Tren Kejutan Ulang Tahun



Oleh: Lulu Nugroho



Peristiwa tragis terjadi di SMAN 1 Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Ketua OSIS, Fajar (18), meninggal usai mendapatkan kejutan ulang tahun dari teman-temannya dengan cara diceburkan ke kolam. Bukan karena tenggelam nyawa korban melayang, melainkan karena tersetrum, akibat berpegangan pada pipa pembungkus kabel yang ada aliran listriknya.


Merayakan ulang tahun dengan kejutan menjadi tren bagi remaja saat ini. Bahkan pada kelompok usia di atas mereka pun, latah melakukan hal itu. Pasalnya para selebritis melakukan hal serupa. Mereka mengemas perayaan ulang tahun, dan membagikannya di media sosial, dengan beragam keseruan. Kadang didahului dengan prank atau aktivitas perundungan (bullying). Membuat seseorang yang sedang berulang tahun menangis, baru setelahnya diberikan hadiah dan sorak sorai dari teman-teman terdekatnya.


Tingkah polah selebritis ini, tak luput diikuti anak-anak muda. Mereka menganggapnya keren dan kekinian, sehingga menciptakan berbagai kejutan pula, sebagaimana yang dilakukan para pesohor negeri. Bagi artis, bisa jadi hal ini merupakan bentuk eksistensi diri, panjat sosial (pansos), yang selalu membutuhkan panggung dan momen, agar terkenal dan diakui kelompoknya. Begitu pula bagi para remaja, keseruan dan kemeriahan tersebut juga dianggap sebagai manifestasi pemenuhan naluri eksistensi diri (gharizah baqa').


Di samping itu, acara televisi bentuk reality show, komedi situasi maupun infotainment, banyak menyajikan tayangan prank atau bullying yang dikemas sebagai hiburan. Dengan penonton setingan yang siap tertawa bertepuk tangan, setiap kali tokoh utama mengalami kesulitan, seolah mengajak pemirsa di rumah juga ikut menertawakan adegan musibah dengan balutan parodi. Padahal sejatinya, hal tersebut tak layak dijadikan sebagai tontonan, atau hiburan.


Di sisi lain, perilaku remaja seringkali  spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam, akibat ketidakpahaman atas kaidah berpikir dan beramal. Pun pertanggungjawaban atas setiap perbuatan.  Bahkan aktivitas mereka acapkali zonk, hanya sekadar bersenang-senang dan jauh dari nilai kebaikan. Akibatnya, mereka tak mampu berpikir panjang, dan abai terhadap resiko yang mungkin terjadi, hingga sulit untuk berprestasi dan menghasilkan karya fenomenal bagi ketinggian agama Allah SWT.

Islam Solusi Hakiki

Tren semacam ini adalah buah dari sistem pendidikan yang menjauhkan manusia dari Sang Pencipta. Alhasil output yang dihasilkannya pun tak mampu membentuk pemikiran cemerlang, yang menghantarkan pada hakikat Sang Pencipta. Maka tak ayal, aktivitas yang dilakukan pun jauh dari manfaat. Maka mengembalikan mereka pada ketinggian berpikir, harus dengan menapaki jalan Islam untuk kembali pada Allah Sang Pengatur kehidupan, seraya mengganti sistem pendidikan yang ada, dengan Islam.


Islam memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir benar, yang akan membentuk amal produktif yang dihasilkan dari berpikir mendalam. Hasilnya, setiap individu akan menakar perbuatannya,  berusaha menghasilkan karya terbaiknya terhadap Allah SWT, dan meletakkan skala prioritas yang benar sebagaimana tuntunan Islam. Mereka pun tak akan berperilaku sia-sia, bahkan ingin selalu berprestasi di hadapan Allah, dan senantiasa mendedikasikan kehidupan mereka untuk meninggikan kalimatullahu.


Di samping itu, penjagaan keimanan memerlukan lingkungan yang kondusif melalui penerapan syariat secara kaffah. Sebab sistem kehidupan yang menjauhkan peran Allah, membuat manusia beraktivitas sekehendak hati, tanpa kendali syariat, tanpa tuntunan Allah. Maka tak heran jika kaum muda malah mengidolakan selebritis dan mengikuti  gaya hidup mereka, yang tak layak diteladani. 


Sementara ketika Islam diterapkan, maka akan terbentuk suasana keimanan. Masyarakat berlomba beraktivitas mulia. Melalui penjagaan individu, masyarakat dan negara, akhlak-akhlak yang baik akan melekat pada pribadi kaum muslim. Mereka menjadi  figur yang patut diteladani. Berbagai pemikiran rusak di luar Islam, tak boleh memasuki hati dan akal kaum muslim. Baik yang datang melalui  tayangan televisi, media sosial, atau kebijakan negara. Semuanya berada dalam kendali Islam.


Inilah kehidupan yang akan meniscayakan rahmatan lil alamin, yakni tatkala syariat Allah diterapkan secara kaffah dalam kehidupan bernegara. Kepemimpinan ini beserta seluruh warganya, termasuk generasi muda, berupaya membentuk khairu ummah. Allahumanshurnaa bil Islam 






Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak