Misi Kunjungan Paus dan Bahaya Respon Pemimpin Sekuler



By : Ummu Aqsha


Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, bakal mengadakan perjalanan apostolik ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Indonesia menjadi negara pertama dalam rangkaian kunjungan ini dari 2 sampai dengan 13 September 2024. Paus Fransiskus berada di Tanah Air pada 3 hingga 6 September 2024.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Antonius Subianto Bunjamin menyatakan, Gereja Indonesia sangat bersyukur dan bersukacita menyambut kedatangan Paus Fransiskus.
Bahkan, Gereja Indonesia sudah mempersiapkan kedatangan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia tersebut sejak April lalu.
KWI bekerja sama dengan Nunsius Apostolik Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia membentuk panitia pada bulan April 2024 dan sudah bekerja mempersiapkan segala sesuatu sampai saat ini,” kata Antonius, dalam keterangan tertulis, Sabtu (31/8/2024).

Antonius menuturkan, ada 56 panitia inti dan 107 relawan inti yang terlibat dalam persiapan kunjungan Paus Fransiskus ini.
KWI bekerja sama dengan pemerintah dan otoritas yang berwenang untuk mengatur logistik, koordinasi keamanan, transportasi, protokol kesehatan, dan publikasi media. Untuk peliputan kunjungan Paus Fransiskus, Gereja Indonesia bekerja sama dengan media Vatikan dan media internasional dan media lokal.

Dari sejumlah agenda Paus Fransiskus di Indonesia, salah satu yang akan melibatkan banyak umat adalah Perayaan Ekaristi di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan Jakarta. Oleh sebab itu, seluruh umat yang dapat hadir diharapkan mengikuti semua saran dan anjuran panitia supaya dapat berjalan lancar. Sementara, umat yang tidak kebagian tempat bisa mengikuti acara tersebut melalui siaran televisi atau YouTube.
Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci (Vatikan) Michael Trias Kuncahyono menyampaikan bahwa tujuan Paus Fransiskus datang ke Indonesia yakni mengapresiasi kebebasan dalam beragama, terutama Katolik. “Kemudian juga (Paus Fransiskus) ingin kembali belajar tentang bagaimana negeri yang sangat beragam ini bisa rukun antar-agama,” kata Michael Trias di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Dubes yang biasa dipanggil Trias itu juga mengatakan bahwa tujuan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah untuk mengingatkan bahwa semua orang, meski berbeda-beda, adalah saudara. Dubes yang dulu aktif sebagai wartawan itu menyebutkan bahwa kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tidak hanya untuk umat Katolik, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Kunjungan Memiliki Maksud Politik

“Setiap kunjungan pemimpin dunia memiliki maksud politik walaupun itu adalah kunjungan agama tertentu. Oleh karena Paus itu adalah pemimpin agama dunia dari Negara Vatikan, maka tidak mungkin hanya kunjungan biasa, pasti ada maksud politik di balik itu,” ungkapnya kepada MNews, Sabtu (7-9-2024).

Demikian pula, sambungnya, terkait pemilihan tempat yang dikunjungi pun memiliki maksud politik. “Indonesia adalah negeri mayoritas umat Islam. Bukankah Indonesia ini negeri kaya ulama? Tentu hal penting bagi pengunjung untuk mengutamakan kunjungannya hendak mengarah ke daerah mana. Kunjungannya ke Indonesia tentu bernilai strategis,” ujarnya.

Apalagi, menurutnya, kunjungan Paus hari ini sejatinya membawa misi perdamaian, pluralisme, dan liberalisme.
Pertama, jelasnya, perdamaian. Namun, ia mempertanyakan, bagaimana mungkin misi perdamaian akan terwujud?
“Faktanya, Vatikan tidak mampu menghentikan kekejaman yang terjadi di dunia, termasuk pembantaian Palestina. Bahkan nyaris tanpa kritik terhadap kekejian Zion*s Yahudi dan negara-negara Barat yang mendukung pembantaian ini,” kritiknya.
Ia menegaskan, adalah omong kosong saat berbicara perdamaian, tetapi tidak ada upaya signifikan untuk menghentikan kebiadaban terhadap umat Islam, khususnya di Palestina.

Kedua, ucapnya, pluralisme. “Bagaimana mungkin Vatikan mengeklaim dirinya [menjunjung] pluralisme, sementara Vatikan itu negara agama yang tidak membiarkan berkembangnya Islam. Betapa palsunya propaganda pluralisme itu. Adakah kita bisa melihat masjid di Vatikan? Umat Islam jika sedang ada di Vatikan dan ingin ibadah ke masjid, mereka pergi mencarinya ke Italia,” cetusnya.
Ketiga, imbuhnya, liberalisme. “Dengan memberkati L687, maka jelas ini misi berbahaya bagi umat Islam karena akan membawa umat lebih bergelimang dosa,” kecamnya.

Dan juga target di balik kunjungan tekanan global soal toleransi ala moderasi bisa di lihat dari berbagai statement paus misalnya soal definisi baru politik bukan perang melainkan kasih sayang, kekayaan Indonesia bukan tambang emas,tetapi Harmonisasi dll.

Ironi nya semua statement paus di respon positif oleh para pemimpin dan masyarakat muslim. Contoh kasus usulan azan running text yang di anggap wajar bagi kalangan mahasiswa muslim dan antusiasme tokoh tokoh muslim yang kebablasan.
Penting untuk diingatkan, toleransi tetaplah harus memegang prinsip-prinsip akidah Islam, tidak boleh kebablasan.

Ada tiga faktor prinsip tolerasi yaitu
Pertama, sebutnya, tidak boleh mengatakan semua agama sama benarnya dan semua agama sama-sama akan mengantarkan kepada jalan keselamatan.
“Mengapa? Karena tugas kita sebagai seorang muslim, hanya Islam saja yang diridai oleh Allah dan siapa saja yang mengimani agama selain Islam itu akan tertolak.
Kedua, toleransi bukanlah partisipasi. “Toleransi diwujudkan dengan kita membiarkan mereka merayakan hari besar mereka, tidak boleh karena toleransi, kita berpartisipasi di dalamnya.
Ketiga, tambahnya, toleransi jangan kebablasan. “Kita harus tetap memuliakan apa yang dimuliakan Allah dan menghinakan apa yang dihinakan Allah. Allah mengatakan, Allahu muhzil kafirin, yang artinya Allah menghinakan orang-orang kafir.
Menurutnya, umat Islam tidak boleh bersikap sebaliknya. “Jangan sampai terbalik, satu sisi begitu memuliakan orang yang semestinya dihinakan karena dihinakan oleh Allah, sementara menghinakan orang yang semestinya dimuliakan sesama muslim. Apabila itu terjadi tentu ini toleransi yang tidak tepat, toleransi kebablasan.
soal toleransi, sesungguhnya bagi umat Islam bukanlah sesuatu yang asing. “Mengapa? Karena Islam dengan jelas mengajarkan kepada kita [tentang] sikap kita kepada mereka yang beragama selain Islam. Sejarah juga sudah membuktikan hal itu. Saat Islam menguasai dan memimpin suatu wilayah yang di situ terdiri dari berbagai agama.
Begitu pula dengan negeri Indonesia, toleransi umat Islam terlihat sangat nyata. “Lihatlah bagaimana tempat ibadah nonmuslim, baik dalam bentuk gereja, wihara, pura, ataupun candi tetap kokoh berdiri berbilang abad lamanya. Para pemimpin agama mereka bisa datang dengan leluasa. Itu adalah bukti nyata bagaimana toleransi dilakukan umat Islam.
Adanya Tadilil siyasi oleh kepemimpinan sekuler untuk memenangkan program moderasi yang sejatinya mengerus akidah umat.

Misi Global

Sungguh ironis, toleransi kebablasan, pluralisme blak-blakan, bahkan mengarah ke sinkretisme agama telah dipertontonkan secara nyata dalam moderasi beragama. Bahkan, upaya ini diamini sebagian besar penguasa dan pejabat negeri. Kedatangan Paus Fransiskus yang membawa pesan moderasi beragama di balik kata “perdamaian dan kerukunan” menjadi pemantik penggiringan opini publik, baik di dalam maupun luar negeri.
Ini menjadi batu loncatan untuk melegitimasi bahwa Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia telah sukses menerapkan dan menerima moderasi beragama. Dampaknya, negeri-negeri Islam yang lain akan mengikuti peta jalan penderasan arus moderasi ini. Tidak heran, Indonesia disebut sebagai katalisator proyek moderasi beragama di kancah global.
Proyek moderasi beragama masuk melalui banyak jalur. Dua di antaranya ialah dialog antaragama dan perlawanan terhadap ekstremisme/radikalisme. Dialog antaragama memiliki dua motif, yaitu melemahkan ajaran Islam dan melestarikan penjajahan.
Dialog antaragama melemahkan ajaran Islam dengan jalan mencampuradukkan kebatilan dan kebenaran dengan berpegang pada prinsip semua agama sama. Pelemahan ajaran Islam juga dilakukan dengan menuduh agama sebagai sumber konflik. Imbasnya, penyelesaian masalah tidak lagi bertumpu pada pandangan agama (Islam), tetapi cara pandang sekuler yang mengedepankan pandangan manusia.

Solusi Islam

Umat Islam mestinya memiliki kewaspadaan pada setiap kata dan pengarusan opini yang berkembang dalam kunjungan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu. Umat harus memahami Islam secara menyeluruh agar tidak terjadi salah tafsir atau salah memahami maksud terselubung dalam membaca setiap peristiwa yang berkaitan dengan Islam. Di antara upaya yang bisa dilakukan adalah:
-Pertama, mengikuti pembinaan secara umum dan intensif agar memahami Islam kafah sesuai panduan Al-Qur’an dan Sunah. Dengan pembinaan Islam secara intens, umat akan memiliki pemahaman yang benar seputar Islam dan ajarannya.
-Kedua, kritis terhadap peristiwa apa pun, yakni tidak mudah menelan informasi yang diopinikan media massa ataupun media sosial dengan melakukan pendalaman fakta atas berita yang dipublikasikan ke masyarakat.
-Ketiga, memahami makna toleransi yang sesungguhnya dalam Islam. Toleransi dalam Islam adalah membiarkan dan menghormati ibadah nonmuslim tanpa turut campur di dalamnya, baik sekadar mengucap, berpartisipasi (menghadiri), apalagi berkolaborasi dalam perayaan dan ibadah mereka.
-Keempat, memahami bahaya moderasi beragama adalah pengaburan ajaran Islam, semisal mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan dengan dalih toleransi dan kerukunan. Islam adalah agama sekaligus sistem yang memiliki paket lengkap dalam menyelesaikan berbagai persoalan manusia, tidak terkecuali dalam aspek berbangsa, Menyikapi perbedaan, keberagaman, dan toleransi. Islam tidak membutuhkan tambahan dan definisi lain menurut cara pandang manusia.
Demikianlah, Islam sudah sempurna dengan syariat berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah. Islam tidak memerlukan embel-embel atau istilah tambahan lainnya.Cukuplah pahami Islam dengan hati yang bersih,akal yang murni dan pemikiran jernih. Islam sebagai ajaran yang di bawa Rasulullah SAW, tidak pernah tercampuri Kapitalisme dan terkotori sekularisme.Sudah seharusnya umat Islam menyerukan Islam kaffah sebagai pandangan hidup yang khas dan di terapkan dalam setiap aspek kehidupan.Dan Umat Islam harus kritis dan punya sikap yang benar sesuai tintunan syariat.

Wallahu a'lam bi ashshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak