Maulid Nabi dan Momentum Menerjemahkan Cita-Cita Besar Kaum Muslim




Oleh : Nai Haryati, M.Tr.Bns., CIRBD.
(Praktisi, Pengamat Politik dan Ekonomi)



Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad saw.. Peristiwa tersebut adalah momen yang sangat penting dan mulia bagi umat Islam di seluruh dunia. Beliau mengemban risalah agung dien Islam, rule model manusia terbaik dan memegang peran politik penting sebagai kepala negara.

Maulid Nabi diperingati agar menumbuhkan rasa cinta serta mengingatkan kembali napak tilas perjuangan dakwah beliau. Tentu cinta tidak cukup sekadar klaim tapi butuh pembuktian. Bukti bahwa kita mencintai Rasulullah saw. dapat dibuktikan dengan dua cara. Pertama, senantiasa melantunkan shalawat kepada baginda Nabi saw.. Shalawat adalah perintah Allah swt yang diartikan Imam Al-Asqalani sebagai permohonan kepada Allah untuk memuliakan Nabi dalam memenangkan agama-Nya. Kedua, yang paling utama adalah ittiba’ kepada Nabi dan ini sekaligus juga bukti cinta kita kepada Allaw swt.

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa kecintaan kepada Allah swt harus disertai dengan ittiba’ kepada Rasulullah saw. dengan cara yang benar, artinya mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga disebut sebagai kadzib atau pendusta jika tidak melakukan hal yang demikian.

Meneladani Kepemimpinan Rasullulah Saw.

Keteladan yang juga sangat penting untuk diikuti oleh kaum muslim yaitu terkait kepemimpinan Rasullah saw.. Manifestasi kepemimpinan tersebut terlihat dalam aktivitas kenegaraan beliau dalam memobilisasi dan mengatur fungsi-fungsi negara. Aktivitas tersebut mampu menjadi peletak dasar dalam mewujudkan peradaban Islam yang mulia dan berkesinambungan selama belasan abad. Beliau berperan sebagai raa’in yang memiliki tanggung jawab pengaturan urusan manusia dalam dimensi ritual maupun publik.

Hal ini tidak pernah sedikit pun terlalaikan, dikarenakan kepemimpinan politik tidak hanya berbicara manusia yang hidup didalamya tapi disokong oleh sistem yang kapabel. Sistem ini mampu mengkondisikan penerapan seperangkat aturan yang terlahir dari Islam, seperti sistem politik dan ekonomi sebagai supra sistem maupun sub sistem dibawahnya. Alhasil, selain karakter negarawan yang melekat pada diri Rasulullah yang begitu kentara, juga ditunjang dengan kolabarasi sistem kehidupan yang ajeg yang bersumber dari wahyu Allah swt.

Cita-Cita Besar Kaum Muslim
Kepemimpinan Rasullah Saw. tentu perlu diterjemahkan menjadi cita-cita besar umat ini. Cita-cita selalu terkait dengan dua hal yang mendasar yaitu identitas diri dan makna kesuksesan. Identitas diri sebagai seorang muslim dengan secara terus menerus memupuk keteguhan keimanan kepada Allah swt, Rasulullah saw. dan risalah Islam. Selain itu, agenda penting yang menjadi cita-cita besar kita adalah mengambil kepemimpinan atas umat ini, menjalani dan menaklukkan kehidupan dunia untuk tujuan hidup beribadah kepada Allah swt.

Kehidupan modern di era Kapitalisme Sekuler saat ini telah mengerdilkan cita-cita besar kaum muslim hanya untuk meraih sebesar-besarnya kesenangan dan manfaat materi. Inilah sebabnya kenapa cita-cita sebagai seorang muslim selalu terbentur dengan kesempitan hidup.

Mereka stagnan dan buta dalam menerjemahkan urgensi diutusnya Rasulullah saw. ke muka bumi, melihat dalam perspektif yang sempit hanya sekedar ritual dan akhlak. Sejatinya Islam adalah agama spiritual dan politik. Hal itu terejawantahkan dalam aktivitas politik Rasulullah saw. yang mengimplementasikan Islam dalam kehidupan dengan pondasi dan bekal yang mumpuni, hasilnya tercermin dalam ketakwaan. Takwa digambarkan oleh Sayidina Ali ra. dengan empat karakter: takut kepada Rabb yang Maha Agung, menjalankan Al-quran/hukum yang diturunkan Allah swt., ridha meski terhadap yang sedikit, dan bersiap menghadapi hari penggiringan.

Saatnya Mengambil Peran Penting

Maka sudah seharusnya kita mampu menerjemahkan cita-cita besar ini dalam visi misi kehidupan, berkaitan dengan pengurusan urusan umat yang memiliki nilai berbeda secara diametral dengan Sekularisme Kapitalisme. Selain itu memahami hakikat diri sebagai hamba yang memiliki peranan penting melakukan perbaikan ditengah manusia.

Diutusnya Rasulullah saw. ke bumi telah mewariskan semangat perjuangan atas kepemimpinan umat ini dibawah sistem Islam. Perjuangan tersebut harus dilanjutkan dan diestafetkan dari generasi ke generasi, bahkan wajib meneladani dakwah Rasulullah saw.. Walaupun kita terpisah belasan abad dengan Rasulullah dan generasi awal Islam, tetapi perlu diingat bahwa beliau telah mewariskan seperangkat aturan hidup dengan tatanan sistemnya agar tercipta peradaban manusia yang gemilang. Wallahu ‘alam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak