Harga Beras Mahal, Petani Gigit Jari



Oleh : Nunik H, Pegiat Literasi, Ciparay Kab. Bandung.



Mahalnya harga beras menjadi ironi Indonesia sebagai negeri agraris, bahkan bank dunia (word bank) mencatat harga beras di Indonesia tergolong lebih mahal bila dibandingkan dengan sejumlah negara di Asean. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Indonesia harus merogoh kocek sedikit lebih banyak untuk kebutuhan pangannya terutama untuk beras, sedangkan tingginya harga beras dalam negeri tak sebanding dengan pendapatan petani lokal. 

Merangkum dari hasil survei pertanian terpadu Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan rata-rata petani kecil kurang dari 1 dollar AS atau Rp.15.199 per hari, sementara pendapatan petani per tahunnya hanya mencapai 341 dollar atau Rp. 5,2 juta.

"Jadi petani mendapat keuntungan rendah, padahal dilain sisi konsumen membayar harga beras dengan harga tinggi" jelas Carolyn.
Bank dunia mencatat saat ini hanya 31 persen penduduk Indonesia yang mampu mendapatkan makanan sehat lantaran sulit membeli makanan bergizi seperti daging, telur, ikan dan sayuran. "Harga beras yang tinggi semakin mempersulit konsumen miskin di Indonesia untuk membeli makanan bergizi" ucap V
Carolyn. 

Salah satu penyebab harga beras tinggi adalah biaya produksi yang tinggi, hal ini dikarenakan sektor pertanian sudah dikuasai oligarki dari hulu hingga hilir, sementara negara tidak memberikan bantuan kepada petani. Petani harus mandiri terlebih petani yang sedikit modal, apalagi dengan adanya ritel-ritel yang menguasai bisnis beras yang dapat memainkan harga, situasi ini berpeluang untuk mendorong dibukanya keran impor beras yang akan semakin menguntungkan oligarki dan menyengsarakan petani.

Tidak salah lagi, ini adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme, dimana negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator yang berpihak kepada oligarki, yang seharusnya negara menyediakan lahan untuk ketahanan pangan (beras), pupuk yang terjangkau , pengadaan alat-alat pendukung untuk pertanian yang canggih, serta pengembangan bibit unggul dan meningkatkan kemampuan petani sehingga makin ahli.

Sedangkan penerapan sistem ekonomi liberal membuka ruang seluas-luasnya bagi swasta baik korporasi lokal maupun asing untuk menguasai ranah usaha pertanian pangan sehingga menyediakan karpet merah bagi korporasi raksasa, oleh karena nya untuk mengatasi problem ini pemerintah harusnya melakukan evaluasi mendasar terkait sistem pengelolaan yang digunakan saat ini, bukan hanya sibuk menjalankan kebijakan teknis yang tidak menyentuh akar masalah seperti memperbanyak impor, bantuan sosial beras, dan lain-lain. Yang pads kenyataan nya dengan berbagai instrumen ini pun harga beras tidak kunjung turun.

Satu-satunya sistem yang layak digunakan untuk mewujudkan stabilitas harga dan terwujudnya ketahanan serta kedaulatan pangan bagi rakyat hanyalah Islam. Hanya dengan Islam, akan melahirkan sistem politik dan ekonomi yang benar-benar berorientasi kesejahteraan rakyat.

Secara politik, Islam menegaskan fungsi politik kepala negara/khalifah sebagai penanggung jawab dalam pengurusan urusan rakyat dengan berlandaskan syariat Islam. Dalam hal ini, negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu rakyat dan memudahkan rakyat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai kemampuan. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW., riwayat Bukhari dan Musim, ‘Imam/khalifah itu laksana gembala dan hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap hewan gembalanya.

Selain itu sistem ekonomi Islam menetapkan kepemilikan harta sesuai batasan syariat, sehingga tidak akan terjadi privatisasi aset publik oleh swasta, misalnya terkait kepemilikan lahan, dan  juga menjamin terwujudnya distribusi kekayaan ke seluruh rakyat dengan mekanisme sesuai syariat. Negara akan mengoptimalkan lahan pertanian melalui berbagai bantuan bagi petani dan mengawasi distribusi pangan agar tidak terjadi distorsi harga dan untuk ini akan diangkat para kadi hisbah. Serta negara akan membangun sistem cadangan pangan pemerintah secara berdaulat dan sesuai syariat Islam, untuk mewujudkan stabilitas harga dan terwujudnya ketahanan serta kedaulatan pangan bagi rakyat.

Islam menempatkan bahwa ketahanan dan kedaulatan pangan sebagai salah satu basis pertahanan negara dan basis mensejahterakan rakyatnya. Negara akan melakukan segala macam upaya untuk mewujudkan kestabilan harga beras sebagai bahan makanan pokok. Dengan ekonomi Islam harapannya bisa memiliki ketahanan pangan yang bagus, harga beras dan bahan makanan lain bisa terjangkau oleh masyarakat dan dengan haraga murah. Masyarakat akan semakin sejahtera.
Wallahu a'lam bish shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak