Oleh Siti Aminah
(aktivis Muslimah Kota Malang)
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama sejumlah influencer media sosial mengendarai motor melewati Jalan Tol IKN di Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu 28 Juli 2024. Presiden Joko Widodo menyusuri Tol IKN seksi 3A hingga 5A menggunakan sepeda motor sebelum meresmikan Jembatan Pulau Balang di Kalimantan Timur yang merupakan bagian dari Tol IKN. Ajakan Presiden Joko Widodo pada para influencer atau pesohor untuk melakukan kunjungan ke IKN alias Ibu Kota Nusantara menuai pro-kontra. Diketahui Jokowi didampingi sejumlah influencer untuk meresmikan Jembatan Pulau Balang dan meninjau pembangunan jalan tol menuju IKN. tempo.co (04/08/2024)
Pembangunan yang nyata berhasil tidak perlu mengundang influencer untuk membuktikannya, pembangunan yang berhasil bisa dirasakan secara langsung oleh rakyat.
Kunjungan ke IKN dengan membawa banyak influencer membebani anggaran negara. Langkah tersebut juga menguatkan Pencitraan akan pembangunan IKN yang masih banyak persoalan dan terancam gagal. Hal ini menggambarkan kebijakan yang dilaksanakan tidak efelktif dan efisien. Demikian pula influenser yang ikut pun seolah menutup mata atas semua persoalan pembangunan IKN
Pencitraan juga makin Nampak ketika kunjungan tidak disertai dengan kunjungan kepada Masyarakat terdampak Pembangunan IKN .
Negara Islam menjalankan semua program Pembangunan dan pengurusan rakyat dengan efektif dan efisien, termasuk dalam penggunaan anggaran negara. Demikian pula dalam pemilihan pejabat yang berwenang memperhatikan pada kapabilitas dan kredibilitas serta keimanannya, bukan hanya sekedar merakyat karena pencitraan semata.
Di sisi lain, negara menjamin suasana amar makruf nahi munkar pada semua rakyat sehingga semua individu rakyat akan senantiasa melakukan muhasabah lil hukam sesuai dengan tuntunan islam.
Penguasa pun menjalankan peran sebagai pengurus dan pelindung rakyat, cinta pada rakyat dan rakyat pun mencintai pemimpinya.
Pemimpin dalam sistem Islam tidak dibayar hanya mendapatkan santunan dan fasilitas saja, hanya manusia yang beriman saja yang mau menjadi pemimpin tidak seperti di sistem demokrasi kapitalis seorang pemimpin dipilih melalui pemilu yang membutuhkan biaya dan modal yang banyak sehingga pemimpinnya sibuk dengan urusan mengembalikan modal saja.
Dalam sistem Islam banyak sekali Kisah menakjubkan dan ideal mampu memicu semangat kaum muslimin terutama para pemimpin umat agar menarik kehidupannya yang mengutamakan keadilan kejujuran, dan menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat atau meragukan.
Inilah sebagian kisah-kisah mengharukan yang sepantasnya kaum muslimin mengetahuinya sebagai pemicu semangat dalam membuat iman bergolak dan menimbulkan amal shalih.
“Pada suatu musim dingin seorang budaknya selalu membawakan air panas untuk ia berwudhu. Suatu ketika ia menanyakan kepada budaknya di mana air wudhu itu dipanaskan”.
Budaknya menjawab, “Aku memanaskannya di atas tungku dapur umum milik Baitul Mal”.
Seketika Umar memerintahkan Muzahim (orang kepercayaannya) untuk memperkirakan berapa kayu bakar dapur umum selama ini terpakai untuk memanaskan air untuk wudhunya, lalu ia membeli kayu bakar sebanyak yang ditaksir dan menyerahkannya ke dapur umum.” (As Sunan Al Kubra, Jilid VI, hal 581).
Ibnu Asahin meriwayatkan bahwa, “Gubernur Yordan mengirim sekeranjang kurma ke Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Saat kurma diterima, khalifah bertanya, “pakai kendaraan apa kurma ini dibawa dari Yordan?”
Kami menjawab, “kendaraan (kuda) pos milik negara”. Umar berkata, “pergilah engkau ke pasar dan jual kurma ini, lalu serahkan uang hasil penjualannya ke Baitul Mal”.
Kurir itu menjualnya di pasar dan dibeli oleh salah seorang laki-laki dari bani Marwan (kerabat khalifah) lalu ia menghadiahkannya kepada Khalifah.
Saat melihat dua keranjang kurma itu, Umar yakin bahwa kurma itu adalah hadiah dari Gubernur Yordan tadi. Ia pun memakan satu keranjang bersama hadirin yang berada di majelisnya dan 1 keranjang lagi dikirim ke istrinya. Lalu ia mengeluarkan uang seharga 2 keranjang kurma dan menyerahkannya ke Baitul Mal” (Tarikh Dimasyq, jilid 47, hal. 303).
Demikianlah potret betapa sederhana, bersahaja, dan kehati-hatian beliau dari perbuatan yang menggunakan harta orang lain sampai sedemikian detailnya. Semua ini menunjukkan sikap kejujuran beliau dan rasa takutnya pada Allah ta’ala agar tidak tergelincir dari syubhat dan keragu-raguan atas status harta yang dipergunakan dan dimilikinya.
Begitu pula kesaksian orang-orang dekat beliau yang menggambarkan kondisi beliau yang begitu tekun beribadah, kelembutan hatinya dalam mengingat negeri akhirat serta tak tergodanya beliau dari kenikmatan dunia yang melenakan.
Diriwayatkan dari Mughirah bin Hakim beliau berkata, “Fathimah binti Abdul Malik, istri Umar bin Abdul Aziz menuturkan kepadaku, ‘Wahai Mughirah, dialah orang yang paling banyak salat dan puasanya dibandingkan manusia yang lain. Aku tidak pernah melihat seorang pun lebih takut di hadapan Allah, selain Umar. Jika telah selesai salat Isya ia duduk di masjid sambil mengangkat kedua tangannya seraya menangis hingga matanya mengantuk. Sebentar kemudian ia kembali terbangun, lalu berdoa dengan mengangkat kedua tangannya serta menangis sampai mengantuk lagi.’ Sementara itu An-Nadhar bin Arabi berkata, ‘Ketika aku berkunjung ke tempat Umar bin Abdul Aziz ia selalu menggigil, seakan-akan seluruh duka manusia menimpa dirinya'”.
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Ubaid bin Rifa’ah dia berkata, “Aku menyaksikan Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad bin Tzais sedang bercakap-cakap. Tiba-tiba aku melihat Umar menangis sampai tulang rusuknya berdetak.
Bahwasanya Umar bin Abdul Aziz rahimahullah tidak pernah kering air matanya karena bunyi syair berikut ini:
“Tidak ada kebaikan dalam hidup seseorang yang tidak bernasib baik di sisi Allah, kelak di hari penentuan.” (Az-Zuhd, karya Imam Ahmad, hal. 363, Al-Hilyah 5/260, As-Siyar 5/137).
Semoga sepenggal kisah di atas bisa merubah pemikiran umat agar meninggalkan sistem demokrasi yang rusak ini dengan sistem Islam yang aturannya berasal dari Allah SWT.
Tags
Opini