By: Hasna Hanan
IAPF merupakan salah satu rangkaian Forum Indonesia Afrika (IAF) yang digelar dari 1-3 September 2024. Forum tersebut mengundang sekitar 1.500 delegasi dari negara-negara di Afrika.
Didalam forum tersebut hubungan Indonesia dan negara-negara asia Afrika berkomitmen untuk terus mendukung Palestina yang sudah dirintis sejak awal Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
Menurut menteri luar negeri Retno Suwardi, pentingnya kerjasama ini dibangun untuk memberikan tekanan publik internasional dalam upaya mengakhiri genosida di Palestina, melalui mobilisasi peran parlemen.
“Dalam kasus Palestina, Parlemen memegang peran penting dalam menggunakan jaringan parlemen untuk memobilisasi tekanan publik internasional untuk mengakhiri agresi dan genosida di Palestina,” ujar Retno.
Di forum yang sama dilansir dari laman media SuaraBali.id - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani menyuarakan keinginannya untuk menghentikan perang di Palestina dan daerah konflik lainnya. Pidato itu disampaikan di hadapan puluhan delegasi negara-negara Afrika dalam Forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024).
Puan juga menegaskan niat untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui forum kerja sama antara Indonesia dan Afrika, dan menolak menyelesaikan perdamain palestina dengan cara kekerasan (perang) dengan lebih menghargai HAM dan penegakan hukum.
Persoalan palestina sudah berlangsung sangat lama dan tidak pernah didapatkan kemengan itu hanya melalui forum-forum diskusi dan lobi-lobi politik internasional di dunia, apakah sekarang melalui forum tersebut juga akan mampu menghentikan atau hingga palestina mendapatkan tanah dan terbebas dari penjajahan zionis Israel laknatullah.
Akar Persoalan Palestina
Tanah Palestina adalah milik kaum muslimin yang itu didapat dari penaklukan yang dilakukan secara heroik peperangan dalam kepemimpinan Sultan Salahuddin Al Ayyubi, terus dipelihara dan dijaga serta dijamin kemerdekaannya dibawah kekuasaan Daulah khilafah Islamiyyah hingga menamgalami keruntuhan pada 1924 H.
Krisis tersebut bermula pada 1897 dari gagasan Theodor Herzl, bapak Zion*s internasional yang menginginkan pendirian negara Yahudi. Krisis tersebut bermula pada 1897 dari gagasan Theodor Herzl, bapak Zion*s internasional yang menginginkan pendirian negara Yahudi. Menurutnya, semua penindasan terhadap bangsa Yahudi bisa diakhiri jika mereka memiliki negara sendiri. Tambahan lagi, adanya doktrin tentang tanah terjanji, seolah-olah Tuhan telah menyerahkan wilayah Palestina, sebagian Mesir, sebagian Suriah, dan Lebanon yang membentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Irak untuk mereka.
Setelah runtuhnya Khilafah Utsmani, terjadilah eksodus besar-besaran komunitas Yahudi dari berbagai wilayah di dunia ke Palestina. Puncaknya pada 1948, atas sokongan Inggris dan PBB, negara ilegal Israel dideklarasikan. Jadi selama entitas Zion*s Yahudi masih ada dan menjajah wilayah Palestina, selama itu pula persoalan Palestina akan terus membara.
Berdasarkan informasi dari situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pendudukan Israel di Palestina bermula dengan disahkannya Deklarasi Balfour pada 1917. Deklarasi tersebut menyatakan dukungan Inggris untuk pembentukan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina.
Akibatnya, selama rentang 1922 hingga 1947, imigrasi umat Yahudi terjadi dalam skala besar. Berbagai macam kegiatan besar telah terjadi sejak saat itu, mulai dari rencana pembagian dua negara atau two state solutions (1947) sampai perundingan perdamaian pada 1991.
Oleh karenanya akar masalahnya adalah pendudukan Israel atas Palestina dan sungguh, Palestina membara bukan karena kebakaran, melainkan pembantaian, bahkan genosida. Ini adalah kebiadaban yang nyata.
Seruan hentikan genosida di palestina tanpa pengiriman pasukan/tentara adalah pencitraan belaka. Hingga saat ini terbukti Seruan tak mampu menghentikan serangan Zionis, bahkan seruan lembaga internasiona, maupun pejabat/ penguasa negeri muslim. lantas apa lagi yang hendak diharapkan dari demokrasi kapitalisme?
Solusi Palestina adalah Jihad
Ketidakberdayaan kaum muslimin untuk membebaskan negeri Palestina dan saudara-saudara muslim disana karena tidak adanya kesatuan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan Kholifah untuk memobilisasi seluruh tentara kaum muslimin untuk menghancurkan keberadaan pendudukan z*onis Israel
Rasulullah saw. bersabda,
“Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen.) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring.” Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi, kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian wahn.” Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu wahn?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud dan Ahmad).
Hanya dengan mengerahkan kekuatan kaum muslimin di seluruh dunia melalui jihadlah yang akan mampu membebaskan Palestina, akan tetapi bagaimana penguasa hari ini di negeri-negeri muslim mereka semua adalah antek Barat, bukan penguasa pembela umat Islam. Jelas mereka mustahil membantu Palestina dengan bantuan militer. Selain karena cinta dunia dan takut mati, kekuasaan para pemimpin negeri muslim itu pun berlangsung atas restu sekaligus di bawah tekanan Barat.
Islam membangun kekuatan ukhuwah atas dasar akidah. Negara berperan penting dalam menanamkan sikap umat terhadap saudara sesama muslim, terlebih yang dijajah seperti palestina.
Allah Taala berfirman, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (TQS Al-Hujurat [49]: 10).
Juga sabda Rasulullah saw. dalam hadis, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Selanjutnya untuk memberikan pemahaan kepada umat terkait persoalan palestina Islam membina setiap rakyat akan kesadaran politik Islam. Juga akan kewajiban melakukan dakwah dan jihad dan Solusi strategisnya untuk krisis di Palestina adalah dengan tegaknya Khilafah yang akan menjalankan politik luar negeri berupa jihad fisabilillah dalam rangka mengusir Zion*s dari tanah Palestina.
Untuk itu maka urgensi mewujudkan keberadaan kelompok dakwah yang tegak di atas landasan ideologi Islam dan berperan mencerdaskan umat dengan ideologi Islam, sehingga akan terbentuk kesadaran umum dan opini umum di tengah-tengah umat terkait dengan penerapan ideologi Islam sebagai ideologi negara. Kekuatan pemikiran Islam yang bersanding dengan thariqah-nya cukup untuk mendirikan Khilafah dan mewujudkan kehidupan yang islami.
Khilafah akan berperan sebagai junnah (perisai) untuk membela Palestina dan menjadi solusi tuntas bagi krisis di sana.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu junnah (perisai) yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Bukhari dan Muslim). Wallahualam bissawab.