Oleh: Oktavia (Aktivis Muslimah)
Namanya benteng utama pasti dibutuhkan bahkan menjadi urgent untuk diadakan demi melindungi apapun yang ada didalamnya. Termasuk dalam tatanan hidup masyarakat terdapat benteng utama yang urgent harus diadakan, yaitu keluarga. Baik buruknya masyarakat menjadi cerminan apakah benteng utama berfungsi benar atau sebenarnya saat ini telah usang fungsinya. Akhir-akhir ini banyak kejadian yang menguras energi juga pikiran kita, yang akhirnya mempertanyakan apakah benteng utama itu sudah tidak berfungsi?. Zaman seperti apa yang akhirnya membuat fungsi benteng utama terasa usang?
Kejadian cukup menggegerkan dan membuat warga ngeri terjadi di Jl Sepakat RT 46 Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat. Jumat (23/8/2024) sekitar pukul 21.13 Wita, seorang ibu bernama Hj. RK meninggal secara tragis dibunuh oleh anak kandungnya sendiri bernama AR. pelaku diduga mengalami gangguan jiwa, sehingga dengan tega menebas leher ibu kandungnya dan setelah itu ia lari serta membawa parang tersebut, Prokal.co (24/08/2024).
Berita lain datang dari Pontianak Kalimantan Barat, seorang ibu tiri tega menghabisi anak tirinya dan dimasukkan kedalam karung. Sebelumnya korban dikabarkan hilang hingga hari Kamis (22/8/24) korban ditemukan mengenaskan dibungkus karung. Polisi yang mendapatkan laporan tersebut langsung mengadakan olah TKP, setelah melewati proses pra rekonstruksi ditemukan hasil terjadi 67 adegan yang terungkap, beberapa diantarnya pelaku (24) sering menyiksa korban(6), sempat korban dikurung dibelakang rumah dan tidak dikasih makan, SindoNews.com (24/08/24).
Kasus-kasus di atas sedikit dari banyaknya yang sudah terjadi di negeri kita ini, ketahanan keluarga semakin rapuh, benteng utama semakin hari semakin tidak terlihat lagi fungsinya. Kalau kita telaah kembali kejadian ini, bukan hanya terjadi pada tahun-tahun ini saja namun memang diperparah pada beberapa tahun kebelakang. Semua ini tak terlepas peran dari negara yang seharusnya menyediakan keamanan, ketentraman bagi rakyatnya. Saat ketentraman itu didapatkan dari negara, dengan mudah seorang individu yang mana ia bagian dari masyarakat akan menjalankan fungsinya dengan sungguh-sungguh dalam keluarga, entah sebagai kepala keluarga ataupun anggota keluarga.
Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadikan akal manusia sebagai standar, sekulerisme menjadi akidah dalam menentukan kebijakan, termasuk kebijakan yang akan mempengaruhi individu dalam keluarga. Menjadikan akal juga sekulerisme membuat Indonesia semakin rusak, bagaimana tidak? Setiap kebijakan yang lahir dari akal manusia hanya berpihak kepada siapa yang berkuasa atau mempunyai kuasa. Sekularisme memperparah keadaan benteng keluarga Indonesia, memisahkan kepentingan agama dengan kepentingan dunia sehingga lahirlah individu yang tidak takut akan dosa atas apa yang ia perbuat. Termasuk membunuh anggota keluarganya sendiri.
Terbukti akal manusia tidak bisa dijadikan standar dalam membangun ketahanan keluarga yang kokoh, apalagi membangun sebuah pemerintahan. Seekor hewan saja akan berfikir beribu kali untuk memangsa induk atau anaknya sendiri, namun manusia zaman sekarang terlihat lebih rendah daripada hewan yang hanya mengandalkan naluri bukan akal. Benarlah apa yang disampaikan didalam Al-Qur'an bahwa:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al- A'raf: 179).
Dari ayat diatas sudah jelas bahwa isi neraka jahanam adalah manusia yang mempunyai hati, telinga, mata namun tidak digunakan dengan semestinya. Seharusnya anggota badan ciptaan Allah SWT, ia gunakan untuk mentadaburi ciptaan Allah SWT, memahami ayat-ayat Allah SWT berupa perintah juga larangannya. Bukan justru menyalahgunakan ciptaannya untuk berkehendak sesuka ia sendiri. Dalam ayat ini manusia yang demikian mendapatkan predikat lebih buruk dari binatang ternak.
Mendapatkan predikat buruk dari sang pencipta adalah seburuk-buruknya predikat yang disandang manusia, bahkan menjadi bahaya jika kita tidak segera bertobat dan menggunakan ciptaannya (mata, hati, telinga) dengan sesungguhnya. Yaitu hati mata kita gunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, baik itu merenungi keesaan-Nya, kebenaran rasul-Nya, yaitu orang yang kufur atau menolak kebenaran. Telinga kita gunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah SWT, dan kita memahaminya.
Akal manusia seharusnya tunduk patuh dengan aturan Allah SWT, bukan justru disalahgunakan untuk memikirkan peraturan apa yang akan diterapkan untuk manusia lainnya. Yang ada jika akal diletakkan diatas aturan Allah SWT maka kehancuran, kehinaan siap di terima seperti kisah-kisah Nabi dan Rasul sebelum Rasululloh Saw. maka sudah seharusnya kita kembali kepada peraturan Allah SWT dalam segala lini, dari yang kompleks yaitu masalah mengurusi pemerintahan hingga yang kecil yaitu mengurusi individu dalam lingkungan keluarga. Termasuk menjaga benteng utama (keluarga) dalam keadaan baik adalah kewajiban dari kepala Negara.
Wallahu a'lam
Tags
Opini