Oleh. Lilik Yani (Muslimah Peduli Peradaban)
Toleransi antar umat beragama yang diperbolehkan itu seperti apa? Seberapa akrab jalinan kasih antar para pemimpin agama? Atau seharusnya ada batasan-batasan hubungan, hingga yang penting saling menghormati ibadah masing-masing agama dan tidak saling mengganggu?
Dilansir dari CNBC Indonesia - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal pada Kamis (5/9/2024) pagi. Di depan pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu, Nasaruddin membahas banyak hal, dari krisis lingkungan hingga sejarah masjid negara tersebut. Nasaruddin mengatakan di tengah keberagaman masyarakat dunia dengan dukungan alam yang seimbang, umat manusia yang beragama pasti mendambakan kehidupan damai, tentram dan harmoni. Namun, katanya, kenyataannya sangat berbeda.
"Akan tetapi, pada kenyataannya, saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia, masih ada yang menderita karena konflik," kata Nasaruddin. "Kita juga saat ini sedang menghadapi krisis lingkungan. Perubahan iklim, pemanasan global dan masalah lingkungan lainnya yang mengancam kehidupan kita." (5/9/24)
Pertemuan dan dialog para tokoh agama, seperti yang sudah dilaksanakan dianggap sangat penting dan dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan dan ancaman-ancaman kerusakan lingkungan.
Kemudian Nasaruddin menyebut pembangunan Masjid Istiqlal memiliki visi untuk menciptakan harmoni kehidupan bangsa Indonesia dan juga dunia. Masjid Istiqlal bukan hanya rumah ibadah umat Islam, tetapi juga rumah besar untuk kemanusiaan. Prinsipnya bahwa humanity is only one, sehingga peran pemberdayaan umat difokuskan pada basis kemanusiaan dan harmoni kehidupan.
Siapapun boleh masuk ke Masjid Istiqlal untuk mencari kebaikan bagi umat manusia. Namun perlu diperhatikan, siapapun bisa masuk asal mengikuti ketentuan dan adat istiadat yang berlaku di lingkungan masjid. Itulah sebabnya kedatangan Paus, Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan disambut dengan hormat dan mesra.
Batasan Boleh Mencium Tangan atau Kepala
Mencium kepala, tangan atau kening sebagai bentuk penghormatan atau pemuliaan itu diperbolehkan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Aisyah Ra.
Nabi Saw jika melihat putrinya (yaitu Fathimah) mendatangi, maka beliau menyambut kedatangannya. Beliau berdiri lalu berjalan menyambut, menciumnya, menggandeng tangannya lalu mendudukkannya di tempat Beliau duduk. Jika Nabi Saw mendatangi Fathimah Ra, maka Fathimah menyambut kedatangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia bangkit dan berjalan kearah Beliau Saw lalu menciumnya. Dan Fathimah Ra pernah mendatangi Nabi Saw saat sedang menderita sakit menjelang wafat, maka menyambut kedatangannya dan menciumnya. (HR Bukhari)
Ketika Ja’far Ra mendatangi Nabi Saw setibanya dari Habasyah, Ja’far Ramencium wajah Rasulullah Saw yaitu antara dua mata Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR Thabrani)
Perlu diingat, meskipun mencium tangan atau kepala itu boleh, namun tidak sepantasnya dilakukan terus menerus. Karena dikhawatirkan itu akan menghilangkan sunnah berjabat tangan yang dijelaskan dengan perkataan dan perbuatan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga perbuatan para Sahabat Ra. Ketika mereka bertemu, mereka berjabat tangan dan ketika mereka datang dari bepergian jauh, mereka saling berpelukan. Apalagi, jika mengingat keutamaan dari berjabat tangan yaitu bisa menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa orang-orang yang berjabat tangan. Orang yang memiliki antusiasme tinggi tentu tidak ingin kehilangan momentum untuk mewujudkan kebaikan ini.
Berjabat tangan dan mencium kepala tidak boleh dilakukan kepada non muslim, apalagi pemimpin gereja yang notabene kehadirannya tidak mungkin hanya sekedar silaturahmi. Pasti ada misi lain yang direncanakan. Muslim tidak boleh berakrab-akraban dengan non muslim, apalagi jika misi terselubung.
Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung. (QS Mujadillah : 22)
Kaum Muslimin dilarang berteman dengan orang-orang kafir yang menjadi musuh Islam karena hal itu berarti ikut berusaha menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Sedangkan terhadap orang-orang kafir yang tidak memusuhi kaum Muslimin dan tidak berusaha menghancurkan agama Islam, kaum Muslimin dibolehkan berteman dan bergaul dengan mereka, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw sendiri dan para sahabat.
Dalam hal keduniaan saja, muslim boleh berinteraksi dengan baik, misalnya berdagang, berobat, belajar ilmu dunia, dan hal lain yang bersifat keduniaan. Jika sudah menyangkut ibadah, tempat ibadah, maka toleransi yang dilakukan cukup dengan tidak mengganggu agama lain ketika beribadah. Begitulah toleransi dalam Islam. Tidak sampai saling berkunjung di tempat ibadah, saling menghormati dengan sikap berlebihan seperti mencium tangan atau kepala.
Target Dibalik Kunjungan Paus
Seorang pimpinan besar gereja pastinya tak mungkin mengunjungi suatu tanpa ada misi dibaliknya. Lantas mengapa memilih Indonesia sebagai target yang dikunjungi Paus?
Indonesia dianggap sangat dekat dengan negara Vatikan. Vatikan adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1947. Ini menunjukkan pentingnya hubungan kedua negara. Selain itu, Indonesia juga dipandang oleh Vatikan sebagai miniatur keberagaman yang patut menjadi contoh bagi dunia.
"Indonesia memegang peranan penting sebagai miniatur keberagaman dan toleransi, yang mudah-mudahan bisa disebarkan ke berbagai hal," kata Paus
Dalam pandangan Paus Fransiskus, Indonesia tidak hanya berperan penting sebagai negara mayoritas Muslim, tetapi juga sebagai tempat pemimpin agama memiliki peran besar dalam memajukan masyarakat dan bangsa.
Paus Fransiskus memiliki informasi yang terpercaya dari orang-orang Indonesia yang bekerja di Vatikan, maupun dari wakilnya yaitu Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Mereka pasti cerita banyak tentang Indonesia.
Target di balik kunjungan tekanan global soal toleransi ala moderasi, bisa dilihat dari berbagai statement Paus, misalnya soal definisi baru politik adalah bukan perang tapi kasih sayang, kekayaan Indonesia bukan tambang emas tapi harmonisasi, dan lainnya. Ironinya, semua statement Paus direspon positif oleh para pemimpin dan masyarakat muslim. Contoh, kasus usulan azan running text yang dianggap wajar oleh kalangan mahasiswa muslim, antusiasme tokoh-tokoh muslim yang kebablasan, dan lainnya lagi.
Adanya target politik yang ingin diraih oleh kepemimpinan sekuler untuk memenangkan program moderasi beragama yang sejatinya menggerus akidah umat.
Oleh karena itu umat Islam harus kritis dan punya sikap yang benar sesuai tuntunan syariat terkait bahaya toleransi dan moderasi beragama yang dibawa oleh Paus dan diberi jalan oleh rezim sekuler.
Sikap Terbaik Pemimpin Islam
Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin yang terbaik di dunia, hal ini bukan hanya diakui oleh umat muslim semata tapi juga oleh non-muslim. Bahkan di masa hidup beliau, kaum kafir Quraisy yang senantiasa memusuhi beliau pun mengakui akan kepemimpinan beliau. Sikap rendah hati, sopan santun, lemah lembut dan adil serta sabar bisa kita temukan dalam hidup sehari-hari beliau.
Maka tidak mengherankan bahwa siapapun akan mengagumi sikap dan perilaku beliau. Hal ini selaras dengan firman Allah:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.“(QS Al-Imran: 159)
Ketika Rosulullah SAW tinggal di Makkah, orang-orang kafir Quraisy senantiasa mencaci maki dan menghina bahkan perlakuan kasar terhadap fisik, embargo dan bahkan rencana pembunuhan pun sering dilakukan kaum kafir Quraisy. Diceritakan bahkan malaikat Jibril pun tidak sabar dan ingin menimpakan gunung Uhud kepada mereka. Akan tetapi beliau tetap sabar dan tawakkal kepada Allah SWT dan serta percaya mereka lakukan itu karena belum mengerti dan belum mendapat petunjuk-Nya. Maka beliau terus mendoakan semoga mereka diberi petunjuk oleh Allah SWT. Di samping itu beliau pun tetap menyampaikan risalah beliau kepada mereka dengan bijaksana dan baik, sesuai dengan firman Allah Taala:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl: 125)
Ini menjadi salah satu bukti bahwa sikap dan perilaku Rasulullah SAW merupakan refleksi akhlak beliau yang senantiasa dilandasi ketakwaan sehingga beliau menaruh kecintaan terhadap sesama makhluk Allah Taala meskipun jelas-jelas membenci beliau. Kecintaan dan kasih sayang beliau terhadap makhluk Allah ini, memancar dari diri beliau dari hati yang terdalam.
Sikap Rasulullah Saw lembut penuh kasih sayang kepada sesama muslim, juga tegas terhadap orang kafir yang memusuhi. Sedangkan untuk urusan dunia, kemasyarakatan, tetap saling menghormati. Namun jika sudah menyangkut agama, harus tegas. Jadi toleransi yang diberikan umat Islam kepada umat di luar Islam tidak boleh berlebihan.
Islam memiliki aturan lengkap membuat umat sejahtera, tercukupi semua kebutuhan termasuk dalam hal ibadah. Aturan Islam yang diterapkan di seluruh lini kehidupan akan membuatnya selamat dunia akhirat. Masihkah mencari perlindungan dan solusi dari agama lain, sementara Allah sudah menyiapkan solusi lengkap seluruh persoalan hidup.
Wallahualam bissawwab
Tags
Opini