Oleh: Siti Mulyati (Lia)
Pola konsumsi yang salah atau tidak sehat dapat menyebabkan faktor gagal ginjal, karena kasus ini perlu diperhatikan pemerintah walaupun tak ada lonjakan kasus anak menderita gagal ginjal yang berujung cuci darah.
Seperti yang terjadi di RSCM, ada 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM, 30 diantaranya menjalani remodialisis rutin, sementara lainnya datang sebulan sekali. Walaupun pemicu anak itu, ada yang kelainan bawaan terbanyak kasus penyakit ginjal pada anak dipicu sindrom nefrotik, tidak semua karena masalah pangan.
Isu terjadi lonjakan anak cuci darah di RSCM, karena tak semua rumah sakit menyediakan layanan cuci darah. Jadi banyak anak yang dirujuk ke RSCM sehingga terlihat lonjakan.
Sebagian masalah ini terjadi karena banyak produk berpemanis buatan dan merupakan produk produksi Indonesia itu sendiri.
Produk yang berupa makanan atau minuman itu sendiri mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi.
Kehidupan yang diatur oleh sistem kapitalisme, di mana uang menjadi tujuan utama dari proses produksi mengabaikan aspek kesehatan dan keamanan pangan untuk anak, sehingga tidak sesuai dengan konsep makanan halal dan thayib. Negara telah abai dalam menentukan standar keamanan pangan dan abai dalam memberikan jaminan yang halal dan thayib pada makanan.
Untuk itu Islam mewajibkan negara menjamin pemenuhan bahan pangan yang halal sesuai dengan syariat negara juga harus mengontrol industri agar memenuhi ketentuan Islam tersebut negara harus menyediakan tenaga ahli melakukan pengawasan serta memberikan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang melanggar aturan.
Negara juga harus melakukan edukasi atas makanan halal dan thayib ini melalui berbagai mekanisme dengan berbagai sarana untuk mewujudkan kesadaran pangan yang halal dan thayib.
Untuk itu, sistem Islamlah yang saat ini dibutuhkan oleh negara yang tidak hanya menjamin keamanan pangan untuk anak-anak saja tapi bagi semua umur, yang insya Allah bisa merubah sistem ini menjadi lebih baik lagi.