Oleh : Mimin Aminah, Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Literasi Ciparay Kab. Bandung.
Sebanyak 33 tokoh Muslim Indonesia meluncurkan buku yang berjudul "Salve, peregrinans Spei" yang berarti "Salam bagimu Sang Peziarah Harapan" buku ini untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-5 September 2024. "Kedatangan Paus Fransiskus adalah kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat dialog antar agama yang inklusif dan mencerahkan" kata Sekretaris Frans Seda Foundation, willem L Turpijn dalam keterangan resminya yang dikutip Kompas.com Senin 2/9/24.
"Buku ini diharapkan menjadi simbol komitmen Indonesia terhadap toleransi dan keadilan sosial. "Melalui partisipasi aktif dari pemimpin organisasi, aktivis Muslim dan cendekiawan Muslim Indonesia, kita dapat menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang menghargai pluralisme dan memperjuangkan hak-hak serta keadilan bagi semua warga tanpa memandang agama atau keyakinan" tambah Willem.
Ada 33 tokoh pemimpin Organisasi Muslim dan Cendekiawan Muslim yang turut berpartisipasi dalam buku ini diantaranya Sekretaris Umum pimpinan pusat Muhammadiyah dan ketua Umum Indonesia Conference Religion and Peace(ICRP) periode 2023 - 2028, Abdul Mu'ti kemudian presiden atau ketua umum pimpinan pusat /Laznah Tanfidziyah Islam, Syarikat Islam dan mantan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (2013-2018), Hamdan Zoelva, serta pendakwah, penulis dan kreator konten lintas agama Husein bin Jafar Al Hadar dan rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (2024 - 2029), Jamhari Makruf (Kompas.com 2/9/24).
Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi Paus Fransiskus, selama di Indonesia pemimpin gereja Katolik dunia ini melakukan serangkaian agenda yaitu pertemuan dengan Presiden Jokowi, para pejabat dan diplomat, anggota serikat jesuit, tokoh agama Kristen, tokoh antar agama dan umat Katolik dalam misa akbar di gelora Bung Karno.
Dalam berbagai kesempatan selama kunjungannya Paus Fransiskus menekankan toleransi ala moderasi, bisa dilihat dari berbagai statement Paus misalnya soal definisi baru politik, adalah bukan perang tapi kasih sayang, kekayaan Indonesia bukan tambang tapi harmonisasi. Dan ironisnya semua statement Paus direspon positip oleh para pemimpin dan masyarakat Muslim seolah-olah setiap perkataan Paus menjadi wejangan yang berharga yang wajib diikuti dan diteladani contohnya kasus usulan azan diganti dengan runing text karena bertabrakan dengan misa akbar yang ditayangkan di seluruh stasiun televisi dan atas nama toleransi penanda waktu Azan ditunjukan dengan bentuk running text sehingga misa bisa diikuti secara utuh diikuti oleh umat Katolik. Padahal sejatinya pemberitahuan waktu Azan merupakan syiar Islam yang dampaknya berbeda ketika azan dikumandangkan dengan running text.
Inilah yang terjadi ketika sistem yang diterapkan negara adalah sekulerisme, urusan agama dianggap urusan pribadi, negara tidak ikut campur mengurusinya, rakyat mau sholat atau tidak, dianggap sebagai urusan masing-masing pribadi bukan tanggung jawab negara. Mestinya umat Islam harus kritis dan punya sikap yang benar sesuai tuntunan syariat terkait bahaya toleransi dan moderasi yang dibawa Paus Fransiskus karena konsep toleransi dalam Islam adalah membiarkan serta tidak mengganggu ibadah dan kepercayaan agama lain sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Kafirun ayat 6 " bagimu agamamu dan bagiku agamaku " dengan demikian para tokoh semestinya menjadikan kunjungan Paus Fransiskus ini dimanfaatkan untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim seperti menampakan syiar Islam dan dakwah Islam bukan sebaliknya justru mereka membawa misi agama mereka kepada umat Islam.
Wallahu a'lam bish shawwab.
Tags
Opini