Boikot Produk Si Onis dari Pangkal Pemikiran



Oleh: Kurnia B



Bulan Agustus 2024, terhitung 10 bulan badai Al Aqsa bergulir sejak Oktober 2023. Serangan Si Riwil pada penduduk Gaza yang berlangsung selama kurang lebih 300an hari terus dilancarkan bahkan baru baru ini dron milik penjajah sengaja menargetkan mobil Press yang mengakibatkan dua orang wartawan Gaza syahid. Bukan hanya itu Si Riwil juga dengan terang terangan melancarkan aksi pembunuhan pada kepala biro politik Hamas di Taheran Iran. Semakin hari serangan Si Riwil kepada warga Gaza semakin sadis, berbagai upaya dilakukan oleh berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah ini. Akan tetapi konflik berdarah tersebut tidak kunjung usai. Sejatinya darimana penyelesaian masalah ini harus dimulai

Solusi Hakiki

Dewasa, diketahui bersama bahwa penjajahan Israel kepada Gaza bukan hanya didukung oleh kucuran dana yang besar dari berbagai perusahaan gurita yang ada di dunia. Penjajahan ini juga didukung oleh adanya pengarusan mindset global yang diopinikan bahkan diterapkan di seluruh belahan dunia. Mindset ini memberikan ruang pada Israel untuk terus melakukan penjajahan kepada Gaza tanpa memiliki pesaing yang layak. 

Mindset dasar yang diopinikan oleh Israel diantaranya adalah sekulerisme atau pemisahan agama dengan kehidupan dan konsep negara bangsa. Kedua mindset ini memberikan dampak yang signifikan pada berdirinya dan eksisnya Israel hingga saat ini. Sehingga ketika masyarakat menginginkan untuk menyelesaikan penjajahan Israel pada Gaza dengan melakukan boikot produk Israel, maka seharusnya masyarakat juga mendalami bagaimana produk pemikiran Israel mampu mengkooptasi pemikiran masyarakat seluruh dunia.

Pemahaman sekulerisme yang memisahkan agama dengan kehidupan meniscayakan seluruh manusia memiliki hak untuk membuat aturan. Oleh karena itu aturan dalam membangun hubungan antar negara juga harus dibuat oleh manusia itu sendiri dengan mewakilkan pada pihak pihak tertentu. Standart peraturan ini adalah suara terbanyak yang diambil berdasarkan vote, sedangkan opsi aturannya yang diajukan adalah opsi aturan yang dirasa paling menguntungkan. Hal inilah yang terjadi pada lembaga dunia PBB dimana aturan yang dibuat untuk mengelola PBB telah dibuat oleh orang orang yang membentuk PBB itu sendiri, sebagaimana yang diketahui salah satunya adalah presiden Amerika Serikat. Sehingga tidak heran jika aturan PBB justru menguntungkan pihak Amerika dan juga Israel pada saat perundingan untuk penyelesaian konflik Israel dan Gaza, seperti penggunaan hak VETO Amerika pada dua resolusi yang sudah disepakati oleh hampir seluruh negara anggota PBB. 

Sedangkan mindset negara bangsa yang dihadirkan pada masyarakat dunia saat ini adalah upaya pembentukan dan mempertahankan The New World Order yang dicanangkan oleh para Zionis yaitu para politisi negara Israel. The New World Order atau tatanan dunia baru adalah paradigma yang digunakan oleh Zionis untuk membuat seluruh dunia tidak lagi diatur oleh agama seperti pada zaman peradaban Romawi maupun peradaban Islam. Tatanan dunia baru adalah kondisi dimana dunia diatur oleh hukum yang dibuat oleh manusia dengan menanamkan pemahaman sekuler untuk diterapkan dalam falsafah pembentukan negara. 

Sehingga dengan adanya tatanan dunia baru ini, sebuah negara tidak lagi diikat oleh kesaaman agama tetapi diikat oleh sebuah narasi kebangsaan yang semu. Sebuah negara bangsa adalah negara yang hanya berfokus pada kondisi negaranya saja tanpa harus memiliki perhatian kepada negara yang lain karena memiliki kebangsaan yang berbeda. Hal ini ditanamkan dalam benak masyarakat dengan istilah Nasionalisme. Atas nama Nasionalisme maka sebuah negara tidak boleh mencampuri urusan negara lain kecuali melewati structural PBB sebagai lembaga dunia. Hal inilah yang akhirnya membuat pemimpin negeri negeri Muslim tidak berkutik bahkan abai ketika Gaza dibombardir sedemikian rupa oleh Israel karena mengganggap bahwa hal tersebut adalah urusan luar negeri serta mencukupkan dengan solusi dari PBB. 

Serangan Pemikiran

Kedua mindset yang merusak pemikiran umat ini kemudian dioponikan ke tengah tengah publik menggunakan berbagai narasi. Baik melalui narasi moderasi beragama dan juga pluralism, kedua narasi ini adalah upaya mengaruskan pemahaman masyarakat bahwa agama tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam kehidupan bahkan semua agama dianggap benar. Hal ini akan mengkerdilkan nilai agama sehingga keyakinan masyarakat terhadap paham sekulerisme semakin meningkat. Selain itu narasi pluralisme yang dinarasikan juga membahayakan keberpihakan umat kaum muslimin sendiri. Pluralisme digunakan sebagai dalih bagaimana seseorang harus memiliki rasa toleransi yang tinggi dengan mewujudkannya dalam hal tidak membeda bedakan aktivitas ibadah umat beragama. Ide ini pada dasarnya adalah turunan dari moderasi beragama yang melanggengkan mindset sekuler. 

Ketika berbagai mindset yang rusak tersebut terus diadopsi oleh masyarakat maka akan sulit bagi masyarakat untuk meraih kesatuan pemikiran, perasaan dan juga peraturan. Sulit bagi masyarakat untuk mewujudkan persatuan karena terkotak kotak dengan batas batas imaginer yang tidak pasti. Oleh sebab itu, pemahaman ini harus dihilangkan dari pemikiran kaum muslimin kemudian diganti dengan pemahaman Islam yang benar.

Pemahaman bahwasannya manusia pada dasarnya hanyalah ciptaan Sang Pencipta yang harus tunduk pada aturan sang Pencita yaitu Allah Subhanahu wataala semata. Sehingga dalam menjalani seluruh aktivitas kehidupan harus mengikuti aturan Allah termasuk dalam urusan politik. Politik Islam memandang bahwa kaum muslimin harus memiliki pemimpin sebagai pelindung agama dan juga keberlangsungan seluruh umat manusia. Kepemimpinan ini hanya satu untuk seluruh dunia yang berpegang teguh pada aturan Allah dalam menjalankan aktivitas dalam negeri dan luar negeri. Termasuk dalam menanggapi penjajahan Israel, sistem politik Islam yaitu Khilafah Islamiyah memiliki solusi solutif yaitu melangsungkan jihad fii sabillah pada pihak pihak yang melakukan penjajahan di tanah Baitul Maqdis. Hanya saja, kepemimpinan Islam ini hanya akan terwujud jika kaum muslimin bersatu dalam pemikiran dan juga perasaannya yang hanya berdasarkan Islam bukan berdasarkan ide ide sekuler dan moderat. Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak