Oleh. Erika Sastriani
(Pegiat Literasi)
Pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh negeri ini.
Berbagai potensi kekayaan alam belum mampu menjadi solusi pengangguran. Ini menunjukkan ada yang salah dalam tata kelola pemerintahan saat ini.
International Monetary Fund (IMF) melaporkan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2 persen, tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara (Asean). Pada World Economic Outlook pada bulan April 2024 menyatakan posisi ini tak berubah dari tahun lalu, namun angkanya lebih rendah yakni 5,3 persen persen, Filipina yang berada di posisi kedua yakni 5,1persen, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9 persen, Malaysia 3,52 persen, Vietnam 2,1 persen, Singapura 1,9 persen dan Thailand 1,1 persen. Thailand menjadi negara dengan tingkat pengangguran terendah di dunia, mengalahkan Singapura, Jepang hingga Amerika Serikat (AS).
Tingginya angka pengangguran di Indonesia menunjukkan bahwa lagi dan lagi negara belum berperan dalam memenuhi hak warga negaranya, alias negara gagal dalam menyejahterahkan rakyatnya. Belum lagi setiap tahun terjadi inflasi, yang membuat harga-harga mengalami kenaikan. (Okezone, 21/7/2024)
Akar Masalah
Jika ditelisik, pengangguran pada umumnya disebabkan oleh kapasitas sumber daya manusia yang relatif rendah dibandingkan dengan tuntutan dunia ekonomi dan dunia usaha. Penyebab pengangguran bisa karena faktor krisis ekonomi, tingkat inflasi yang tinggi, devaluasi mata uang dan berkurangnya permintaan barang. Pengangguran juga terutama disebabkan oleh rendahnya motivasi dan ketidakmampuan masyarakat dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Dampaknya bisa beragam, pertama, bahaya untuk akidah. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam masyarakat, bisa saja terjadi seorang suami yang miskin melakukan perampokan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kedua, berbahaya terhadap akhlak. Orang miskin yang hidup di tengah-tengah orang kaya akan banyak mendorong mereka untuk berbuat yang tidak dibenarkan syariat dan akhlak.
Ketiga, berbahaya terhadap kelangsungan rumah tangga. Pengangguran dapat mengancam keluarga dalam beberapa aspek, baik aspek pembinaan, kelangsungannya maupun pemeliharaannya. Dalam aspek pemeliharaan dan kelangsungan rumah tangga, pengangguran sering mendorong kepada hal-hal yang tidak baik antara suami istri, bahkan tidak jarang akhirnya mereka memutusakan untuk bercerai.
Inilah yang terjadi pada sistem kapitalis-sekuler yang diadopsi hari ini, yang mana standar kehidupan manusia yaitu materi bukan halal haram, sehingga bukannya kemaslahatan masyarakat yang diutamakan, tetapi keuntungan segelintir orang, karena agama dipisahkan dari kehidupan.
Bahkan akibat penerapan sistem ini, negara abai dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengelola sumberdaya alam demi kesejahteraan masyarakat, malah diserahkan pengelolaannya kepada swasta asing/aseng.
Solusi Islam
Berbeda dengan sistem kapitalis-sekuler saat ini, pada sistem Islam tingkat pengangguran sangat minim. Karena negara mampu mengelola potensi sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat.
Begitu pula dengan inflasi yang tidak terjadi, karena mata uang Islam yaitu dinar dan dirham (emas dan perak) bersifat stabil. Syekh Nabhani menjelaskan, dinar dan dirham merupakan mata uang yang sesuai syariat karena beberapa hal, salah satunya yaitu Rasulullah saw. telah menetapkan bahwa emas dan perak sebagai mata uang dan dijadikannya sebagai standar mata uang, dan sifat dari mata uang emas dan perak tidak berubah-ubah dan baku.
Dalam sistem Islam, tidak ada kepala keluarga yang menganggur, karena dalam Islam seseorang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tentunya mencari nafkah dengan cara yang halal. Di sisi lain negara membuka kran pekerjaan seluas-luasnya kepada kaum laki-laki, apalagi bagi kepala keluarga.
Untuk diketahui, dalam Islam, tenaga kerja sebagai faktor produksi didasarkan pada konsep istikhlaf, dimana manusia bertanggung jawab untuk menginvestasikan dan mengembangkan harta yang telah ditetapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Allah berfirman: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (TQS An Nahl : 97)
Di sisi lain negara Islan membangun kesadaran tiap individu dan masyarakat tentang potensi diri melalui sistem pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, untuk menghasilkan alumni yang berdaya saing dan mampu terjun ke masyarakat untuk menciptakan pekerjaan.
Dalam pandangan Islam, tidak ada istilah pengangguran, karena setiap Muslim diajarkan untuk rajin dan menolak semua kemalasan. Muslim diminta bangun sebelum Subuh untuk Salat tahajud dan salat subuh dalam keadaan dimana banyak manusia bermalas-malasan. Muslim dilarang meminta-minta bahkan dalam kondisi miskin sekali pun.
Karena itu penerapan syariah Islam dalam pengaturan negara ini di segala bidang kehidupan, khususnya di bidang ekonomi, khususnya lagi dalam pengelolaan sumber daya alam milik umum, harus segera diwujudkan. Sebabnya jelas, Allah Swt. telah memerintahkan semua Muslim tanpa kecuali untuk mengamalkan syariah Islam secara menyeluruh (kafah). Tanpa pemerintahan yang menerapkan sistem Islam (khilafah) mustahil semua problematika kehidupan seperti pengangguran tersebut dapat di tuntaskan. Inilah yang terjadi saat ini, khususnya di dunia Islam, termasuk di Indonesia.
Allah swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian “ (TQS Al-Baqarah : 208).
Semoga sistem Islam kembali tegak. Sehingga seluruh elemen masyarakat bisa merasakan kehidupan yang aman, dan sejahtera.
Indonesia Juaranya Pengangguran di Asean
Oleh. Erika Sastriani
(Pegiat Literasi)
Pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh negeri ini.
Berbagai potensi kekayaan alam belum mampu menjadi solusi pengangguran. Ini menunjukkan ada yang salah dalam tata kelola pemerintahan saat ini.
International Monetary Fund (IMF) melaporkan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2 persen, tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara (Asean). Pada World Economic Outlook pada bulan April 2024 menyatakan posisi ini tak berubah dari tahun lalu, namun angkanya lebih rendah yakni 5,3 persen persen, Filipina yang berada di posisi kedua yakni 5,1persen, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9 persen, Malaysia 3,52 persen, Vietnam 2,1 persen, Singapura 1,9 persen dan Thailand 1,1 persen. Thailand menjadi negara dengan tingkat pengangguran terendah di dunia, mengalahkan Singapura, Jepang hingga Amerika Serikat (AS).
Tingginya angka pengangguran di Indonesia menujukkan bahwa lagi dan lagi negara belum berperan dalam memenuhi hak warga negaranya, alias negara gagal dalam mensejahterahkan rakyatnya. Belum lagi setiap tahun terjadi inflasi, yang membuat harga-harga mengalami kenaikan. (Okezone, 21/7/2024)
Akar Masalah
Jika ditelisik, pengangguran pada umumnya disebabkan oleh kapasitas sumber daya manusia yang relatif rendah dibandingkan dengan tuntutan dunia ekonomi dan dunia usaha. Penyebab pengangguran bisa karena faktor krisis ekonomi, tingkat inflasi yang tinggi, devaluasi mata uang dan berkurangnya permintaan barang. Pengangguran juga terutama disebabkan oleh rendahnya motivasi dan ketidakmampuan masyarakat dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Dampaknya bisa beragam, pertama, bahaya untuk akidah. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam masyarakat, bisa saja terjadi seorang suami yang miskin melakukan perampokan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kedua, berbahaya terhadap akhlak. Orang miskin yang hidup di tengah-tengah orang kaya akan banyak mendorong mereka untuk berbuat yang tidak dibenarkan syariat dan akhlak.
Ketiga, berbahaya terhadap kelangsungan rumah tangga. Pengangguran dapat mengancam keluarga dalam beberapa aspek, baik aspek pembinaan, kelangsungannya maupun pemeliharaannya. Dalam aspek pemeliharaan dan kelangsungan rumah tangga, pengangguran sering mendorong kepada hal-hal yang tidak baik antara suami istri, bahkan tidak jarang akhirnya mereka memutusakan untuk bercerai.
Inilah yang terjadi pada sistem kapitalis-sekuler yang diadopsi hari ini, yang mana standar kehidupan manusia yaitu materi bukan halal haram, sehingga bukannya kemaslahatan masyarakat yang diutamakan, tetapi keuntungan segelintir orang, karena agama dipisahkan dari kehidupan.
Bahkan akibat penerapan sistem ini, negara abai dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengelola sumberdaya alam demi kesejahteraan masyarakat, malah diserahkan pengelolaannya kepada swasta asing/aseng.
Solusi Islam
Berbeda dengan sistem kapitalis-sekuler saat ini, pada sistem Islam tingkat pengangguran sangat minim. Karena negara mampu mengelola potensi sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat.
Begitu pula dengan inflasi yang tidak terjadi, karena mata uang Islam yaitu dinar dan dirham (emas dan perak) bersifat stabil. Syekh Nabhani menjelaskan, dinar dan dirham merupakan mata uang yang sesuai syariat karena beberapa hal, salah satunya yaitu Rasulullah saw. telah menetapkan bahwa emas dan perak sebagai mata uang dan dijadikannya sebagai standar mata uang, dan sifat dari mata uang emas dan perak tidak berubah-ubah dan baku.
Dalam sistem Islam, tidak ada kepala keluarga yang menganggur, karena dalam Islam seseorang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tentunya mencari nafkah dengan cara yang halal. Di sisi lain negara membuka kran pekerjaan seluas-luasnya kepada kaum laki-laki, apalagi bagi kepala keluarga.
Untuk diketahui, dalam Islam, tenaga kerja sebagai faktor produksi didasarkan pada konsep istikhlaf, dimana manusia bertanggung jawab untuk menginvestasikan dan mengembangkan harta yang telah ditetapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia.
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (TQS An Nahl : 97)
Di sisi lain negara Islan membangun kesadaran tiap individu dan masyarakat tentang potensi diri melalui sistem pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, untuk menghasilkan alumni yang berdaya saing dan mampu terjun ke masyarakat untuk menciptakan pekerjaan.
Dalam pandangan Islam, tidak ada istilah pengangguran, karena setiap Muslim diajarkan untuk rajin dan menolak semua kemalasan. Muslim diminta bangun sebelum Subuh untuk Salat tahajud dan salat subuh dalam keadaan dimana banyak manusia bermalas-malasan. Muslim dilarang meminta-minta bahkan dalam kondisi miskin sekali pun.
Karena itu penerapan syariah Islam dalam pengaturan negara ini di segala bidang kehidupan, khususnya di bidang ekonomi, khususnya lagi dalam pengelolaan sumber daya alam milik umum, harus segera diwujudkan. Sebabnya jelas, Allah Swt. telah memerintahkan semua Muslim tanpa kecuali untuk mengamalkan syariah Islam secara menyeluruh (kafah). Tanpa pemerintahan yang menerapkan sistem Islam (khilafah) mustahil semua problematika kehidupan seperti pengangguran tersebut dapat di tuntaskan. Inilah yang terjadi saat ini, khususnya di dunia Islam, termasuk di Indonesia.
Allah swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian “ (TQS Al-Baqarah : 208).
Semoga sistem Islam kembali tegak. Sehingga seluruh elemen masyarakat bisa merasakan kehidupan yang aman, dan sejahtera.
Wallahu a'lam bishawab