Moderasi Beragama Menyasar Pelajar




Oleh: Nita nur elipah



Iriana Joko Widodo (Jokowi), Ibu Wury Ma'ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan Moderasi Beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Ini ditujukan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini.

Sebanyak 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk 'Sosialisasi Moderat Sejak Dini' yang mengangkat tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia" pada Rabu (11/9/2024). Kegiatan ini turut dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM.

Eny Retno Yaqut, istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, terdapat 4 sikap moderasi beragama yang perlu disosialisasikan kepada para pelajar, yakni komitmen kebangsaan, antikekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal.

Menggaungkan ide moderasi beragama bukanlah hal baru yang dilakukan oleh pemerintah negeri ini. Ide ini sudah lama di sosialisasikan kepada masyarakat. Karena faktanya bahwa moderasi beragama menjadi salah satu prioritas di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Kementerian Agama. Setelah sebelumnya menyasar para mahasiswa, kali ini ide moderasi menyasar para pelajar.

Para pelajar diharapkan memiliki beberapa sikap moderasi beragama seperti yang dikatakan diatas. Apakah dengan memiliki 4 sikap moderasi tersebut, mampu menyelesaikan problem para pelajar dan generasi muda di negeri ini?

Seperti yang kita tahu bahwa problem remaja termasuk pelajar adalah berupa kemerosotan moral remaja yang makin parah seperti perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba kriminalitas, dll. Tapi justru pemerintah memberikan solusi dengan pengarusan moderasi beragama yang sejatinya tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi di negeri ini. 

Moderasi beragama dalam institusi pendidikan saat ini pada dasarnya ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yg dipandang sebagai musuh ideologi Kapitalisme, agar generasi memiliki profil moderat dalam beragama, yang justru menjauhkan profil kepribadian Islam. Generasi muda hari ini harus bisa menerima paham-paham yang bertentangan dengan Islam. Seperti feminisme, pluralisme, sekulerisme, sinkretisme, dll.

Seharusnya, generasi muda difahamkan dengan Islam kaffah, bukan dengan moderasi beragama. Sangat nampak bahwa yang menjadi kekhawatiran negara itu bukan kerusakan moral remaja, tapi ancaman kebangkitan Islam. Karena jika  generasi hari faham Islam kaffah, mereka akan menolak ide yang bertentangan dengan Islam seperti sistem kapitalisme dan meminta menerapkan Islam kaffah. 

Pada hakikatnya, penguasa hari ini memang sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem sesuai arahan Barat. Karena program moderasi ini memang asalnya dari Barat, yakni Amerika Serikat sebagai pengusung ideologi kapitalisme yang di sebarkan keseluruh negara di dunia termasuk Indonesia.

Harus kita sadari sekali lagi bahwa moderasi beragama adalah proyek Barat yang dimaknai harus menerima pemikiran liberal seperti HAM, pluralisme, dll.
Dan ini sangat berbahaya bagi kaum muslimin khususnya generasi muda, mereka seharusnya menjadi agen perubahan di masa depan, menjadi duta Islam dan mengambil Islam yang murni, tidak bercampur dengan pemikiran Barat.

Profil generasi muslim yang produktif, tangguh, pembangun peradaban mulia hanya mampu dicetak oleh negara Islam, yakni Khilafah. Bukan negara dengan sistem kapitalisme hari ini.

Khilafah akan menjaga dan mengupgrade kualitas remaja dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam, menghidupkan tradisi dakwah, dll, sehingga terwujudlah generasi harisan aminan lil Islam atau penjaga Islam yang terpercaya dan menjadi penjaga daulah.

Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak