Oleh: Sukma Oktaviani S.E
Generasi muda adalah penentu kondisi perabadan suatu bangsa di masa yang akan datang, sehingga menjadikan siapa saja yang menginginkan sebuah perubahan pasti akan berfokus pada mereka. Inilah sebabnya berbagai macam program serta agenda global termasuk moderasi beragama kian gencar menyasar generasi muda.
Dikutip dari detik.com, sebanyak 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk 'Sosialisasi Moderat Sejak Dini'. Kegiatan tersebut ditunjukkan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini (detik.com 11/09/24).
Perlu diketahui, istilah “moderasi beragama” diperkenalkan pertama kali oleh lembaga think tank Amerika, RAND Corporation, dalam dokumennya berjudul “Building Moderate Muslim Networks” (Membangun Jaringan Islam Moderat) pada 2007. Artinya, istilah moderasi beragama bukan berasal dari para ulama (muslimahnews.id 19/10/22)
Dijelaskan juga dalam dokumen tersebut bahwa kemenangan tertinggi Barat hanya bisa dicapai ketika ideologi Islam terus dicitraburukkan di mata mayoritas penduduk di tempat tinggal mereka. Salah satu caranya adalah dengan labelisasi “fundamentalis”, “ekstremis”, “radikal”,dan semacamnya (muslimahtimes.com 12/01/22)
Moderasi beragama lahir dari Barat yang tidak suka akan kebangkitan Islam. Siapa pun yang menyetujui konsep tersebut, berarti ia telah sepakat bahwa agamanya harus disesuaikan dengan pemahaman kufur Barat. Artinya lagi, moderasi beragama sama dengan ‘beragama sesuai keinginan Barat’. Tentu ini sangat berbahaya bagi akidah umat Islam dan dapat meredam adanya kebangkitan Islam.
Mirisnya, agenda global ini malah dipatuhi oleh negeri-negeri muslim, tidak terkecuali Indonesia.
Konsep Moderasi Beragama dan Bahayanya
Para pengusung moderasi beragama men-justifikasi ide moderasi beragama agar diterima umat yaitu merujuk pada Quran Surah Al-Baqarah 143.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Demikian pula kami telah menjadikan kalian ummatan wasathan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian“
Kata wasathan di sini ditafsirkan sebagai pertengahan, yaitu tidak liberal juga tidak radikal. Padahal, tafsir kata wasathan di sini jauh dari pemaknaan tersebut.
Dalam tafsir Imam al-Qurthubi dijelaskan: “Wasath adalah al-‘adl (adil). Asalnya, yang paling terpuji dari sesuatu adalah awsath-nya. Artinya, bukan dari wasath yang merupakan pertengahan antara dua hal (dua kutub)”. Lalu Ibn Katsir juga menjelaskan di dalam Tafsîr Ibn Katsîr, “Wasath adalah al-khiyâr wa al-ajwad (yang terbaik, pilihan dan paling bagus)”. Maka gelar umat ini sebagai umat terbaik tak bisa dilepaskan dengan risalah yang didatangkan kepada umat Islam, yaitu risalah Islam. Ibnu Katsir berkata, “Ketika umat ini dijadikan sebagai ummatan wasathan, Allah mengkhususkan mereka dengan syariat paling sempurna, manhaj paling lurus, dan mazhab paling jelas.”
Kesimpulannya, sikap wasath bukanlah sikap kompromistis, moderat dan selalu mengedepankan jalan tengah. Yang dimaksud sikap wasath adalah sikap adil, yaitu menempatkan segala sesuatu sesuai posisi dan ketentuannya menurut syariat. Sikap wasath itu tak lain adalah sikap melaksanakan dan terikat dengan ketentuan Allah. Maka, jelas bahwa Al-Baqarah 143 tidak bisa dijadikan dalil moderasi beragama.
Berikut bahayanya ide moderasi beragama:
1. Menjauhkan umat dari pemahaman Islam yang benar. Istilah moderasi beragama dijadikan alat untuk membendung derasnya tuntutan umat akan penegakan islam kaffah (menyeluruh). Sehingga para pejuang islam kaffah pun akan di cap sebagai radikal.
2. Menyusupkan paham pluralisme yaitu paham memandang semua agama benar. Ide ini tidak hanya sekedar menerima pluralitas, akan tetapi umat harus mengakui dan memahami pihak lain yang berbeda dan tidak boleh merasa diri sendiri yang paling benar. Padahal dalam Islam harus meyakini keislamannya dengan benar.
3. Membuat umat menjadi islamofobia yang takut terhadap seruan dakwah yang mengajak umat mengemban ideologi Islam. Menjadikan umat Islam tetap di zona kapitalisme dengan susupan ide-ide baratnya.
Berjuang demi Kebangkitan Islam
Melihat upaya upaya Barat dalam meredam kebangkitan Islam, sudah seharusnya kita sebagai generasi muda muslim tetap memperjuangkan agar pehamahan dibutuhkannya Islam kaffah sampai kepada masyarakat. Sehingga, segala bentuk pemikiran rusak serta konsep yang salah tidak merusak generasi muda Islam.
Mari selamatkan generasi dari moderasi beragama. Pemuda harus disadarkan akan bahaya moderasi Islam serta mendapat gambaran jelas mengenai Islam secara utuh, yakni Islam kaffah. Tidak lain agar mereka tidak terjebak dengan upaya Barat merusak generasi. Wallahu a’lam bishshawab.
Tags
Opini