Ramai Anak Cuci Darah, Kesehatan Generasi Mengkhawatirkan





Oleh : Eka Ummu Hamzah 
(Pemerhati Masalah Publik)




Kondisi generasi negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak,  pada masa-masa perkembangan dan produktif,  justru dihadapkan dengan penyakit serius yakni gangguan ginjal yang mengharuskan menjalani prosedur hemodialisis atau prosedur cuci darah.


Dilansir dari detikjabar, kamis 1 Agustus 2024."Di wilayah Jawa Barat sendiri selama tahun 2024 terdapat 77 anak, sedangkan di tahun 2023 terdapat 125 anak menjalani proses cuci darah".
Kondisi harus mendapatkan perhatian khusus dari negara, mengingat prosedur hemodialisis atau cuci darah ini menimpa anak-anak mulai dari 0-15 tahun yang dimana dulu hemodialisis ini merupakan penyakit orang dewasa.


Kabid Pencegahan dann Pengendalian Penyakit Dimas Kesehatan Jabar Rochady Hendra Setya menyampaikan, bahwa ramainya anak-anak melakukan prosedur cuci darah khususnya wilayah Jabar ini karena gangguan  fungsi ginjal atau penyakit ginjal. Penyakit ginjal sendiri berawal dari efek samping obat, dehidrasi yang hebat, dan juga mengkonsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung gula.



Ramainya anak cuci darah ini menunjukkan ketidakmampuan negara dalam menjaga kesehatan rakyat dan generasi. Lihat saja seperti yang di sampaikan Rochady diatas, bahwa salah satu penyebab penyakit ginjal adalah makanan dan minuman yang mengandung banyak gula. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa makanan dan minuman yang beredar ditengah-tengah masyarakat saat ini banyak mengandung gula. Mulai makanan siap saji, minuman kemasan yang menjadi jajanan anak-anak, hingga susu formula. Semua ini banyak mengandung gula dan pemanis buatan. Belum lagi serangan makanan-makanan impor dari negara lain seperti Cina akibat dari adanya pasar bebas yang meramaikan pasar di negeri ini, mulai dari pasar-pasar elit seperti mall dan swalayan, sampai warung-warung kecil.


Kelemahan dan kelalaian negara dalam memantau makanan yang beredar, menyebabkan  masyarakat kehilangan perisai yang melindung mereka dalam menyaring makanan. Hal ini  tidak terlepas dari penerapan sistem  sekuler kapitalis yang diterapkan di negeri ini. Sistem ini telah melahirkan berbagai persoalan, baik di bidang ekonomi, pendidikan  juga kesehatan. Ketika ekonomi orang tua melemah, tentu saja anak-anak kehilangan haknya atas makanan yang bergizi. Banyak orang tua hanya memberikan makanan seadanya karena terhimpit ekonomi. Sedangkan harga kebutuhan hidup semakin mahal.


Negara dalam sistem sekuler sebenarnya hadir bukan untuk melayani rakyat, melainkan  hanya sebagai regulator. Hanya mengatur bukan mengurusi kepentingan rakyat. Aturan pun dibuat  demi kepentingan para kapitalis.

Karena itu, fenomena cuci darah ini bukan hanya kesalahan anak, bukan juga sepenuhnya kesalahan pola asuh orang tua, tapi juga adanya faktor kelalaian negara dalam mengurusi rakyat. 


Islam Solusinya 


Sistem sekuler terbukti gagal menjaga jiwa. Islamlah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan eksistensi manusia, termasuk anak-anak yang tak berdosa. 

Kenapa harus Islam? Karena sistem Islam dibangun atas dasar wahyu Allah. Dalam sistem Islam, negara hadir sebagai penjaga dan pelayan rakyat. Negara menjamin jiwa dengan mekanismenya yang komprehensif melalui penerapan sistem ekonomi, pendidikan, hukum, sosial dan kesehatan.

Di bidang ekonomi, negara wajib menjamin terpenuhinya semua kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, hingga tidak ada yang mengalami kekurangan gizi. Negara menjaga peredaran makanan dan obat-obatan dari unsur berbahaya, dengan memperhatikan halal dan haram. Negara menciptakan kota atau desa yang bersih, dengan mendorong masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan sehat. 


Di sektor pendidikan, semua mendapatkan hak pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Pelayanan seperti ini dilakukan oleh negara tanpa  pungutan biaya dari rakyat. Semua ini pernah diterpakan selama 1400 tahun lamanya oleh sistem pemerintahan Islam yakni Daulah Khilafah.


Maka oleh karena itu sudah saatnya Islam kembali memimpin. Kembali memimpin untuk melayani dan mengurusi umat baik muslim maupun non muslim.


Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak