bangku SMP dan SMA. Mereka adalah IS (16), MZ (13), AS (12), dan NS (12). IS merupakan kekasih dari AA ( cnnindonesia.com, 06-09-2024).
Melihat dari hasil penyelidikan kasus menemukan jika keempat pelaku itu mengaku melakukan pemerkosaan untuk menyalurkan hasrat usai menonton video porno. IS punya sejumlah video porno di ponselnya. IS mengaku sempat menonton film tersebut bersama pelaku lainnya, sebelum memerkosa dan membunuh korban. Na'udzubillah.
Sungguh fakta miris yang kian membuktikan besarnya kerusakan atas merebaknya pornografi bagi generasi. Konten pornografi berpotensi merusak perkembangan psikologi anak dan remaja, mempengaruhi cara pandang mereka terhadap seksualitas dan hubungan antar manusia, serta adanya penyimpangan dan kekerasan seksual.
Kian maraknya konten pornografi yang memicu tindak kekerasan dan pelecehan seksual. Ini merupakan buah penerapan sistem kapitalisme sekuler. Agama tak diberi ruang mengatur kehidupan. Sementara gaya hidup barat yang syarat kebebasan menjadi acuan. Tak ada lagi rasa takut pada Sang Pencipta kehidupan. Mereka hidup semata mengejar kenikmatan jasadiyah yang melenakan. Atas nama kebahagiaan semu, hawa nafsu manusia diumbar tanpa batasan.
Dilain sisi, sistem Kapitalisme yang berorientasi pada pencapaian materi, menjadikan aktivitas produksi dan penyebaran pornografi di dunia digital sebagai bagian dari shadow economy yang menawarkan besarnya keuntungan. Maka selama ada permintaan, pornografi pun terus dijajakan dan menjadi bisnis yang menggiurkan.
Alhasil, sistem Kapitalisme sekuler terbukti tidak mampu menyediakan lingkungan yang aman dan bersih bagi generasi untuk terbebas kejahatan seksual. Terlebih aturan yang diterapkan pemerintah cenderung tak menyentuh akar persoalan. Sistem sanksinya pun tidak tegas dan menjerakan. Hingga kasus kekerasan seksual terus berulang dan berulang tanpa ada penanganan yang tepat.
Berkaca dari Islam yang merupakan agama sekaligus seperangkat aturan yang menjaga diri, keluarga, masyarakat, negara bahkan alam semesta ini. Islam memiliki support sistem terintegrasi dalam melindungi anak.
Pertama, bidang pendidikan yang berlandaskan akidah Islam. Outputnya akan mewujudkan individu rakyat yang berkepribadian Islam. Hal ini secara alami menjadi pencegah mereka untuk melakukan keharaman. Termasuk melakukan aktivitas berbau pornografi yang nyata diharamkan.
Kedua, di bidang ekonomi. Negara wajib memastikan setiap individu dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Negara juga berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi para laki-laki pencari nafkah. Jika ada wali anak yang tidak mampu menanggung nafkah maka tanggung jawab beralih pada negara.
Ketiga, bidang sosial. Pergaulan lelaki dan perempuan dalam Islam terpisah. Hanya pada kondisi tertentu yang diperkenankan syariat saja terjadi interaksi. Terlarang bagi mereka berkhalwat dan berikhtilat.
Keempat, bidang media dan penyiaran. Media dan penyiaran dalam Islam ditujukan untuk memberikan informasi dan propaganda terhadap nilai-nilai kebaikan dan ketakwaan. Tak ada celah bagi konten-konten unfaedah, apalagi konten kemaksiatan yang membuat kualitas generasi terancam.
Kelima, bidang hukum. Sistem sanksi diterapkan sesuai dengan syariat Islam. Negara melarang keberadaan prostitusi, pornografi dan pornoaksi baik online maupun offline. Sanksi tak’zir diberlakukan bagi pelaku, produsen dan penyebar konten pornografi. Sedang bagi pelaku zina diberi sanksi rajam dan jilid (cambuk). Sistem sanksi diberlakukan sebagai pencegah (zawajir) dan penebus dosa (jawabir).
Inilah Islam yang menuntaskan segala problematika kehidupan manusia. Hadirnya Islam untuk dilaksanakan, bukan hanya sebagai agama ritual saja. Tapi Islam juga mampu menegakkan keadilan, sejahtera bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam
Tags
Opini