Oleh. Rus Ummu Nahla
( Aktivis Dakwah )
Viral, kasus cuci darah yang terjadi pada anak -anak hingga remaja sedang marak ditemukan di beberapa tempat di Rumah Sakit. Dinas Kesehatan (DinKes) Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan, ada 60 anak yang menjalani terapi penyakit gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Saat ini, sekitar 60 anak menjalani terapi gagal ginjal anak di Rumah Sakit Rujukan Kasus Ginjal Anak, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati dalam keterangan, Sabtu (3/8/2024) .
Sementara menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat, Rochady Hendra Setya, anak-anak yang membutuhkan hemodialisis berasal dari berbagai daerah dan dirujuk ke rumah sakit tertentu, salah satunya Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Rochady mengatakan, "bahwa Kasus anak yang perlu di hemodialisis di Jawa Barat tahun 2023 sekitar 125 anak, dan 2024 sampai Juli tercatat 77 anak", (detik.com, Kamis 1/8/2024).
Jelas kasus anak gagal ginjal ini membuat miris sekaligus mengerikan, betapa tidak anak-anak yang semestinya masih memiliki harapan hidup yang panjang, di usia sedang bahagia- bahagianya, namun mereka sudah mengalami penyakit berat dan mematikan tersebut. Padahal penyakit gagal ginjal yang harus menempuh cuci darah tersebut umumnya diderita oleh orang yang sudah berusia 60 tahun ke atas, akan tetapi kini banyak dialami oleh orang-orang yang berusia muda bahkan anak-anak.
Faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko anak terkena gagal ginjal, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ( RSCM) Eka Laksmi Hidayati yaitu akibat pola hidup yang tidak sehat. Menurut Eka
"Penyebab gagal ginjal yang bisa terjadi itu lifestyle itu pengaruhnya dari obesitas, yang berisiko terjadi penurunan fungsi ginjal. Serta dari efek mengkonsumsi makanan dan minuman kemasan, “ kata Eka (detikhealth, Jumat 27/7/2024)
Anak penderita gagal ginjal sempat dinyatakan tidak mengalami lonjakan sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso yang menegaskan bahwa tak ada laporan peningkatan kasus gagal ginjal pada anak. Hal di atas disampaikan Piprim merespons ramainya isu tentang banyaknya anak yang menjalani terapi cuci darah. (CNN Indonesia, Kamis 26/07/2024)
Terlepas dari itu, sesungguhnya inilah realita yang terjadi, saat ini banyak anak-anak yang mengkonsumsi makanan yang terkategori tidak sehat bahkan membahayakan, ironisnya makanan tersebut beredar luas di pasaran. Sangat banyak ditemukan produk industri pangan yang mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi, bahkan tak jarang ditemukan jajanan dengan pemanis buatan. Rupanya keberadaan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak membuat produsen pangan serta merta mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Padahal, BPOM memiliki wewenang penuh dalam terjaminnya produk pangan yang sehat serta melindungi masyarakat dari sisi negatif industrialisasi. Namun, nyatanya BPOM yang merupakan representasi dari pemerintah dalam kinerjanya terkesan abai dan tidak mampu membendung arus deras beredar makanan berbahaya di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, seringnya dijumpai produsen manipulatif akibat tidak sederhananya mekanisme dalam perizinan. Demikian jika kehidupan yang diatur oleh sistem kapitalisme, uang menjadi tujuan utama dari proses produksi. Akibatnya tidak peduli dengan aspek kesehatan dan keamanan pangan.
Negara dalam kapitalisme telah gagal memberikan jaminan penyediaan makanan yang baik bagi rakyatnya. Begitupun dengan kinerja badan yang memiliki kewenangan dalam mengawasi pangan, keberadaannya kurang efektif.
Sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam negara memiliki kewajiban menjaga jiwa dan kesehatan rakyatnya. Negara bertanggung jawab dalam penyediaan makanan halal dan tayyib bagi rakyatnya. Negara juga memiliki kewajiban mengontrol industri agar dapat berjalan sesuai ketentuan syariat Islam dalam memproduksi segala produk pangan, dan dalam hal ini negara akan menyediakan tenaga ahli untuk melakukan pengawasan. Selain itu negara juga akan memberlakukan sistem sanksi, agar jika ada industri yang bermain nakal dalam memproduksi barang pangan, negara tak segan-segan akan memberikan sanksi tegas bagi pelaku industri makanan yang melanggar aturan, bukan dengan penyelesaian ada pulus jalan mulus.
Selain beberapa hal diatas, dalam sistem Islam negara juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan, yakni salah satunya adalah berkaitan dengan makanan halal dan tayyib. Hal ini dijalankan melalui berbagai mekanisme dengan berbagai sarana dalam rangka mewujudkan kesadaran pangan yang halal dan tayyib sehingga kesehatan masyarakat akan terus terjaga dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh efek makanan yang tidak sehat seperti saat ini. Semua hal itu karena didasari minded perintah dan larangan dari Allah Swt. sebagai Sang Pencipta Yang Maha Tau kebutuhan makhluk-Nya.
Wallahu 'Alam bishawab
Tags
Opini